°°°
"Dua Minggu lagi kalian akan segera menikah?""Tidakkah itu terlalu cepat, Tant?" tanya Devan kaget. Bagaimana tidak kaget, pasalnya dia belum memiliki persiapan untuk meminang Lia. Apalagi hubungan dengan kedua orang tuanya belum membaik.
"Kenapa? Kamu tidak ingin menikah dengan Lia, Van?"
"Bukan begitu, Tant. Devan hanya belum punya persiapan saja kalau waktunya secepat itu. Tante sama Om sendiri kan tahu, Devan dan orang tua Devan masih belum berbaikan." ungkap Devan lesu.
Sejak kejadian Devan kabur dari pernikahannya, Devan tidak pernah pulang ke rumahnya sama sekali. Luka yang diberikan orang tuanya begitu sakit di hati Devan. Apalagi sepupu tercintanya mengalami koma, dan dirinya sangat takut kehilangannya, sehingga dirinya lebih fokus merawat Lia.
"Kalau begitu, pulanglah dan segeralah berbaikan dengan mereka. Dapatkan restu dari mereka juga. Dan asal kamu tahu Mamahmu selalu merindukanmu untuk pulang, Van."
"Betul yang dikatakan Tante kamu. Tidak baik juga kamu berlama-lama membenci mereka, mereka orang tua kamu." Wisnu ikut menasehati keponakannya itu.
Devan mematung, bingung. Rasanya untuk pulang ke rumah ia merasa berat dan malu. Ia juga takut Ayahnya akan memaksanya lagi untuk menikah lagi dengan Henny. Tidak, ia tidak mungkin menyakiti Lia lagi. Cukup sekali ia kehilangan sepupu tercintanya itu. Tapi ia juga butuh restu dari mereka untuk bersatu dengan gadisnya pula. Sungguh memusingkan.
"Kamu pasti bisa, Van. Buat mereka luluh dan merestui hubungan kalian. Lihat saja, Tante mu ini yang awalnya menentang hubungan kalian kini bisa menerima hubungan kalian juga," ucap Wisnu menepuk pundak Devan.
Lia yang melihat perubahan sikap kedua orang tuanya terhadap hubungan mereka, membuatnya terharu. Apalagi mamahnya yang sangat menentang mereka, tapi sekarang lihat. Mamahnya sangat mendukung hubungan mereka sekarang untuk menikah.
"Loh, kok kamu menangis, Nak. Apa ada yang sakit? Dimana-mana, biar mamah panggilkan Dokter!" ucap Sari terdengar cemas dengan putri kesayangannya ini.
Tangan Lia bergerak menyeka sudut matanya yang berair. Lalu tersenyum dan kemudian memeluk mamahnya terharu." Makasih ya, Mah. Udah restuin kami, hiks ...."
"Iya, Sayang. Mamah tahu kamu sama Devan memang tidak bisa dipisahkan. Mamah tidak mau lagi egois, cukup Mamah belajar dari kejadian kemarin. Asal kamu bahagia, Mamah akan selalu dukung kamu mulai sekarang." Sari mencium puncuk kepala putrinya dengan sayang.
"Dan juga Mamah mau minta maaf, Karena selama ini, Mamah banyak salah sama kamu, Nak. Maafin mamah ya."
"Iya, Mah. Mamah ga perlu minta maaf. Mamah ga ada salah apa-apa sama Lia. Lia sayang banget sama Mamah."
Sari mengelus punggung putrinya lembut dan mencium kepalanya lagi." Terima kasih ya, Nak."
Devan menunduk sambil memikirkan perkataan kedua orang tua Lia. Lia memegang tangan Devan, membuat Devan melirik Lia dengan tatapan sendu. Devan menghela nafas berat.
"Iya, Devan akan memaafkan mereka," sahut Devan membuat Lia dan kedua orang tua Lia tersenyum senang mendengarnya.
Ceklek!
Pintu terbuka ....
"Lia ...! Akhirnya Putri tidur kami akhirnya bangun," teriak Mila yang baru saja datang bersama temen-temen yang lain. Mereka berlari menuju Lia dan langsung memeluknya, membuat Lia sedikit sesak nafas.
"Aduh, temen-temen. Aku sesak nafas nih. Kalian mau buat aku balik koma lagi," keluh Lia, membuat Mila, Yuyun dan Dinda melepaskan pelukan mereka dari tubuh mungil Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupuku Pacar Onlineku
Ficção AdolescenteSatu tahun lebih pacaran online pas ketemu ternyata sepupu sendiri (Sudah Tamat )#jan lupa vote😊