34

1.3K 117 5
                                    

Prilly terus saja mondar-mandir menunggu kabar dari suaminya, ini sudah malam dan Ali belum juga kembali.

Dia khawatir Rose akan mencelakakan Ibunya, sudah cukup selama dua pulih lima tahun ini dia berpisah dari sang ibu kali ini tidak lagi.

"Aunty, Kemana Uncle Ali?" Tanya Azka.

Azka, bocah itu masih tinggal bersama Prilly. Zein belum bisa merawatnya karena dia harus menyelesaikan permasalahan ini terlebih dahulu.

"Sayang, Uncle sedang ada kerjaan jadi kamu bermain sendiri saja ya."

Azka mengangguk, dia keluar dari dalam kamar Prilly dan duduk di ruang televisi.

Zia yang kebetulan lewat disana melihatnya, dan mendatangi Azka yang tengah bermain seorang diri.

"Azka, sedang apa?"

"Lagi main."

"Tante temenin ya." Azka mengangguk.

"Azka udah kenal lama sama Uncle Ali?" Tanya Zia

"Kata Ibu panti Azka di asuh disana sejak lahir dan uncle Ali yang selalu menengok azka" Anak itu menjawab dengan polosnya.

"Azka tahu siapa orang tua kandung Azka?" Azka menggeleng, dia tidak tahu nama kedua orang tuanya tapi dia tahu bagaimana wajah kedua orang tuanya karena Ali memberikannya foto orang tuanya.

Jika bocah itu merindukan mereka maka Azka akan memandangi foto itu sepuas hatinya dan memeluknya bahkan dia sering sekali tertidur sembari memeluk foto kedua orang tuanya.

Azka tahu ibunya sudah tiada, dan Ali selalu membawanya berziarah ke kuburan ibunya setiap ibunya berulang tahun.

Meski hanya setahun sekali, tapi Azka bahagia dan selalu mendoakan semoga ibunya berbahagia di atas sana.

Kadang Azka sering mengeluh ingin bertemu Ayahnya, tapi Ali selalu mengatakan berbagai alasan dan itu untuk kebaikan Azka sendiri.

Azka dan Linda selama ini adalah prioritas utama Ali dan sekarang bertambah Prilly.

"Azka punya foto orang tua azka? Coba tante liat siapa tahu tante kenal sama mereka."

"Tante kenal sama orang tua Azka?" Zia mengangguk.

"Apa tante bakal temuin aku sama Ayah?" Kembali Zia mengangguk.

Azka tersenyum senang dan berlari kearah kamarnya, tak lama dia kembali dengan sebuah foto di tangannya.

Azka memberikan foto itu, zia memandangi foto itu cukup lama dan tersenyum.

"Tante kenal sama orang tua kamu, nanti tante akan bawa kamu ketemu Ayah kamu."

"Beneran tante? Janji?"

"Janji."

***

Deru mobil terdengar di halaman rumah, Prilly membukakan pintu dan melihat Ali yang baru pulang tengah malam.

"Kenapa belum tidur?"

"Gimana aku bisa tidur, kamu belum pulang dan gak ngasih kabar soal Mama."

"Maaf ya, aku belum bisa temuin Mama." Jawab Ali lesu.

Dia sudah mengitari rumah Rose tapi nyatanya rumah itu kosong dan dia tidak mendapatkan petunjuk apapun selain potongan kain tadi.

"Yaudah masuk yuk, besok kita cari lagi" ajak Prilly.

Dia tidak bisa memaksakan suaminya untuk terus mencari keberadaan Linda, terlebih lagi Ali terlihat sangat lelah.

Selama ini Ali yang selalu menjaga Ibunya, tanpa pamrih apapun dia menjalankan tugasnya dengan ikhlas. Karena bagi Ali, menolong tidak boleh setengah-setengah.

"Azka udah tidur?" Tanya Ali saat mereka masuk kedalam rumah.

"Udah, dia nanyain kamu terus."

"Kasihan dia pasti ingin bertemu dengan Ayahnya" Prilly mengangguk, tapi untuk saat ini membiarkan Azka bertemu Zein itu sangat berbahaya.

Apalagi sekarang Rose bertindak cepat dan akurat, Ali yang biasanya akan mengetahui rencana jahat Rose kini hanya bisa pasrah.

Semoga saja Rose tidak mencelakakan Linda, entah apa yang diinginkan wanita tua itu.

Terkadang Ali berpikir, apakah Rose melakukan semua ini hanya karena harta? Ataukah ada hal lain?.

Ali membersihkan dirinya dan setelah selesai dia membaringkan tubuhnya di samping Prilly yang sudah terlelap.

Matanya terpejam tapi pikirannya terus menerawang jauh, sepertinya dia akan bergadang malam ini.

Sedangkan disisi lain, Sonya tengah menghubungi seseorang terlihat dia berbincang-bincang serius dengan orang di seberang sana.

Sesekali ekspresinya berubah kesal, dan seperti memaki orang di telepone nya.

"Sonya ada apa?" Tanya Gery yang mendekati istrinya karena tidak mendapati istrinya di sampingnya.

"Tidak ada"

"Kau menyembunyikan sesuatu"

"Memangnya apa yang aku sembunyikan?"

"Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu, katakan padaku apa yang kau sembunyikan."

"Sudah aku bilang aku tidak menyembunyikan sesuatu, sudahlah aku lelah ingin istirahat."

Sonya meninggalkan Gery dan tidur, Gery merasa heran dengan sikap istrinya belakangan ini yang sering sekali terlihat cemas dan mengkhawatirkan sesuatu, jika di tanya Sonya akan marah.

Sonya tidaklah benar-benar tidur, dia terpikirkan sesuatu dan dia sangat takut.

Takut jika rahasinya selama ini terbongkar, dan semua orang yang ada di sekitarnya akan kecewa dan membencinya.

Selama ini dia selalu menanamkan pikiran jika dia tidaklah salah,  ini hanyalah permainan takdir.

Setelah sekian lama dia menjauh dari takdir itu, sekarang takdir itu malah mendekatinya dan berusaha kembali masuk kedalam kehidupannya.

Tidak bolehkah Sonya bahagia? Kenapa takdir buruk itu seolah mengikutinya dan mencari celah untuk masuk kedalam hidupnya.

Dia ingin takdir seperti ini, dia membenci takdirnya.


.

AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang