Mulmed by Pinterest: Bundeshaus, Bern Parliamentary.
-o0o-
Moana masih berjalan sembari menghentakkan kaki di samping Asgard. Ekspresinya sangat tidak bersahabat. Ditambah, dengan kedua tangan terlipat di depan dada, ia sudah seperti anak kecil yang merajuk hanya karena tidak dituruti membeli es krim. Asgard sendiri tetap berjalan santai, menikmati suasana senja di jalanan Bern.
Setelah makan tadi, Asgard mengurungkan niat masuk ke dalam House of Religion. Ia sudah terlampau lelah hari ini, ingin cepat-cepat merebahkan diri di ranjang penginapan. Bagaimana tidak? Tiba dari Alesund, ia tak banyak istirahat. Hanya memakan sarapannya dan langsung pergi ke tempat Zytglogge berdiri.
Mendapati Asgard bertindak seperti itu, jelas saja Moana kesal. Ia sudah mau jauh-jauh mengantarkan lelaki itu dan tidak jadi. Sementara, di hatinya sendiri masih bercokol pertanyaan perihal Snotra. Perempuan itu benar-benar terpesona pada sosok Asgard.
"Ayolah, Gard. Kita keliling sebentar lagi, jangan balik dulu ke penginapan," bujuk Moana.
Setelah menggelengkan kepala, lelaki itu berkata, "Besok. Maaf, tapi aku benar-benar lelah, Moana."
Helaan napas panjang lolos dari bibir Moana. Ia sudah kalah membujuk lelaki itu. Tak gunanya.
"Oke, besok. Janji, ya?"
Asgard menoleh dan menatap Moana dengan ganjil. Sejenak, senyum miringnya terbit. "Padahal, aku yang memintamu menjadi guide sukarela, tapi kamu yang terlihat sangat bersemangat."
Hanya dengan kalimat sederhana itu, Moana dibuat salah tingkah. Pandangan matanya dialihkan ke arah lain, menghindari melihat lelaki di sampingnya.
"Boleh aku mengajukan syarat?" tanya Asgard.
Sontak Moana kembali memandang lelaki itu, kali ini dengan sorot tanya. Dahinya pun berkerut dalam.
"Pakai sepatu flat saja. Sneakers or something like that. Aku selalu ngilu jika melihat perempuan mengenakan sepatu berhak tinggi. Can't you?"
Perempuan itu tak langsung menjawab, melainkan berpikir. Tak masalah sebenarnya, ia hanya tengah mengingat setelan seperti apa yang bisa dikenakan tanpa heel. "Em ... oke."
-o0o-
Keesokan harinya, mereka bertemu di Ass-Bar Bern tepat pukul sembilan waktu setempat. Moana sengaja mengajak Asgard bertemu di sana sekaligus sarapan roti, mengingat tempat tersebut merupakan toko roti.
Sesuai kesepakatan keduanya, Moana tampak mengenakan sneakers berwarna putih. Kali ini, setidaknya pakaian tersebut lebih tertutup karena memakai jaket kulit berwarna putih. Meski begitu, ia tetap terlihat modis dengan mini skirt senada dilengkapi tiga kancing fantasi di sisi kiri dan blus model wrap berwarna ruby grapefruit.
Asgard yang sudah lebih dulu datang, tak banyak melakukan perubahan pada gaya pakaiannya. Hanya kaos putih polos dibalut kemeja yang tak dikancingkan serta celana jeans. Jangan lupakan kamera yang selalu dibawanya ke mana-mana.
"Lagian mau ngapain sih, ke Bundeshaus?" tanya Moana setelah menghabiskan sarapan.
"Memang mau ke mana lagi? Lagipula, bukankah Bundeshaus adalah bangunan penting di Bern karena merupakan gedung parlemen?"
Moana berdecak. Asgard memang sepertinya memiliki selera yang aneh dalam menentukan destinasi wisata. "Terserahlah. Ayo berangkat."
Setelah berjalan kaki sekitar lima menit, keduanya sampai di sana. Bundeshaus atau yang lebih dikenal dengan gedung parlemen. Bangunan megah bergaya arsitektur zaman Renaissance itu, dirancang oleh seorang arsitek bernama Hans Wilhem Auer dan dibangun antara tahun 1894 sampai 1902.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan sang Musafir (Completed)
SpiritualDunia terlalu luas bagi mereka yang menenggelamkan diri di sudut kamar. Namun, terlalu sayang dilewatkan bagi mereka yang suka berpetualang. Dalam perjalanannya mencari jati diri, Asgard Al Fatih menemui banyak karakter manusia. Mulai dari yang dika...