_Pov Devan_
Bel masuk telah berbunyi, tapi aku masih setia menunggu Lia berganti pakaian di dalam WC. Hufft, gadis itu benar-benar seperti siput, lambat dalam segala hal. Akhirnya kemudian, siput itu keluar juga dan terlihat sudah memakai baju olahragaku yang terlihat besar di badannya yang mungil.
"Van, baju olahragamu kebesaran banget di aku, macam daster tahu," keluh Lia.
"Mau gimana lagi, pake ajalah," jawab Devan cengengesan.
"Hmm, yaudah deh."
Aku kemudian mengantar Lia sampai di depan kelasnya. Setelah itu, aku ke kelapangan basket karena jam pelajaran ketiga adalah olahraga.
Sesampainya di sana, terlihat teman kelasku sudah mulai bermain basket. Tiba-tiba seorang pria tua yang sepertinya adalah bapak guru olahragaku kini menghampiriku.
"Kamu Devan 'kan, siswa pindahan itu?" tanya bapak guru olahraga.
"Iya, Pak," jawabku.
"Apa kamu belum diberi pakaian olahraga sama pihak sekolah?"
"Sudah, pak."
"Truss kenapa tidak di pakai?"
"Lupa, Pak."
"Hadeh, yasudah kali ini bapak maafkan. Tapi kalau pertemuan berikutnya kamu masih lupa lagi, Bapak tidak akan mentoleransinya lagi."
"Siap, Pak."
Hufft! Syukurlah aku tidak dihukum oleh guru olahragaku itu. Aku kemudian ikut masuk bermain basket bersama teman kelasku, dan tentu saja kami di pisah bermain dengan cewek.
Aku cukup hebat dalam bermain basket buktinya sudah beberapa kali aku memasukkan bola ke dalam ring basket bahkan dari jarak jauh sekalipun. Dan sebenarnya, di sekolahku dulu, aku adalah ketua tim basket yang cukup populer.
"Hebat juga kamu nak Devan," puji bapak guru olahragaku.
"Makasih, Pak," jawabku sambil mengatur nafasku.
"Bagaimana kalau kamu ikut bergabung dalam tim basket sekolah kita?" tawar pak guru olahragaku.
"Hmm, gimana ya, Pak," jawabku yang masih ragu-ragu karena jika aku setuju pasti aku dan Lia akan kurang waktu bersama.
"Ikut aja, bro! Aku juga ikut dalam tim sekolah kita," bujuk Doni teman kelasku yang cukup akrab denganku di kelas.
"Jika kamu setuju, itu akan menambah nilai kamu juga nanti," ucap pak guru olahragaku.
"Hmm, baiklah, Pak," jawabku yang akhirnya tertarik.
"Gitu dong, Bro," ucap Doni senang sambil merangkul bahuku.
Setelah kupikir-pikir sepertinya tak apa-apa jika aku ikut, apalagi ini akan menambah nilaiku. Soal Lia, aku pasti bisa membagi waktu kami, lagian kami juga sering bertemu di rumah.
Jam olahraga pun selesai, kami di beri waktu lima menit untuk istirahat oleh pak guru olahraga sebelum masuk ke dalam kelas. Aku dan Doni kini duduk di dekat lapangan terlebih dahulu sebelum ke kantin membeli minuman.
Tiba-tiba ada yang memberiku air botol dan setelah kulihat wajahnya ternyata Bella. Cewek yang akhir-akhir ini selalu menempel denganku.
"Kamu pasti haus? Ambillah!" tawarnya sambil tersenyum kepadaku.
"Terima kasih," ucapku sembari menerima minumannya yang tak enak kutolak.
"Aku mana, Bell?" tanya Doni yang ga di tawari minuman.
"Hmm, maaf ya, Don. Aku cuma punya satu," jawab Bella cengengesan.
"Hufft! Jahat," guman Doni yang terlihat manyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupuku Pacar Onlineku
Teen FictionSatu tahun lebih pacaran online pas ketemu ternyata sepupu sendiri (Sudah Tamat )#jan lupa vote😊