Keragaman Bahasa

12.4K 475 15
                                    

Detik -detik hari bahagia putri bungsu dari pasangan Dimas Tri Prasetya dan Almaira Saraswati, mulai terasa sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Detik -detik hari bahagia putri bungsu dari pasangan Dimas Tri Prasetya dan Almaira Saraswati, mulai terasa sekarang. Rumahnya didekor sedemikian rupa, walaupun hanya akad nikah dan resepsi kecil-kecilan yang sengaja diadakan atas permintaan Rasyana Saraswati Putri Prasetya, tetaplah mengundang banyak kerabat dekat dan teman atau kenalan Dimas yang notabennya berprofesi sebagai dokter bedah itu.

Malam ini, kamar dengan nuansa elegan nampak sepi akan suara musik yang biasanya mengiringi lagu-lagu daerah Nusantara. Semua itu terganti oleh musik barat atas permintaan salah satu sahabat Rasyana.

"Ganti lagu barat atuh, Sya." Perintah salah satu sahabatnya itu.

"Jangan lagu barat Sya, lagu religi aja."

"Lagu yang ini aja kenapa sih!" Dengus Rasyana kesal dengan dua sahabatnya itu yang sedari tadi berdebat tentang musik yang akan diputar. Bukankah kamar ini miliknya, lantas mengapa mereka berdua malah menjadi penguasa. Mulai dari letak bantal yang berubah jauh dari posisi awalnya, sprai kasur acak-acakan, karpet bulu tergulung, hingga bungkus ciki-cikian bertebaran dimana-mana, itu adalah ulah mereka.

"Diem lo Shaf, gue duluan yang minta Rasya ganti jadi lagu barat aja, dari pada lagu daerah mulu."

"Kamu ... gak boleh gitu, lagu daerah itu harus dilestarikan, bukan dengerin lagu barat terus, Fa!"

"Lo juga tadi minta lagu religi, pasti ada Arab- Arabnya kan?"

"Tapi kan---"

"Udah ya, oke gue ganti, tapi lo berdua pada diem!" Ketus Rasyana. Waktu mendengarkan lagu-lagu daerah harus terhenti karena perdebatan kedua sahabatnya ini.

"Ngeri amat calon manten ...." sahut sahabatnya sambil menampilkan raut bergidik ngeri, membuat Rasyana melotot tajam.

"Ampun moms, aing masih mau idup...." Ucapnya lagi sambil menampilkan dua jarinya.

"Pancen edan arek iki !" Sinis Rasyana.

(Emang gila anak ini)

"Gelo !" ucap Athifa.

(Gila)

"Dasar, baisi kawan kadada nang warasnya ...." gumam Shafa masih didengar oleh Rasyana dan Athifa.

(Emang punya teman gak ada yang warasnya)

"Ngomong apa lo barusan?!" Selidik Athifa.

"Kalian cantik," sahutnya mengecoh.

"Aku gak percaya Shafa ... jangan ngomong pakai bahasa Banjar ya," ringis Rasyana, Ia tak mengerti apa yang dimaksud oleh Shafa.

Tak berselang lama salah satu ponsel yang sedang diisi daya tepat di atas nakas berdering, membuat tiga pasang mata itu menoleh kesana, mengenali nada dering ponselnya masing-masing.

Ternyata Bersamamu (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang