"Heh, lo apa-apaan, sih!" Belia marah-marah. Para murid mulai berkumpul menyaksikan adegan tersebut.
"Gue gak sengaja, Bel. Gue janji bakal ganti seragamnya," sangkal Sephia yang saat ini tengah memegang gelas minuman. Hanya gelasnya, sebab isinya telah tumpah dan membasahi seragam Artha.
"Mau ganti pake apa lo? Pake daun? Sekarang lo itu udah miskin, sadar!" ucap Belia.
Sephia menggeleng. "Gue bener-bener gak sengaja, Bel!"
"Lo kalo ada dendam sama gue, bilang, Sep!" sentak Belia.
"Gue gak sengaja! Lo tuli, hah?!" Sephia yang emosi karena terus menerus disalahkan, akhirnya balik menyentak Belia.
"Kalo gue tuli, lo apa? Buta?" tanya Belia dengan nada tinggi.
"Sayang, udah." Artha berusaha menenangkan kekasihnya.
"Cewek keras kepala kaya dia, perlu dikasih pelajaran!" Bukannya berhenti, Belia justru mendorong bahu Sephia dengan jari telunjuknya.
Sephia tertegun sesaat. Gadis itu menatap Belia untuk beberapa detik, sebelum akhirnya menarik rambut gadis tersebut.
"Udah gue bilang, gue gak sengaja!" sentak Sephia yang kini rambutnya juga dijambak oleh Belia.
Artha berusaha menghentikan Belia dan Sephia. Lelaki itu berusaha menarik Belia supaya menjauh.
"Bel, udah," ucap Artha. Namun, Belia dan Sephia tak kunjung berhenti.
"UDAH, STOP! STOP!" Seseorang datang, menerobos kerumunan tersebut dan menghentikan adegan kekerasan tersebut. "Berhenti!" serunya.
Sephia dan Belia masih di posisi yang sama, saling menarik rambut satu sama lain, seraya menatap ke Septyan—orang yang baru saja datang.
"Ini sekolah, gak usah cari masalah," ucap Septyan.
Belia berdecak seraya memutar bola matanya malas. Gadis itu lantas mendorong tubuh Sephia dengan keras hingga terjatuh di lantai.
"Pahlawan kesiangan lo udah dateng, tuh." Belia merapikan rambut dan seragamnya. "Ayo, Sayang, kita pergi dari sini." Lantas, gadis itu menarik Artha untuk pergi dari tempat tersebut.
Septyan menatap kerumunan yang masih terbentuk di sana. "Ngapain masih di sini?" Pertanyaannya membuat para murid yang berkumpul seketika bubar. Sorak-sorak terdengar, menyayangkan adegan pertengkaran tersebut berhenti.
Setelah mereka semua pergi, Septyan mengulurkan tangannya pada Sephia. Sephia tak menatap tangan itu sama sekali. Ia memilih untuk bangkit sendiri dan pergi meninggalkan Septyan.
Melihat itu, Septyan segera mengejar Sephia dan mencekal tangan gadis itu. "Sep, tunggu. Ada yang mau gue omongin."
Sephia menyentak tangannya hingga tangan Septyan terlepas. "Apasih?!"
"Tunggu dulu, gue mau jelasin semuanya," ucap Septyan.
"Apa lagi yang mau lo jelasin? Lo mau jelasin kalo lo udah bosen 2 bulan pacaran sama Radea, terus lo putus, dan lo deketin gue lagi?" tanya Sephia.
Ya, kenyataannya, Septyan dan Radea sudah 2 bulan berpacaran. Dan selama itu juga, Septyan dan Sephia tak pernah dekat.
"Gak gitu, dengerin gue dul—"
Kringgg
Bel berbunyi nyaring, tanda waktu istirahat telah usai. Sephia dapat menghela napas lega karena percakapan memuakkan ini berakhir.
"Udah bel, gue ke kelas dulu," ucap Sephia.
Setelahnya, Septyan berdecak frustasi melihat Sephia yang perlahan pergi meninggalkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peluka(n) [END]
Novela Juvenil-Pelukan dari sang penggores luka paling dalam- *** Di mata orang, Sephia dan Septyan itu berbeda. Sephia dianggap sebagai gadis yang beruntung, padahal gadis itu sedang berusaha mengembalikan keharmonisan keluarganya. Sementara Septyan, hidupnya ta...