#part_9 ( Terbully )

446 33 0
                                    


Ceklek!

Terdengar pintu kamar Devan terbuka, Lia dan Devan kini seketika langsung tersontak kaget.

"Van! Kamu ud---"

Tek!

"Loh, kok malah tiba-tiba mati lampu, sih!" gerutu ibu Devan yang kini penglihatannya gelap dan tentu saja ia tidak melihat Devan dan Lia sedang apa. Hufft, hampir saja.

"Van ... kamu udah tidur belum?" panggil ibu Devan di dekat  pintu kamar Devan yang masih memegang gagang pintu.

Devan sengaja tak menjawab agar ibunya mengira Ia sudah tidur. Padahal Devan saat ini sedang menindih Lia sembari menutup mulutnya.

"Mungkin anak itu sudah tidur. Hufft! Ada-ada saja, pake mati lampu segala."

Linda pun keluar dari kamar anaknya dengan cara meraba-raba karena gelap, hampir saja mereka kepergok dan minimbulkan kesalah pahaman. Mati lampu telah menyelamatkan mereka.

"Hufft ...." Terdengar helaan napas lega dari Devan seraya melepaskan bungkaman Lia.

"Ibumu udah pergi?" bisik Lia.

"Sepertinya, dan hampir saja kita ketahuan, untung mati lampu," ucap Devan.

"Iya, mati lampu menyelamatkan kita."

"Hmm, yaudah. Kamu cepat keluar dari kamarku sebelum lampu kembali menyala," pinta Devan sembari bangkit dari tubuh Lia.

"Tapi gelap, bagaimana aku bisa ke kamarku?" keluh Lia dan merubah posisinya menjadi duduk

"Hmm, yasudah. Biar aku antar ke kamarmu,"

"Baiklah, tapi kamu dimana sekarang? Aku tak melihat apa-apa," ucap Lia yang kini meraba-raba.

"Pegang tanganku!"

"Tanganmu mana?"

"Geli! Lia, singkirkan tanganmu."

"M-maaf, aku ga sengaja."

Lia akhirnya berhasil memegang tangan Devan, walau tadi ia tak sengaja memegang pinggang Devan. Setelah itu, mereka berjalan keluar dari kamar dengan cara mengendap-endap seperti maling. Dan jika berbicara harus berbisik.

"Kenapa ga pake santer hp aja sih, Van?"

"Jangan! Nanti kita ketahuan, kalau gelap 'kan mereka ga akan melihat kita."

"Oh, iya, yah."

"Ingat, kamu jangan berisik! Kita harus hati-hati."

"Oke Bos."

Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya sampai di depan kamar  Lia. Lalu Devan dengan hati-hati membuka kamar Lia, lalu menyuruh sepupunya itu masuk ke kamarnya dan tidak berulah lagi.

"Masuklah, dan mimpi yang indah," bisiknya.

"Iyaa. Hmm, btw ... tadi kamu mau ngapain aku, sih. Apa kamu mau cium aku, kek Suho ama Jukyung?"

"Huss, lebih dari sekedar itu. Ahk ... sudahlah, setelah menikah aku akan mengajarimu,"

"Baiklah."

Lia pun masuk ke dalam kamarnya dan menutup rapat kamarnya. Sedangkan Devan berlalu pergi menuju kamarnya dengan cara mengendap-endap seperti biasa.

Tek!

Tiba-tiba lampu kembali menyala saat Devan kini berada di depan kamar Ibu dan Ayahnya.

"Devan?"

Degh!

Devan tersontak kaget karena seseorang memanggil namanya. Ia kemudian perlahan menoleh kebelakang dengan wajah pucat pasih.

Sepupuku Pacar OnlinekuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang