***
"Tante mohon sama kamu, Nak. Tolong jaga rahasia ini! Jangan sampai Devan tahu tentang ayah kandungnya yang sebenarnya, biarkan Devan menganggap om Bram adalah ayahnya," pinta ibu Devan dengan ekspresi memelas sambil memegang tangan Lia."Tapi, Tant. Bukankah ini tidak adil bagi Devan. Devan berhak untuk tahu siapa ayah kandungnya, Tant." Lia mengernyit bingung dengan permintaan tantenya yang menyuruhnya untuk tutup mulut tentang siapa ayah kandung Devan sebenernya.
"Tolong, Nak! Aryan tidak pantas menjadi ayahnya. Laki-laki itu tidak menginginkan kami dahulu, ia membuang kami. Tante tidak mau, Devan sedih dan kecewa kalau ia lahir di luar nikah, hiks ...," ucap tantenya memohon membuat Lia iba kepada tantenya."Atau kalau perlu Tante bersujud di hadapanmu, Nak," sambungnya membuat Lia seketika membulatkan mata sambil menahan niat tantenya yang hendak bersujud di hadapannya.
''Jangan seperti ini, Tant! Baiklah, Lia akan menjaga rahasia ini." Lia akhirnya menyetujui permintaan tantenya. Ia kasihan melihat tantenya seperti itu.
"Makasih ya, Nak," Linda langsung memeluk Lia dengan perasaan lega dan haru.
"Sama-sama, Tant," Lia membalas pelukan tantenya itu.
***
Malam telah tiba, Lia terdiam melamun di atas tempat tidurnya sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia masih saja memikirkan tentang ayah kandung sebenernya Devan. Rahasia ini membuat hati dan pikirannya tidak tenang. Rasanya ia ingin memberi tahu Devan tapi takut tantenya akan kecewa nanti. Galau."Hufft, ini sungguh menyebalkan." Lia menghela nafas berat lalu perlahan menutup matanya menuju ke alam mimpi.
Di sisi lain nampak Reno sedang mondar mandir di dalam kamarnya sambil memegang handphonenya. Malam ini, ia ingin menyatakan perasaannya ke Lia. Rasanya tidak ia bisa lagi menahan perasaannya. Meski ia tahu perasaannya mungkin bertepuk sebelah tangan.
Drrt ... drrt ... drrt ....
Handphone berdering membuat Lia seketika membuka mata sambil meraba-raba handphonenya di atas nakas. Panggilan masuk dari Reno ternyata.
"Halo, Ren. Ada apa?" sahut Lia di telpon.
"Kamu belum tidur?" tanya Reno basa basi.
"Hampir tidur, sih."
"Aku ganggu yah kalau gitu?"
"Ga kok, tapi ada apa nelpon?"
"Enggak, cuma kangen aja."
"Dih, apaan sih, Ren. Ngaco deh, hahaha." Lia tertawa garing berharap Reno sedang bercanda.
"Aku serius, Lia!" Nada bicara Reno seketika serius membuat Lia menghentikan tawanya dan keheningan muncul.
"Lia, aku suka dan sayang sama kamu. Aku ingin lebih! Aku ingin lebih dari kata sahabat itu, Lia. Iya, kamu menganggapnya itu nyaman tapi tidak denganku, Lia. Itu menggangguku!" Reno seketika mengeluarkan semua isi hatinya.
"Kamu ngomong apa sih, Ren. Mending kamu tidur deh, sepertinya kamu ngantuk sampai-sampai ngelantur gitu." Lia nampak mengalihkan pembicaraan membuat Reno kesal.
"Lia, tolong serius! Asal kamu tahu, aku sedang mati-matian menelan rasa maluku sekarang, hanya untuk mengatakan perasaan yang mungkin sepihak ini. Aku ingin kamu tahu saja bagaimana perasaanku yang sebenarnya ke kamu, agar aku bisa tenang setelah mendapatkan jawaban yang aku tahu sendiri jawabannya," ucap Reno serius dengan wajah sedih
"Ren .... " Lia semakin bingung dibuat Reno, tapi Lia tidak bisa membohongi perasaannya. Hatinya tidak ada Reno, dan Devan masih bertahta di sana.
"Gapapa, jawab saja. Aku hanya ingin denger biar aku bisa melanjutkan hidupku dengan tenang," ucap Reno pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupuku Pacar Onlineku
Novela JuvenilSatu tahun lebih pacaran online pas ketemu ternyata sepupu sendiri (Sudah Tamat )#jan lupa vote😊