Agracia Euna memang termasuk kategori orang aneh. Setelah mati tragis setengah bodoh karena menyebrang jalan sembari bermain ponsel, alih-alih bersedih, dia justru bahagia.
Memasuki tingkat kekonyolan baru, tidak cukup sebatas dikirim ke surga atau...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu minggu menjelang pesta perayaan ulang tahun Orion---pangeran kedua super menyebalkan dan tidak jelas itu---Irish disibukkan dengan serba-serbi yang akan mempercantik penampilannya nanti.
Damn! Selain malas, Irish yakin kedepannya pasti akan merepotkan jika ia hadir di pesta---tapi gadis itu juga tidak mungkin bisa absen di hari ulang tahun adik iparnya sendiri tanpa alasan. Irish berani bertaruh Stacy akan memanfaatkan kesempatan itu untuk menjelekkan reputasinya---meski Irish tidak tahu persis apa yang sedang direncanakan penjilat itu.
Well, kesampingkan dahulu hal-hal yang membuat kepala Irish berat sebelah---pemandangan di hadapan sang gadis saat ini saja sudah membuatnya ingin mati darah tinggi.
"Chloe! Bukankah aku menyuruhmu untuk menyiapkan kereta kuda?! Kenapa justru orang itu yang muncul?" lihat? Irish bahkan melampiaskan kekesalannya pada Chloe.
Sungguh, Irish tidak ikhlas jika harus repot untuk Orion---tetapi seolah tidak cukup, pria itu masih saja mengganggunya ketika hendak pergi mencari gaun.
Ya Tuhan, tolong maafkan Irish karena bersikap tidak baik pada keimutan.
Chloe menggigit bibir bawahnya, menggeleng cepat. "Saya mohon maaf, nona. Sebelumnya pangeran tidak berada disini ketika saya mengecek kondisi kereta."
Menghela napas berat, Irish memijat pelipis seraya mendekat pada seonggok manusia yang tengah bersidekap dada dan bersandar pada pintu kereta dengan senyum bodohnya. "Greetings, His Highness, Prince Orion De Alger. Boleh saya tahu atas keperluan apa anda berada disini?"
Orion menyugar rambutnya penuh gaya. "Apa maksudmu dengan 'keperluan apa', kak? Bukankah kau akan pergi mencari gaun untuk acara ulang tahunku? Tentu saja aku harus ikut untuk memastikan kau memilih yang terbaik."
Irish memaksakan senyumnya. Andaikata gadis itu bukan orang yang sabar, mungkin sudah sejak lama ia meminta Aries untuk membunuh Orion. "Ahaha, selera saya tidak terlalu buruk sampai harus membawa seseorang untuk menemani, pangeran~"
"Hmm, tapi aku tidak pernah mengatakan bahwa seleramu buruk? Bagaimanapun, aku adalah bintang utama di pesta mendatang---jelas akan lebih bagus jika kau memilih gaun yang masuk seleraku."
Chloe bergerak gusar saat nonanya melunturkan senyum sembari menggerakkan bibir komat-kamit. Ia bingung harus bagaimana dan seperti apa. Menenangkan Irish? Chloe tidak yakin, karena sepertinya ia sudah terlalu terlambat melakukannya.
Dengan sorot setajam belati, Irish menggertakkan gigi seraya dengan kejam menginjak kaki Orion.
"AAAAARRRRRGGGHHHHH!!!!"
Dalam hitungan detik, suasana hati Irish berubah drastis---ia tersenyum lebar seolah baru saja mendengar melodi terindah di dunia, walau pada kenyataannya sedikit tidak sedap didengar. Namun wajah menahan kesakitan hingga urat leher Orion mencuat---astaga, Irish tidak keberatan dikatai psycho jika dapat memandangi ekspresi yang sama di wajah pangeran sialan itu setiap hari.