"Sesuai janjiku, aku membawanya kemari."
Rose mengangguk dan menyuruh orang itu membawa apa yang di bawanya ke dalam kamar, dia ingin lihat kekacauan yang terjadi di kediaman Alianka Alaska setelah ini.
"Pergilah, dan kabari aku keadaan disana." orang itu mengangguk dan segera berlalu.
Melihat keluarga Linda penuh kekhawatiran dan rasa takut membuat Rose semakin bahagia.
Inilah yang dia inginkan, inilah yang dia harapkan sedari dulu. Jika saja, Ali tidak mengacaukan rencananya dulu mungkin saja keadaannya tidak akan seperti ini dan selamanya Linda tidak akan tahu jika putra dan putrinya masih hidup.
Tapi sudahlah, semuanya sudah terjadi dan Rose sudah merasakan kepuasan dalam dirinya meski pun belum sepenuhnya.
"Kehancuran membuatku bahagia." Gumam Rose.
Tak ada kata kasihan, tak ada kata Iba, hatinya sudah dipenuhi dendam dan amarah tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah, semuanya di anggap benar oleh Rose.
Selama itu membahagiakannya maka selama itu pula dia akan melakukannya, meski dia harus mengorbankan kasih sayang Anaknya.
Mengingat soal anak, Rose sudah tidak ambil pusing lagi, entah anak itu mau mengakuinya atau tidak yang jelas setelah dia mendapatkan kepuasan hatinya maka anaknya akan kembali kepelukannya.
Karena sebenci apapun anak kepada orang tuanya, tetap saja anak itu akan kembali kepangkuan ibunya.
.
Sudah beberapa kali Ali mencoba menghubungi Zeyn, tapi nyatanya ponsel pemuda itu tidak bisa di hubungi.
Sejak pagi Azka tidak ada di rumah karena dia meminta izin ingin bertemu dengan Ayahnya itu, dan Ali juga mendapatkan pesan dari Zeyn jika dia akan menemui dan menjemput Azka tapi sampai sekarang Azka belum kembali ke rumahnya.
Sudah hampir tiga hari tapi Ali belum mendapatkan kabar tentang kondisi Linda dan jangan sampai sekarang Azka juga ikut menghilang.
Ali masih berharap jika Azka sekarang sedang bersama dengan Zeyn di suatu tempat, Ali sempat melihat rekaman cctv dan disana dia melihat mobil Zeyn terparkir disana tapi Zeyn tak kunjung keluar hingga Azka masuk kedalam mobil tersebut.
Sedikit curiga namun Ali menepis pikiran-pikiran buruk yang merasuki otaknya, disaat seperti ini dia harus berpikiran positif.
"Ali gimana? Apa Zeyn sudah mengabarimu?" Tanya Prilly, hatinya sudah cukup gelisah karena sang ibu yang menghilang, jangan di tambah Azka juga.
"Dia gak bisa aku hubungin, seharusnya aku gak biarin Azka keluar."
"Zeyn Ayahnya, mau sampai kapan mereka dipisahkan Li? Sudah cukup enam tahun mereka terpisah."
"Aku tahu tapi sekarang lihatkan, Azka gak tahu ada dimana sekarang."
"Aku juga sama cemasnya tapi kita berdoa saja semoga Azka baik-baik saja." Ujar Prilly, Ali menghela nafasnya.
Dia memijat pelipisnya pelan, bebannya sangat berat.
"Sonya darimana kau?" Tanya Ali saat melihat Sonya baru memasuki rumah.
"Aku.. aku.. aku dari makam Ayahku." Sahut Sonya gugup.
"Kau melihat Azka?"
"Azka? Biasanya dia bermain bersama Zia." Ali mengangguk, mempersilahkan Sonya untuk kekamarnya.
Ali mengetuk pintu kamar Zia, tak lama Zia membuka pintu dengan keadaan orang seperti bangun tidur.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Apa kau tahu Azka kemana? Sampai sekarang dia belum pulang juga."
"Tadi pagi dia bilang ingin jalan-jalan bersama Ayahnya, habis itu aku enggak tahu lagi deh."
"Apa kamu tahu kemana mereka akan pergi?"
"Aku gak tahu, udah ah aku ngantuk mau tidur lagi." Zia menutup pintunya.
Ali menghembuskan nafasnya kasar, kenapa masalahnya malah semakin rumit saja.
Linda saja belum di temukan, sekarang Azka juga tidak tahu dimana rimbanya.
Tak berapa lama ponsel Ali berdering dan Ali segera mengangkat teleponenya.
"Hallo uncle, tolong Azka." Teriak seseorang di seberang sana.
"Azka, kau dimana nak?"
"Huh! merindukan keponakanmu? Tenang dia aman bersamaku."
"Apa yang kau lakukan padanya?"
"Mempertemukan Ayah dan Anak, kenapa memangnya?"
"Kau, berani sekali kau menculik Azka."
"Hey, aku tidak menculiknya. Azka sekarang bersama dengan Ayah dan Neneknya"
"Maksudmu?"
"Sudahlah jangan berlagak polos, temui aku nanti malam. Akan aku kirim alamatnya."
Sambungan telepone dimatikan, Ali menatap layar ponselnya.
Rose benar-benar mengacaukan keluarganya, Ali bingung kali ini apa yang akan di rencanakan oleh Rose.
Masalah ini cukup rumit, Ali tidak mengerti jalan pikiran Rose. Jika memang dia menginginkan seluruh kekayaan Raharja kenapa dia tidak meminta itu saja sekarang?.
"Ali apa Azka sudah di temukan?" Tanya Prilly
"Aku akan menjemputnya segera, kamu tunggu di rumah."
Ali pergi dari rumah dan melajukan mobilnya, sudah cukup Rose mempermainkannya.
Sekarang Ali harus bertindak, ini demi keselamatan Ibu mertuanya, Azka dan juga Zeyn.
Karena masalah Linda, Ali sampai tidak memperhatikan Azka dan akhirnya menjadi kacau balau seperti ini.
Seharusnya dia lebih teliti dan menjaga keluarganya dengan ketat, nyatanya dia sekarang kecolongan.
Ali menghentikan mobilnya di sebuah hotel, tempat dimana dia akan bertemu dengan Rose.
Ali masuk kedalam kamar yang sudah dipesan Rose, saat memasukinya ruangan itu tampak gelap.
Tidak lama sebuah foto muncul di layar di depannya, foto Rose bersama dengan seorang anak kecil, lalu foto itu bergulir dimana Rose bersama dengan Herman beserta anak kecil itu hingga akhirnya Foto itu menunjukkan Rose bersama dengan seorang gadis
Dan gadis itu SONYA!.
Ali menatap lekat foto itu, apa maksud dari semua ini? Apa yang ingin rose tunjukkan padanya.
"Kau sudah melihat semuanya kan? Biar aku katakan padamu".
Ruangan itu terang benderang menampakkan Rose yang duduk di kursi.
"Sonya adalah patnerku selama ini." Ali hanya diam saja.
"Kau pasti tidak akan percaya, tapi itulah kenyataannya. Kau pikir darimana aku tahu semua gerak gerikmu kalu bukan dari dia?"
Apa itu sebabnya akhir-akhir ini Sonya terlihat berbeda? Apa ini jawabannya?
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ali
ActionDia bagaikan Malaikat berhati Iblis, dia tidak akan segan melakukan apapun untuk mendapatkan segala keinginannya. Jangan lupa Follow, Vote, Komen dan Share cerita ini