Katakan saja Euna berlebihan, tetapi di kehidupan sebelumnya, tidak ada bunga yang harumnya begitu semerbak seperti yang ada di sekitarnya saat ini. Terlebih sinar matahari yang hangat dan sapuan angin membelai lembut kulitnya, andai tidak ingat sedang melukis mungkin Irish akan jatuh tertidur.
Jemari Irish menari-nari diatas kanvas, sesekali mencelupkan kuasnya di palet yang tersedia. Semua ini berkat bakat bawaan Irish, jika bukan karenanya mana mungkin Euna mampu melukis?
Irish melirik Chloe yang berdiri seraya melarikan pandangannya kesana-kemari. "Kau tidak lelah?"
"Ah, ya nona?" Chloe tersentak. "Saya baik-baik saja."
"Duduklah, berdiri terlalu lama tidak baik untuk kesehatan kaki." Irish menunjuk kursi tak jauh darinya.
"Tidak, nona. Maid rendahan seperti saya tidak seharusnya—"
Irish memijat pelipisnya. Coba hitung berapa kali Chloe terus menyebut statusnya? Persetan! Irish tidak peduli, ia hanya ingin ditemani masa bodoh siapa dan berstatus apa.
"That was an order," tegasnya.
"T-tapi, nona..."
Mendapati tatapan pedas nonanya, Chloe tidak punya pilihan lain. Takut-takut ia melirik kanvas Irish yang kini terlukis rerumputan hijau dan bunga mawar, dengan seseorang bergaun putih menengadah—menikmati sinar hangat mentari. Yang tidak Chloe pahami adalah, bibir sosok yang dilukis nonanya.
Bagian dengan tempera merah dicampur putih itu entah berada pada posisi tersenyum atau melekuk ke bawah, Chloe bingung.
Memang Irish sempat meminta kanvas dan alat lukis beberapa kali, tapi Chloe tidak pernah benar-benar menyaksikan secara langsung. Nonanya sangat berbakat rupanya.
Chloe tersenyum senang. "Nona terlihat berbeda beberapa hari terakhir, apa terjadi sesuatu?"
"Tidak ada, memangnya aku berbeda seperti apa?" jawabnya, tanpa mengalihkan perhatian dari kanvas.
"Saya merasa nona lebih cerah dari biasanya. Nona tidak lagi memasang wajah sedih karena Duke Cael tidak meluangkan waktu."
Irish terkekeh geli. "Kau yakin hanya sekedar tidak meluangkan waktu? Bukan karena ayah membenciku?"
Chloe terbelalak. "Tidak, nona! Itu tidak benar. Duke Cael sangat menyayangi nona, hanya—"
"Hanya...?" Irish meletakkan alat lukisnya, bersidekap dada seraya menghadap Chloe. "Kau tidak perlu menghiburku, Chloe. Meskipun ayah membenciku, sepertinya aku sudah terbiasa. Hanya saja, mungkin untuk seterusnya aku tidak akan berharap apapun padanya."
Chloe menunduk dalam. "Maafkan saya, nona. Saya tidak bermaksud membuat anda sedih."
"Sedih...? Apakah wajahku terlihat seperti itu?" Irish menyentuh pipinya dengan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Pathetic Fate
FantasyAgracia Euna memang termasuk kategori orang aneh. Setelah mati tragis setengah bodoh karena menyebrang jalan sembari bermain ponsel, alih-alih bersedih, dia justru bahagia. Memasuki tingkat kekonyolan baru, tidak cukup sebatas dikirim ke surga atau...