38• Firasat

144 12 8
                                    

•••
"Saya terima nikah dan kawinnya Henny Alesta binti Rangga Wibowo dengan maskawin dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!"

"DEVAN, HENTIKAN! KAMU TIDAK BOLEH MENIKAH DENGAN WANITA LAIN!" teriak Lia dengan wajah pucat di ambang pintu menatap Devan yang kini duduk dengan Henny berhadapan dengan Bapak penghulu.

"Lia?" Devan menatap sedih ke arah Lia yang terlihat menangis.

"Maaf Nak Lia, kamu sudah terlambat. Devan sudah sah menjadi suami Henny sekarang. Lebih baik kamu mengucapkan selamat atas pernikahan sepupumu ini dan juga menantuku sekarang," ucap papah Devan sambil tersenyum miring ke arah Lia yang kini nampak tidak terima.

"Maafkan aku, Lia," jawab Devan menyesal.

"Kamu jahat, Van! Kalian semua jahat!" teriak Lia sambil berlari keluar.

"Lia, tunggu!" panggil Devan, dan segera menyusulnya.

Brakkk!!

Seketika mata Devan membulat kaget ketika melihat Lia gadis yang dikecewakannya kini tertabrak mobil dihadapannya secara tiba-tiba.

"LIAAAA!!!"

Devan terbangun dari tidurnya setelah bermimpi buruk tentang Lia.

"Hosh ... hosh ... Untunglah cuma mimpi buruk saja," ucap Devan sambil memegang dadanya.

"Kenapa aku bisa bermimpi buruk tentang Lia, ya. Perasaanku jadi ga enak begini."

Devan kemudian bangun dari tempat tidurnya keluar dari kamarnya mencari orang rumah.

"Oh, iya. Aku baru ingat. Ibu sama Ayah kan pamit ke rumah Lia. Tapi, kenapa mereka belum balik juga," menolog Devan melihat jam ditangannya.

Devan membuka kulkas mengambil sebotol air, lalu menuangkan airnya ke dalam gelas. Tiba-tiba gelas yang dipegangnya malah terjatuh hingga hancur berserakan di lantai.

"Kenapa perasaanku sejak tadi ga enak begini sih. Kenapa pikiranku selalu terbayang wajah Lia." Devan meneguk air tersebut tanpa menggunakan gelas lagi untuk menyegarkan perasaannya.

"Hufth, sadar Devan! Besok kan kamu akan segera menikah dengan Henny. Kamu harus bisa mengikhlaskan Lia. Lagian Lia juga akan pergi ke Korea," ujar Devan sambil meletakkan botol minumannya di atas meja.

"Tega sekali dia akan meninggalkanku sendirian disini. Pernikahan ini juga bukan kemauanku sendiri."

"Andai saja, dia menerima ideku saat itu."

Flashback on

Devan menarik tangan Lia masuk ke dalam kamarnya dan segera mengunci kamarnya sebelum orang tua mereka melihatnya. Kedatangan Lia hari ini bersama kedua orang tuanya untuk menyiapkan pernikahan Devan yang dilaksanakan dua hari lagi.

"Kamu apa-apaan sih, Van!" ujar Lia kaget.

"Aku ingin menanyakan kembali tentang keputusanmu untuk kuliah ke Korea. Apakah kamu yakin soal itu," tanya Devan menatap Lia dalam.

"Iya, aku yakin. Berapa kali aku harus bilang," jawab Lia yakin.

"Lia, tatap aku!" Devan memegang kedua bahu Lia menatapnya dengan tatapan sendu.

"Devan, jangan seperti ini!" Lia merasa tidak nyaman.

"Lia, dengarkan aku! Dua hari lagi aku akan segera menikah dengan Henny, dan setelah kupikirkan lagi, aku sungguh tidak bisa menikahinya."

"Aku tahu, Van. Aku tahu! Kamu tidak ingin menikah dengannya tapi kamu sudah janji sama ayah kamu kan. Kamu harus menepatinya, ini demi kesehatannya juga," Lia menatap Devan dengan mata berkaca-kaca.

Sepupuku Pacar OnlinekuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang