#Part_18 ( Menginap di rumah teman )

316 20 12
                                    


Devan membawa Lia kabur dengan mobil Ayahnya. Untungnya saja sebelum kabur ia berhasil mengambil kunci mobil ayahnya terlebih dahulu.

Saat ini pikirannya sangat kacau, kabur adalah jalan terakhir yang ia pilih agar dirinya tak jadi ditunangkan dengan gadis, anak dari teman bisnis ayahnya itu. Meski ia tahu, ini akan semakin membuat orang tua mereka murka.

"Van! Kita mau kemana? Bukannya kalau kita kabur seperti ini mereka bakal semakin marah kepada kita? Hiks ...," tanya Lia sambil menangis.

Citt!

Seketika Devan merem mendadak mobilnya membuat Lia hampir saja membentur desboard mobil. Untung saja Lia memakai sabuk pengaman jadi wajahnya aman.

"Arrhg ...  brengsek!" umpat Devan sambil memukul stir mobil milik ayahnya dengan emosi. Lalu melepaskan sabuk pengamannya dan langsung memeluk Lia yang kini menangis tersedu-sedu.

"Aku tak peduli lagi! Biarkan saja mereka marah! Daripada aku harus bertunangan dengan gadis lain. Aku ga akan sanggup lihat kamu terluka di depanku," tegas Devan yang masih dengan posisi memeluk Lia.

"Tapi aku takut, Van ...," lirih Lia.

Devan melepaskan pelukannya dan beralih memegang kedua pipi Lia, sambil menatapnya dengan tatapan sendu.

Ia kini melihat mata gadisnya nampak sembab dan basah karena kebanyakan menangis. Perlahan tangannya menghapus air mata itu dengan penuh perasaan.

"Kamu ga boleh takut selama kita masih bersama! Kita pasti bisa melewati semua masalah ini. Ini adalah ujian bagi hubungan kita ... kamu percayakan, jika setelah hujan pasti ada pelangi?" ucap Devan dengan tatapan mendalam, menguatkan Lia agar tetap percaya, bahwa hubungannya akan mendapatkan restu dari orang tua mereka cepat atau lambatnya, yang penting mereka harus tetap bersabar.

Lia mengangguk mengerti membuat Devan tersenyum lega. Lalu kembali saling berpelukan menciptakan kehangatan dan rasa tenang. Melupakan sejenak masalah yang menimpah mereka.

Di sisi lain, ayah Devan kini nampak sangat murka atas kelakuan Devan dan Lia yang kabur dari acara makan malam di restoran tadi. Ibu Devan nampaknya lebih mengkhawatirkan anaknya di luar sana.

"Anak kurang ajar! Beraninya mereka mempermalukanku di depan pak Darwin! Mau kupasang di mana wajahku ini, ha!" seru ayah Devan dengan nafas memburu.

"Sudahlah, Yah.Tenang ... redakan emosimu! Nanti darah tinggimu naik lagi," pinta istrinya berusaha menenangkan suaminya yang sedang emosi.

"Bagaimana aku bisa tenang! Jika anak kita sendiri tidak lagi patuh pada orang tuanya sendiri! Dan lagi, mereka kabur pake mobil Ayah. Truuss besok aku berangkat ke kantornya bagaimana? Bener-bener anak kurang ajar!" balas suaminya dengan nada kesal.

"Ayah 'kan bisa pake motor Devan di garasi!"

"Ahk, sudahlah. Bicara sama kamu bikin kepalaku tambah pusing saja. Dasar ... Ibu sama anak sama saja!" kesalnya sembari berlalu masuk ke dalam kamar meninggalkan istrinya yang kebingungan.

"Loh, apa ibu salah bicara? Ibukan cuma menyarangkannya untuk memakai motor Devan! Eh ... bentar! Ayah 'kan ga bisa pake motor besar karena pendek. Haduh ... Dia pasti tersinggung lagi," gerutunya pada diri sendiri sambil menepuk dahinya merasa bersalah kepada suaminya itu.

Sementara di rumah Lia juga terjadi perdebatan antara mamahnya dan papahnya. Papah Lia menyuruh istrinya untuk merestui hubungan Devan dan Lia namun, istrinya tetap kekeh tidak ingin merestui mereka.

"Sampai kapanpun, Mamah tidak akan pernah merestui hubungan mereka! Jadi tolong Papah berhenti membujuk Mamah untuk merestui hubungan mereka!"

"Kenapa, Mah? Kalau masalah mereka sepupu ... itukan bukan masalah besar, banyak kok di luar sana yang menikah dengan sepupunya sendiri," bela papahnya.

Sepupuku Pacar OnlinekuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang