Sampailah Devan di rumah sakit, ia bertanya ke suster terlebih dahulu tempat Lia dirawat. setelah tahu, ia pun buru-buru berlari menuju kamar tempat Lia di rawat. Akhirnya pun ia sampai di depan kamar dengan nomor 501.
Ceklek!
Devan membuka kamar Lia, dan melihat tubuh gadisnya terbaring lemah di atas ranjang dengan ventilator dihidungnya, membuat Kakinya terasa lemas. Matanya terasa memanas, detak jantungnya terasa berhenti.
"Akh, Lia ...," lirihnya dan segera menghampiri Lia.
Digenggamnya tangan tak berdaya itu, dan diciumnya berkali - kali, memohon agar gadis di depan matanya ini membuka mata dan menyambutnya.
"Hey, Sayang, sadarlah! Aku sudah ada disini, hik ...," Devan memegang pipi Lia menyuruhnya untuk bangun, namun gadis itu tetap setia menutup matanya.
"Bukalah matamu! Apa kamu marah, karena membuatmu lama menunggu, hik ...." Air matanya berjatuhan di atas pipi Lia, hatinya begitu sakit melihat gadisnya tak berdaya seperti ini.
"Maafkan aku! Kumohon jangan seperti ini, Sayang ...," lirihnya dengan tangisan pilunya memenuhi ruangan tersebut.
Sari yang baru datang dari ruangan dokter dan mendapati Devan yang kini bersama putrinya, seketika kaget dan terharu melihatnya kini menangisi putrinya dengan tulus.
Ia berjalan dan mengelus punggung keponakannya itu, menyuruhnya untuk tabah."Van! Kamu akhirnya datang," ucapnya.
Devan berbalik dan memeluk Tantenya." Tante, maafin Devan. Maaf, Devan baru datang jenguk, Lia, hik ...," lirihnya dengan isak tangis pilu.
"Iya, gapapa, Nak. Tante paham, hari inikan hari pernikahanmu?"
Devan melepas pelukannya dan berbalik menatap Lia yang masih terbaring lemah." Devan tidak jadi menikahi Henny, Tant. Devan hanya ingin menikahi Lia, gadis yang selalu membuat Devan khawatir dan menangis sampai ingin mati rasanya," ucapnya.
"Jadi, kamu masih mencintai Lia, ya."
"Maafkan, Devan, Tante. Devan tidak akan membohongi perasaan Devan lagi mulai sekarang. Apapun resikonya Devan tidak akan menyerah untuk tetap mencintai putri Tante. Meskipun Devan dan Lia adalah sepupu, itu tidak akan menghalangi kami. Lagi pula Agama tidak melarangnya, ini hanya persoalan ego keluarga dan pendangan orang-orang saja," tutur Devan memberanikan diri di hadapan mamah Lia yang selama ini juga ikut melarang hubungannya dengan Lia.
"Tante tidak akan melarang kalian lagi. Sudah cukup kalian menderita, yang Mamah inginkan sekarang hanya kesembuhan Lia dan kebahagiaannya, " balas Sari sambil mengelus punggung keponakannya itu.
"Makasih, Tante. Mungkin jika Lia mendengarnya, pasti dia akan senang, iyakan Sayang?" ucap Devan sambil mencium dahi Lia dalam dengan air mata menetes.
Devan mengeluarkan sebuah kotak cincin berwarna merah disakunya. Lalu membuka kotaknya dan mengambil cincin emas didalamnya, cincin yang hampir saja ia berikan ke Henny.
Devan menyematkan cincin tersebut di jari manis Lia. Bahu Devan seketika bergetar, ia kembali menangis.
"Sayang, lihat. Cincin ini pas di jari manis kamu."
"Sadarlah, cepat, dan marilah kita menikah, hik ...."
Sari tak tahan lagi melihatnya, ia pun keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan sedih. Ia sungguh menyesal atas kesalahannya selama ini yang terlalu egois ke mereka, sampai melupakan kebahagiaan putrinya.
Reno dan Henny akhirnya juga tiba di rumah sakit dan segera keruangan Lia untuk menjenguknya.
"Devan, bagaimana keadaan, Lia?" tanya Henny sambil berjalan ke arah Devan sedangkan Reno hanya berdiri di dekat pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupuku Pacar Onlineku
Teen FictionSatu tahun lebih pacaran online pas ketemu ternyata sepupu sendiri (Sudah Tamat )#jan lupa vote😊