Sunyinya malam di sebuah rumah sakit pecah akibat suara teriakan Elang menggendong Dande di punggungnya.
“Suster, Dokter! Tolong Adek saya!”
Suster dan Dokter yang berjaga tanpa pikir Panjang membaringkan Dande di brangkar, membawanya ke ruangan UGD.
“Adik tunggu sini, ya.” Suster menahan Elang yang ingin masuk.
Elang memandang nanar pintu UGD yang ditutup rapat, duduk di lantai bersandarkan dinding, mengacak kasar rambutnya. “Kakak mohon Dek, jangan tinggalin Kakak.”
Dande adalah dunianya, dan Elang berusaha mati-matian menjaganya. Namun berulang kali dia gagal melindunginya.
Sementara di dalam ruangan UGD, Dokter yang menangani Dande tidak fokus memeriksa kondisi pasien barunya.
Ada gejolak aneh setiap wajah itu dipandang, perasaannya juga mendadak khawatir melihat kondisi pasiennya. Padahal pasien yang dia tangani bukan siapa-siapanya.
“Dokter.”
“Dokter.”
“Dokter Faro!” ucap Suster di sebelahnya dengan keras. Merasa aneh kenapa dokter muda yang menjadi patner kerjanya tiba-tiba tidak fokus.
“Eh, iya.” jawab Dokter yang dipanggil Faro itu.
“Dok, tolong fokus. Pasien ini butuh penanganan.”
Faro mengangguk, menarik nafas dalam. Memfokuskan pikirannya, mulai menangani pasien yang mungkin seusia sosok yang ia rindukan.
Tiga puluh menit berlalu, Faro dapat bernapas lega. Mengusap pipi tirus itu sebelum pergi keluar menemui wali pasien.
Elang yang melihat Dokter keluar dari UGD langsung mengampirinya. ”bagaimana keadaan Adek saya, Dok.”
“Pasien mengalami Hipotermia. Untung kamu membawanya cepat, kalau tidak bisa berakibat fatal mengingat imunnya juga lemah. Tapi tenang saja, Adek kamu kondisinya sudah stabil,” ucap Faro menepuk pelan pundak kanan Elang. ”Sebentar lagi perawat akan memindahkan adikmu ke ruang rawat biasa.”
Tak lama setelah itu brangkar Dande di dorong ke luar menuju ruang rawatnya, diiringi Elang yang setia memegang tangan dingin Dande.
Faro entah kenapa merasa iri melihat perlakuan Elang. Perasaan apa ini? Batin Faro
Sesampainya mereka di sana, Faro tetap mengikuti mereka, Mengawasibperawat yang membawa pasien barunya.
Jarang-jarang Faro seperti ini. Faro tipikal orang yang cuek, jika kewajibannya sudah selesai dia tidak akan melayani pasiennya kecuali orang-orang penting saja.
Drrrt
Deringan handphone Faro mengalihkan atensinya, mengambil benda persegi di dalam saku celananya, mengangkat panggilan orang yang menelponnya.
“Kak … Bunda, cepat pulang,” ucap seberang penelpon
Faro langsung memutuskan panggilan, berjalan mendekati Elang yang duduk di samping brangkar. “Saya pergi dulu ya," pamit Faro.
Elang mengalihkan pandangannya. “Iya Dok. Terimakasih telah menyelamatkan Adek saya.”
“Jangan panggil saya Dokter, panggil Kakak Faro saja. Itu memang kewajiban kakak. Kalau begitu kakak pergi dulu ya? Titip salam buat Adek kamu.” Faro mengacak rambut Elang.
“Iya Kak.”
Faro pergi keluar ruangan, tergesa-gesa melangkahkan kakinya ketempat mobilnya berada. Menancap gas kecepatan tinggi hingga sampailah di sebuah mansion mewah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion || Last Destiny [TERBIT]
Novela JuvenilPart Lengkap+sudah dibuku kan, bisa dipesan melalui Shopee Firaz Media Takdir Sesungguhnya telah datang, membawa luka baru penambahan luka yang lalu. Menggores asa yang dia punya, mengikis hubungan yang jauh dari kata sempurna. Dia dengan dunia ke...