Dua Hati Berbeda Rasa

1.9K 221 16
                                    

Matari semakin lama merendah, menyisakan sinar orange kemerahan, sebelum benar-benar digantikan kegelapan.

Para maid sibuk menyiapkan makan malam yang mewah, sesuai perintah sang Majikan. Mengingat hari ini berlian kesayangan keluarga Erlangga telah pulang. Juga anggota keluarga Erlangga bersiap-siap diri sebelum makan malam tiba.

Namun, tampaknya tidak berlaku bagi dua insan saling mencintai masih dibuai mimpi, sambil memeluk buah hati. Hingga salah satu diantara mereka, yang merupakan Nyonya Erlangga bangun dari tidurnya.

Senyum manis di wajah Diana mengembang indah. Menggambarkan suasana hatinya, ketika disambut wajah polos Dande tidur pulas di tengah ia dan suaminya. Jari lentik Diana, perlahan terangkat menyibak rambut poni berantakan Dande. mengusap sayang pipi berangsur berisi dari hari-kehari.

Ada rasa Bahagia dan sedih setiap melihat wajah si Bungsu. Bahagia bisa dipertemukam kembali, sedih belum bisa menjadi orang tua yang baik.
Setetes air mata meluncur begitu saja, mengingat perlakuan Diana semasa si Bungsu masih dalam kandungan. Banyak cara Diana lakukan menyakiti bahkan sampai mau membunuh jabang bayi yang tak tau apa salahnya. Bersyukur, semesta mau memberikan Diana kesempatan untuk menebus waktu yang sudah-sudah.

Diana menghapus cepat jejak air mata dipipinya, saat menangkap pergerakkan mata Fahri terbuka sempurna ke arahnya, tanpa sadar diperhatikan sedari tadi.

Fahri hanya tersenyum menenangkan, tau jika sang Istri memikirkan masa lalu menyakitkan. Bukan hal mudah melupakan kesalahan terbesar yang pernah diperbuat. Bahkan, perasaan bersalah tetap bersemayam di hati mereka, walaupun si Bungsu pulang kepangkuan.

Untuk sesaat Diana dan Fahri serempak memandang wajah damai Dande. Fahri mencoba mengalihkan suasana, dengan jahilnya mencolek pipi putih Dande. Tentu itu mendapat tatapan tajam sang istri seakan bilang 'JANGAN DIGANGGU!'

Fahri tidak mengindahkan peringatan sang Istri tercinta, tangannya semakin jail menoel-noel pipi Dande. Membuat si empu bergerak mencari kenyamanan.

TAK

Tangan kecil Diana mendarat kasar di punggung tangan Fahri, membawa Dande ke dalam pelukannya.

"Jangan, ya jangan!"

"Maaf sayang, tanganku suka khilaf."

"Eunghh." Lenguhan Dande di pelukkan Diana, menarik fokus mereka.

"Adek sayang," bisik Diana ditelinga Dande.

Fahri tak mau ketinggalan, merapatkan tubuhnya mendekati Dande yang dipeluk sang Istri. "Anak Ayah, yuk bangun."

Sapaan dua ucapan lembut mengawali pendengaran Dande ketika membuka mata. Dapat dia lihat, kedua orang tua yang telah menghandirkan ke atas dunia, menatapnya penuh kasih sayang.

"Ayah, Bunda."

Diana mencium pipi kanan Dande, sementara Fahri mencium pipi kiri Dande bersamaan. Dande mematung, terkejut sekaligus senang mendapat perlakuan manis kedua orang tuanya.

Fahri dan Diana berubah khawatir dengan respon Dande tak bergerak sedikitpun, bahkan matanya pun tak berkedip.

"Adek ... Adek kenapa sayang?" tanya Diana khawatir.

"Hey, Adek mana sakit? jangan diam sayang ...." Fahri meraba pergerakkan dada Dande.

"Eh ..." cengo Dande. Bingung ekspresi kedua orang tuanya begitu khawatir. "Adek nggak apa-apa, Yah," sambung nya.

"Beneran? Biar Ayah panggil Kakak Faro."

"Bunda, sampai takut lihat Adek nggak bergerak kayak patung."

Dandelion || Last Destiny [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang