31• Berbohong

204 20 49
                                    

~~~
Setelah selesai bersantap di restoran, Lia dan Reno pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Padahal sebenarnya, Reno masih ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan Lia malam ini, tapi mamah Lia sudah menelpon dan menyuruh Lia untuk segera pulang.

"Yaudah, deh. Kita pulang!" ucap Reno sambil bangkit dari kursinya, begitupula dengan Lia yang ikut berdiri.

Sementara Devan dan Henny masih nampak menikmati makanannya meski sesekali melihat ke arah Lia dan Reno yang kini akan pulang.

"Van, sepertinya mereka udah mau pulang," bisik Henny.

"Iya," balas Devan sambil melirik ke arah Lia dan Reno yang kini berjalan ke tempat kasir untuk membayar makanannya.

"Kita pulang juga, yuk!" ajak Henny.

"Habiskan makananmu dulu!" balas Devan.

"Hufft, iya."

Setelah selesai membayar makanan di kasir, Reno dan Lia pun keluar dari restoran menuju parkiran, dimana motor Reno terparkir. Dengan hati-hati Lia naik ke motor Reno sambil berpegangan pada bahu Reno. Reno tiba-tiba berdehem, memberikan kode ke Lia. Lia yang tahu maksud Reno, ia pun melilitkan kedua tangannya ke pinggang Reno dengan ekspresi pasrah.

Motor pun melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan restoran. Sedangkan Devan dan Henny akhirnya kini memutuskan untuk pulang juga.

"Yaudah, kita pulang!" ajak Devan setelah tahu Lia dan Reno kini telah benar-benar pergi.

"Hmm, iya," balas Henny sambil mengambil tas selempangnya di kursi.

***
Lia pun sampai di depan pagarnya. Dengan hati-hati ia turun dari motor Reno. Lalu buru-buru membuka pagarnya dan berlari masuk ke rumahnya. Reno yang hendak mengucapkan selamat malam, jadi cemberut karena Lia keburu masuk ke rumahnya.

"Udahlah, nanti ku ucapkan di chat saja," guman Reno dan segara melajukan motornya.

Setibanya Lia di kamarnya, ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasurnya dengan perasaan lelah, lelah karena harus berpura-pura mencintai seseorang yang ia tidak cintai dan lelah melihat orang yang ia cintai bermesraan dengan wanita lain.

Lia menoleh ke arah meja belajarnya dan ia pun baru ingat , bahwa PR matematikanya belum selesai ia kerjakan tadi, karena Jeni yang tiba-tiba datang dan mengajaknya keluar dengan Reno.

Rasa kantuknya juga membuatnya mager untuk bangun dan mengerjakan PR matematikanya.

"Udahlah, aku minta contekan dari Jeni aja besok pagi," monolog Lia pada dirinya sendiri dan perlahan mulai menutup matanya menuju ke alam mimpi.

***
"Jeni! PR matematika kamu udah selesai belum?" tanya Lia setibanya di kelas.

"Hehehe, belum, Lia. Ini juga mau minta jawaban sama kamu," jawab Jeni sambil nyengir kuda.

"Ha!? Haduh! Truss temen-temen yang lain gimana?" tanya Lia.

"Sama, Yang lain juga belum. Lo 'kan tahu Lia, kami kalau matematika biasanya nyontek sama Dinda selama ini, dan Dinda juga absen segala lagi hari ini," balas Jeni sambil menggaruk kepalanya. Pusing.

"Haduh, gimana dong." Lia nampak frustasi.

"Ada apa ini, ribut-ribut!" pekik ibu Asma tiba-tiba dari arah masuk pintu kelas dengan memasang wajah galaknya. Sepertinya baru saja datang.

Lia dan temen-temen yang lain segera kembali duduk ke bangku masing-masing dengan perasaan terkejut dan takut mendengar suara teguran ibu Asma yang kini berjalan masuk ke kelas, menuju mejanya.

"Ibu absen dulu, seperti biasa yang tidak menyahut ibu tidak kasih hadir," ucap ibu Asma sambil membenarkan kecamatanya.

"Iya, Bu ...!" jawab mereka bersamaan.

"Semoga, ibu Asma ga ingat PR kita," bisik Jeni ke Lia.

"Aamiin," balas Lia dengan ekspresi cemas.

"Bu! PR matematika yang Minggu lalu, saya udah selesai, Bu!" seru Nandar tiba-tiba membuat Lia, Jeni, Mila dan Yuyun seketika menatap tajam ke arah Nandar. Nandar yang mendapati tatapan tajam ples sinis mereka seketika menelan kuat salivanya.

"Pencitraan banget tuh, Cungkring!" kesal Jeni.

"Tamat dah, riwayat kita," lirih Mila.

"Oky, kumpul pr di meja ibu sekarang! Sedangkan yang tidak mengerjakan pr-nya, ibu kasih tidak hadir hari ini ples berdiri di depan kelas sekarang juga!" titah ibu Asma dengan wajah galaknya.

"Silakan berdiri yang tidak mengerjakan pr!" lanjut ibu Asma.

Lia, Jeni, Mila, Yuyun dan beberapa temen yang lain yang tidak mengerjakan PR, dengan pasrah akhirnya berdiri.

"Oky, silahkan keluar dari kelas ini dan berdiri di depan kelas sampai kelas ibu selesai! Jangan lupa kaki diangkat salah satunya!" titah ibu Asma.

Mereka pun menurut dan segera keluar dari kelas. Lalu berdiri di depan kelas sambil mengangkat salah satu kaki mereka. Nasib.

"Lia, kok kamu tumben lupa kerjain PR?" tanya Mila.

"Gara-gara Jeni tuh, ngajak aku keluar semalam sama Reno," balas Lia.

"Yeee, salah sendiri. Kenapa ga ngerjain PR dulu." Jeni tak mau disalahkan.

Sementara dari arah ruang ruang olahraga, Doni dan Devan kini berjalan ke arah mereka.

"Van! Van! Itu Lia 'kan sama temen-temennya?" panggil Doni sambil memukul-mukul pelan pundak Devan.

Devan yang tengah asik memainkan bola basketnya di tangan, langsung menoleh dan melihat Lia kini berdiri di depan kelasnya dengan kaki kiri di angkat.

"Wkkwk, pasti mereka dihukum karena lupa ngerjain PR," ejek Doni sambil terkekeh.

Devan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan sepupunya itu. Tumben-tumbenan gadis itu malas mengerjakan pr-nya, dan semalam malah asik kencan dengan Reno.

"Kasian banget sih, kalian. Pagi-pagi udah kena hukum, wkwkwk," ejek Doni ke mereka dimana ia dan Devan kini lewat di depan mereka.

"Nyenyenye, dasar nyebelin!" kesal Jeni dan hampir memukul Doni, tapi sayang Doni keburu lari.

Sedangkan Lia nampak malu melihat tatapan Devan yang melihat kearahnya. Ia pun sengaja menatap ke bawah untuk menyembunyikan wajahnya.

***
Pulang sekolah, Jeni mengajak Lia dan Reno main ke rumahnya. Lia sempat menolak karena ia belum meminta izin ke mamahnya terlebih dahulu.

"Ayolah, Lia! Lo 'kan bisa bilang ke mamah lo, kalau Lo lagi ada kerja kelompok di rumah gw," ucap Jeni meminta Lia untuk berbohong ke mamahnya.

"Kamu nyuruh aku bohong lagi, Jen?" Lia nampak tidak setuju dengan ucapan Jeni.

"Sekali ini aja, please ...." Jeni tidak menyerah, ia terus membujuk Lia.

"Hmm, baiklah." Lia nampak pasrah lagi dengan sahabatnya ini.

"Yeee," girang Jeni sampai-sampai memeluk Lia.

Kali ini Lia berbohong lagi ke mamahnya. Sampai-sampai ia terbiasa berbohong ke mamahnya.

Jeni terus saja menyuruh Lia untuk keluar, dan tujuan Jeni sebenarnya, agar Reno bisa menikmati waktu bersama Lia. Dipikirnya itu yang terbaik untuk Lia agar Lia segera move on dari Devan dan bisa mencintai sepupunya.

Sudah sebulan Lia keluar terus bareng Reno, membuat Lia jadi malas belajar. Seharusnya kelas tiga ini, Lia harus rajin belajar bukannya pacaran dan lupa waktu.

Bersambung ....

Sepupuku Pacar OnlinekuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang