09

1.7K 138 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak, Vote, Komen dan Share jangan lupa pula Follow

Happy readings...






Pagi-pagi sekali Ali sudah meninggalkan rumah, jika biasanya Ali akan meminta Gery untuk ikut kali ini Ali sendiri yang membawa mobil

Ali menghentikan mobilnya setelah tujuannya sampai

Panti Asuhan..

Ali keluar dari sana dan menatap sekeliling, panti ini jauh dari jangkauan siapapun letaknya berada jauh dari pusat kota jadi tidak ada siapapun yang bisa mengintainya menuju kesana

Ali melangkahkan kakinya masuk kedalam baru saja dia membuka pintu Ali dikejutkan dengan pelukan bicah kecil usianya sekitar 6 tahun

"Uncle, Azka rindu" ucap bocah laki-laki yang menyebut dirinya Azka tersebut

Ali mensejajarkan tubuhnya dengan si bocah dan tersenyum kearahnya, senyum yang begitu hangat berbeda dengan dia yang sebelumnya yang suka menampilkan ekspresi dinginnya

"Maafkan Uncle, beru menengokmu sekarang" Ali menggendong anak itu dan membawanya ketaman yang ada disana

"Uncle, apa Papa ikut?" Ali menggeleng

"Terus kapan dia akan menjemput Azka?" Pertanyaan itu selalu bocah itu lontarkan setiap kali Ali menemuinya

"Azka, Papamu sedang bekerja di luar negeri dia belum bisa pulang tapi dia sudah berjanji kepada Uncle kalau dia pulang dia akan membawa banyak mainan" Ali berujar lembut, tak pernah sekalipun dia bersikap lembut selain pada bocah ini

"Uncle apa aku boleh melihat wajah Papa?" Ali menghela nafas, Azka tidak akan pernah berhenti menanyakan keberadaan Ayahnya sebelum dia mendapatkan jawaban

Ali menyodorkan ponselnya yang disambut gembira oleh bocah itu, bocah itu melihat sebuah foto mengusapnya penuh kerinduan

"Azka rindu Papa" Azka memeluk ponsel Ali seolah dia memeluk Papanya

"Uncle janji akan membawa pulang Papamu secepatnya" Azka mengangguk dan memeluk Ali

"Sekarang Azka main ya, uncle mau bertemu Ibu" Azka mengangguk dan segera pergi bermain bersama teman-temannya

Ali melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan dimana Ibu panti telah menunggunya

"Bagaimana?" Tanya Ali

"Selama ini tidak ada yang mencurigakan tuan, selain tuan tidak ada yang pernah datang kemari"

"Bagus, tapi ingat terus awasi dan jangan sampai mereka tahu aku menyembunyikannya disini" Ibu panti itu mengangguk patuh

Ali kembali ketaman tadi dan menemui Azka disana

"Azka, sekarang uncle pulang dulu nanti uncle akan kembali lagi"

"Oke uncle, tapi janji ya nanti bawa Papa kesini"

"Iya anak pintar" Ali mengelus rambut anak itu dengan sayang, sebelum pergi dia mengecup dahi anak tersebut

Ali kembali melajukan mobilnya meninggalkan panti itu, sepanjang perjalanan memang banyak sekali pohon rimbun Sehingga tidak ada yang akan tahu jika disana ada panti yang cukup besar

Ali menghentikan mobilnya disebuah kafe, disana dia melihat Prilly sedang makan sendirian dia terus memperhatikan gadis itu setelah dirasa aman dia kembali melajukan mobilnya menuju markas

Prilly celingak celinguk mencari seseorang yang memang sedang dia tunggu, tak berapa lama orang itu datang dan langsung duduk

"Maaf aku terlambat, jalanan macet" ucapnya

"Tak apa, lalu kenapa kau ingin bertemu denganku?" Tanya Prilly

"Tidak ada yang penting, aku hanya ingin bertemu denganmu saja" orang itu cengengesan

"Zeyn kau tahu? Sebenarnya aku tidak pernah menganggap pernikahanku itu" Zeyn mengangkat Alisnya seolah bertanya kenapa?

"Aku dipaksa menikah dengannya" lanjut Prilly

"Maksudmu? Pernikahan kau dan suamimu itu atas dasar paksaan bukan cinta?"

"Ya, kau tahu bahkan dia yang telah membunuh ibuku"

"Apa?" Zeyn membuka mulutnya lebar seolah tidak percaya akan perkataan barusan

"Dia itu Iblis"

"Lalu kenapa kau tidak lari saja darinya?"

"Aku sudah membuat kesepakatan dengannya" Zeyn menggelengkan kepalanya tidak percaya bagaimana bisa sebuah pernikahan dibuat kesepakatan?

"Oh ya aku belum tahu siapa nama suamimu?"

"Alianka Alaska"

Zeyn sebenarnya sudah tahu tentang Prilly dan juga pernikahannya tidak sulit untuknya mencari tahu informasi tentang gadis itu dia sengaja seolah olah dia tidak tahu apapun tentangnya karena dengan ini dia akan menggali informasi tentang Ali darinya

"Bukankah dia seorang mafia?"

"Aku tidak tahu dan tidak ingin mengetahuinya"

"Prilly apa kau ingin terbebas darinya? Aku bisa membantu" Prilly tampak berpikir sejenak dan menatap Zeyn bukannya dia tidak percaya padanya hanya saja dia tahu Ali tidak akan mengampuninya dan juga orang yang telah membebaskannya

"Bagaimana caranya?" Tanya Prilly akhirnya

"Beritahukan padaku informasi sekecil apapun tentang dia, bisa jadi dengan itu semua kau bisa terbebas darinya"

"Maksudmu? Aku tidak mengerti"

"Maksudku dengan kau mempunyai informasi tentangnya kau bisa tahu apa kelemahannya dan bisa mengancamnya"

Prilly menghela nafasnya, apa pria didepannya ini tidak tahu Ali itu seorang mafia meskipun dia memiliki kelemahan dia pasti tidak akan melepaskannya begitu saja

"Aku rasa idemu tidak akan berhasil" ucap Prilly

"Baiklah kalau itu yang kau pikir tapi jangan sungkan menceritakan apapun padaku apalagi itu tentang Alianka Alaska" Prilly hanya mengangguk saja karena dia tidak mengerti kenapa Zeyn begitu sangat ingin membantunya

"Zeyn, aku pamit pergi dulu" Prilly bangkit dari duduknya dan meninggalkan pria iru setelah sebelumnya dia menganggukan kepalanya tanda dia memberikan izin Prilly pergi

Sepeninggalan gadis itu Zeyn menatap kosong kedepan ingatan tentang Amanda terlintas di benaknya, dia begitu merindukan Amanda

"Jangan jadikan kenanganmu sebagai kelemahanmu Zeyn jadikan itu motivasimu untuk menghancurkan Ali, karena dia keluargamu menderita lihat aku sekarang karena dia wajahku tidak sempurna" Ujar seseorang yang sekarang duduk di depannya

"Aku mengerti Ibu, aku hanya merindukan Amanda" Zeyn menatap Ibunya

Wajah Ibunya kini tak secantik dulu ada bekas luka bakar di bagian pipi kirinya dan itu disebabkan oleh satu orang Alinka Alaska.




AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang