"Silahkan diminum, Tante, Om!" ucap Lia sembari meletakkan minuman dan cemilannya di meja untuk Tante, Om dan Devan.
"Makasih, Sayang!" balas ibu Devan dengan senyuman merekah.
"Iya, Tant. Sama-sama." Lia kemudian duduk di sebelah mamahnya.
Sementara Devan kini ikut bergabung bersama mereka dengan ekspresi yang nampak murung, di mana ia duduk di dekat ayahnya yang tengah sibuk dengan hpnya, mengurus pekerjaan kantor apalagi. Posisi Devan dan Lia saat ini saling berhadapan.
Devan melirik Lia dengan tatapan sedih, sementara gadis itu malah membuang wajahnya ke samping. Devan menghela nafas berat. Lia bener-bener sangat membencinya sekarang.
"Tehnya jangan dianggurin, dong! Ayo diminum!" ucap mamah Lia sambil tersenyum ramah.
"Iya, Tant."
Devan kemudian mengambil cangkir di depannya yang berisikan teh buatan Lia, lalu mulai menyeruputnya pelan karena masih panas. Disaat itu pula Lia tanpa sengaja melihat cincin tunangan di jari manis Devan membuat hati Lia kembali sesak dan perih. Bibir Lia bergetar berusaha menahan tangisnya mengingat laki-laki di hadapannya kini akan segera menjadi milik wanita lain.
"Aku ga boleh nangis! Aku harus kuat! Ikhlas Lia!" batin Lia yang berusaha menyemangati dirinya agar tak menangis.
Devan yang sadar dengan tatapan Lia yang kini menatap sedih cincin di jari manisnya, langsung saja cepat-cepat tangannya meletakkan cangkirnya dan segera menyembunyikan tangan kirinya dengan telapak tangan kanannya. Kembali ia merasa bersalah kepada Lia dan merutuki dirinya karena lupa melepaskan cincin tunangannya sebelum ke sini.
"Lia pamit ke kamar dulu yah, Mah!" pamit Lia yang merasa air matanya akan segera tumpah.
"Mau ngapain, Nak? Mereka masih ada loh, ga sopan!" tegur mamahnya.
"Nyiapin perlengkapan sekolah Lia, Mah. Besok 'kan Lia udah mulai masuk sekolah," alibi Lia.
"Kamu ini, mamah 'kan udah bilang dari kemarin untuk nyiapin segalanya!"
"Maaf, Mah. Lia lupa!" elaknya.
"Gapapa, sar. Biarkan Ayu menyiapkan perlengkapan sekolahnya besok! Itu lebih penting! Kami juga sebentar lagi pulang," ucap ibu Devan.
"Yasudah, kamu ke kamarmu, gih!"
"Iya, Mah."
Lia pun segera naik ke kamarnya, sementara Devan hanya bisa melihat punggung Lia yang mulai hilang dibalik dinding, padahal dirinya masih ingin melihat wajah sepupunya itu lebih lama lagi. Hufft!
Sesampainya di kamar, Lia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidurnya sambil memeluk bantalnya. Air matanya mulai mengalir membasahi pipi tirusnya. Hatinya kembali terasa sakit melihat cincin tunangan Devan tadi.
Setelah teh Devan dan kedua orang tuanya habis, mereka akhirnya memutuskan untuk pamit pulang. Mamah Lia mengantar mereka sampai di depan teras rumahnya.
Sebelum masuk ke dalam mobil Devan sekilas melirik ke atas jendela kamar Lia, di mana lampu kamarnya masih menyala menandakan orangnya masih belum tidur.
"Semoga tidurmu nyenyak Lia, dan maafkan aku ...." batinnya sembari menatap jendela kamar Lia, lalu masuk ke dalam mobilnya karena mobil akan segera melaju.
Lia yang mendengar suara mobil Devan langsung saja ia berlari ke jendela kamarnya dan melihat mobil Devan kini pergi meninggalkan pekarangan rumahnya. Air matanya masih tetap saja mengalir.
"Mau sampai kapan aku merasakan sakit hati seperti ini, hiks ... kumohon sadarlah, Lia! Orang yang kamu cintai saat ini sudah terikat dengan gadis lain. Kamu harus bisa melupakannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupuku Pacar Onlineku
Novela JuvenilSatu tahun lebih pacaran online pas ketemu ternyata sepupu sendiri (Sudah Tamat )#jan lupa vote😊