Sheet 20

44 13 3
                                    

Aroma berbagai macam barang baru seketika tercium saat pertama kali memasuki toko ini. Warna warni dan cerah di mana-mana. Banyak benda berbagai ukuran dan bentuk tertata rapi menunggu pembeli.

Septyan menggandeng tangan Sephia untuk menuju salah satu tempat yang berisi banyak gelang. Septyan menunjuk salah satu gelang di sana lalu bertanya, "Ini bagus?"

Sephia menggeleng cepat. "Gak-gak! Terlalu umum."

Septyan beralih ke sampingnya, kemudian menunjuk bando warna warni nan cantik yang terpajang di sana.

"Ini gimana?" tanya Septyan.

Sephia menggeleng. "Gak, lo mau ngado cewek lo, Sep. Bukan ngado anak kecil."

"Hemm, kalo itu bagus, gak?" Septyan menunjuk deretan boneka yang ada di rak gantung. Sephia menatap boneka-boneka tersebut.

Gadis itu berpikir sejenak, Septyan tak sabar menunggu jawabannya. Hingga akhirnya ... Sephia menggeleng tak suka.

"Gak, dia bukan bocah lo kasih boneka kaya gitu."

Septyan berdecak. "Terus apaan?" tanyanya kesal.

Sephia berpikir seraya melihat sekelilingnya. "Muter-muter dulu," ucapnya.

"Oke," ucap Septyan.

Namun, saat Sephia berjalan meninggalkan tempat itu, matanya menangkap sebuah benda lucu yang tergantung di antara benda-benda lainnya.

Sephia sontak memberhentikan langkahnya dan berseru pada Septyan. "Sep, ini bagus," ucap Sephia seraya menunjuk ikat rambut berwarna hijau pastel.

Septyan lantas turut menatap ikat rambut yang ditunjuk oleh Sephia. "Ini aja, Yan. Gue suka," ucap Sephia senang.

Dahi Septyan berkerut, napasnya terhela pelan. "Sep, kita mau beli hadiah buat Radea, bukan buat lo. Kita harus beli yang Radea suka, bukan yang lo suka," ucapnya mengomentari.

"Tapi, lo minta saran ke gue," ucap Sephia.

"Tapi lo mikir, lah. Radea pasti punya banyak ikat rambut kaya gini. Nanti kalo gue beli, takutnya malah gak kepake." Septyan menyangkal.

Mata Sephia seketika menyiratkan kesedihan. Ia sadar, ia ke sini karena Radea, bukan dirinya sendiri. Ia sadar, Septyan akan membeli hadiah untuk Radea, bukan untuknya.

"Oh, yaudah," ucap Sephia  lirih.

Dengan gontai, Sephia melangkah dari sana. Septyan pun mengikuti gadis itu seraya melihat-lihat.

Tibalah mereka di deretan jam tangan. Jam itu dibungkus rapi dalam kotak plastik. Mereka melihat-lihat. Sephia melihat salah satu jam berwarna biru navy yang tampak elegan.

Dengan cepat, Sephia menyentuh jam tersebut untuk melihat harganya. Sepersekian detik setelah tangan Sephia menyentuh kotak jam tangan itu, tangan Septyan tak sengaja memegang tangan Sephia. Sepertinya lelaki itu juga menginginkan jam biru navy tersebut.

"Eh," gumam Sephia ketika tangan Septyan memegang tangannya. Hangat, rasanya Sephia ingin digenggam erat.

Eh! Ayolah, sadar! Septyan sudah bahagia bersama Radea.

Sephia menarik tangannya cepat, kemudian menggeleng canggung. "S-sorry."

"Jam ini cocok, ya?" tanya Septyan mengalihkan rasa gugup. Sephia mengangguk.

Septyan akhirnya mengambil kotak berisi jam tersebut, kemudian melihat harga yang tertera di sana.

Ternyata harganya seratus lima puluh ribu. Septyan mendesah pelan. "Mahal, duit gue gak cukup," ucap lelaki itu. Ia lantas mengembalikkan jam tersebut ke tempat semula.

"Jangan sedih, masih banyak barang di sini," ucap Sephia. Mereka pun kembali memutari rak demi rak untuk mencari hadiah yang pas untuk Radea.

Berkali-kali berbagai benda menjadi pilihan mereka. Mulai dari sepatu yang tidak diketahui ukurannya, atau kalung yang terlalu alay, hingga baju couple yang terlihat alay.

