Sephia merebahkan tubuh di kasurnya yang empuk. Kaos olahraga yang masih ia kenakan, kaos kaki yang masih menempel di kakinya, tak lupa dengan wajah lelah yang tetap cantik.
Ia baru saja pulang dari bazar yang membosankan itu. Tentunya karena kehadiran Radea, gadis cantik—tapi, Sephia lebih cantik—yang berhasil mengalihkan perhatian Septyan sepenuhnya.
Drrtt
Ia merasa ponselnya bergetar. Ia lantas mengambil benda tersebut dari saku celana yang ia pakai. Setelah ia menyalakannya, chat dari Septyan berada di beranda paling atas.
Ia pun membuka pesan dari lelaki itu.
Ulet Sadboy
sep, gue dapet nomor cewek tadi.
ahh gue seneng banget bisa pdktSephia dengan cepat mengetik balasan untuk lelaki itu.
siapa? raden?
radea, bukan raden
terserah
gue mau nembak dia, do'ain lancar
hihh, lo kira mau nikahan pake do'a
segalaanggap aja gitu, lo gak kasian apa,
gue ditolak mulu sama cewekserah dehh, yang bentar lagi gak jomblo,
yang bentar lagi gak jadi sadboylo juga buruan cari pacar makanya
boro-boro cari pacar, digombalin
dikit aja gue langsung mikir, dia gitu
gak cuma ke gue doanglah lo masih mending, gue aja pernah
dighosting, abis dibaperin malah
ditinggalinadu nasib bos?
Di sebrang sana, Septyan terkekeh membaca balasan dari Sephia. Hatinya berbunga-bunga, ia menyukai Radea sejak awal ia menatap gadis itu. Ia sangat berharap Radea menerima cintanya.
Jika Septyan tersenyum, Sephia justru menghela napas dan mematikan ponselnya. Ia juga tak tahu mengapa dirinya jadi segalau ini?
Apakah ia mencintai Septyan? Ah! Tidak! Itu hal yang bodoh.
"Oke, Sep! Lo gak boleh suka sama Septyan! Oke! Oke, jangan.suka.Septyan!"
***
Hari telah berganti. Pagi ini, Sephia telah siap dengan seragamnya. Tak ada libur ujian tengah semester, hanya ada jam kosong untuk dinikmati para murid, itupun jika mereka tidak disuruh untuk bersih-bersih atau membantu guru mengoreksi jawaban ujian yang lalu.
Sephia berjalan ke meja makan seraya menatap sekelilingnya. Hanya ada sang papa di meja makan.
"Mama mana, Pa?" Sephia bertanya seraya menarik kursi makannya. Di meja makan, sudah tersedia berbagai macam lauk pauk yang menggoda selera.
Brama yang tengah makan, akhirnya menghentikan kegiatannya, kemudian menatap Sephia dengan tajam. Pria itu berdecak.
"Tidak perlu sok polos kamu! Sejak kemarin Elena pergi, mungkin wanita itu kabur! Kenapa kamu tidak mencegah Elena? Kamu mau celaka, hah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Peluka(n) [END]
Teen Fiction-Pelukan dari sang penggores luka paling dalam- *** Di mata orang, Sephia dan Septyan itu berbeda. Sephia dianggap sebagai gadis yang beruntung, padahal gadis itu sedang berusaha mengembalikan keharmonisan keluarganya. Sementara Septyan, hidupnya ta...