Sampai akhirnya, mata Sephia tertuju pada sweater berwarna hijau pastel tergantung bersama pakaian-pakaian lainnya. Ia lantas menarik pakaian Septyan, memanggil lelaki itu.

"Yan, itu bagus. Kayaknya gak terlalu mahal, soalnya ada tulisan diskon." Sephia memberi usul.

Septyan pun menatap sweater pastel yang diberi tahu oleh Sephia. "Iya, bagus. Itu aja," ucapnya.

***

Setelah beberapa saat, akhirnya hadiah dari Septyan telah terbungkus rapi dan siap diberikan pada penerimanya. Untung saja jumlah uang yang harus dibayarkan Septyan jumlahnya sedikit. Meski begitu, uang Septyan hanya tersisa dua puluh ribu. Itu akan ia gunakan untuk membeli makanan nantinya.

Usai membayar, mereka keluar dari toko bersamaan.

"Lo gak beli kue?" tanya Sephia tiba-tiba.

Septyan menggeleng. "Gak," jawab Septyan jujur.

Sephia berhenti di tempatnya. "Tunggu di sini sebentar."

Sesudah mengucapkan kata-kata itu, tanpa aba-aba, Sephia kembali masuk ke dalam toko. Septyan mengernyit. Lelaki itu berpikir, apa Sephia melupakan sesuatu di dalam toko tersebut.

Lima menit berselang, akhirnya Sephia terlihat keluar dari toko sambil membawa sebuah kotak berisi kue.

"Ini ...." Septyan menatap kue yang ada di tangan Sephia, tak berani menebak bahwa itu kue yang dibelikan Sephia untuknya.

"Iya, ini buat lo kasih ke Radea," ucap Sephia tersenyum.

"Gak perlu, ini aja gue rasa udah cukup," balas Septyan seraya menunjukkan bungkusan hadiah yang ia bawa.

Sephia menghembuskan napas. "Gue udah beli ini, masa iya dikembaliin lagi."

"Thanks, ya, Sep. Lo emang sahabat terbaik yang gue punya." Septyan terharu melihat perlakuan Sephia padanya.

Ya, sahabat. Itu cukup untuk Sephia. Sephia tak mengharapkan yang lain, tak mengharapkan sesuatu yang lebih dari itu.

***

Sembari membawa hadiah dan kue ulang tahun, akhirnya Sephia dan Septyan sampai di rumah tempat Radea tinggal. Septyan sangat tak sabar memberi hadiah untuk gadisnya.

Septyan yang membawa hadiah, Sephia membawa kue, mereka berdua berada di teras rumah Radea sekarang. Selang beberapa menit, sebelum Septyan mengetuk pintu, pintu justru sudah dibuka terlebih dahulu, menampakkan Radea dan rasa bahagianya.

Tiba-tiba, wajah Radea yang tadinya bahagia, berubah menjadi sebal saat melihat Sephia datang bersama dengan kekasihnya itu.

"Kok kamu aja dia, sih?" tanya Radea kesal.

"Kenapa?" tanya Septyan.

"Gak suka. Aku, kan, maunya ini special, cuma aku, kamu, sama keluarga aku," keluh Radea tak suka dengan Sephia.

Septyan langsung terhenyak. Ia memutar kepalanya, menatap Sephia yang saat ini berdiri di belakangnya.

"Gapapa, gue pulang aja. Selamat ulang tahun, ya. Ini kuenya." Sephia memberikan kue yang ada di tangannya. Kini kue itu berpindah di tangan Radea.

"Thanks," ucap Radea. "Ayo, Sayang, kita masuk. Udah ditunggu sama keluarga aku di dalem." Radea langsung menarik tangan Septyan untuk masuk ke dalam rumahnya.

Septyan merasa tak enak dengan Sephia. Gadis itu telah membantunya memilihkan hadiah untuk Radea, dan sekarang Radea justru menyuruhnya pulang. Sungguh, ia tak ingin seperti ini. Ini di luar dugaannya. Tapi, ia pun tak kuasa menolak permintaan Radea. Tak apa, ia akan meminta maaf pada Sephia lain hari.

Di sisi lain, Sephia menghela napas berat. Ia tak dibutuhkan di sini, lebih baik ia pulang. Ia melangkahkan kaki keluar dari rumah Radea.

Perasaannya berkecamuk. Air matanya menetes tanpa diminta, Sephia segera menghapus air mata itu. Ia tak boleh menangis hanya karena Septyan. Septyan itu bukan siapa-siapanya.

-

1024 word. Jangan lupa vote dan komen.

Sampai jumpa di lembar selanjutnya.

Peluka(n) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang