_Pov Lia_
Mendengar penuturan om Bram, bahwa Devan akan dijodohkan dengan gadis lain membuat hatiku bener-bener hancur, sehancur hancurnya. Haruskah hubungan kami berakhir sampai disini saja, ini terlalu menyakitkan. Rasanya aku ingin mati saja daripada harus merasakan sakit seperti ini. Aku tidak rela jika Devan menjadi milik orang lain. Tidak!!
Aku berlari naik ke kamarku meninggalkan pesta yang kini nampak mengerikan bagiku. Aku bener-bener tidak sanggup lagi, aku ingin menangis keras.
"Ayu! Mau kemana kamu?" teriak mamahku tapi tak ku gubris. Aku tetap berlari menaiki anak tangga dengan air mata yang kini terus mengalir di pipiku. Setelah itu aku tidak tahu bagaimana keadaan di bawah sana. Aku tak peduli, mereka jahat!
Aku membuka pintu kamarku dan langsung berlari masuk, lalu kujatuhkan tubuhku ke atas kasurku dengan posisi tiarap. Tangisku pecah, kupeluk bantal untuk meluapkan segala rasa sakitku.
Hiks ... hiks ... hiks.
"Hoaaaa ... mereka jahat banget sama Lia, hiks ... emangnya kenapa coba kalau aku sama Devan pacaran, hiks ... masa bodoh apa kata orang, kalau kami ini sepupu. Om Bram juga Jahat ... jahat ... jahat ... pake acara jodohin Devan segala sama cewek lain, hiks ...," gerutuku diiringi isak tangis sambil memukul-mukul bantal yang tak bersalah ini.
Tiba-tiba terdengar suara papahku yang kini datang ke kamarku. Sepertinya beliau juga ingin menyuruhku untuk putus dengan Devan. Memang tidak ada yang mengerti perasaanku saat ini. Mereka jahat, hiks ....
"Nak ...," panggil papahku sembari mengelus lembut kepalaku.
"Papah ngapain kesini? Mau marahin Lia? Atau nyuruh Lia buat akhiri hubunganku dengan Devan karena membuat keluarga malu, begitu 'kan, Pah?" seruku yang enggan bangun menoleh papahku.
"Hufft ... tidak, Nak. Papah cuma ingin melihat keadaanmu saja. Papah khawatir jika kamu melakukan hal nekat seperti dulu, pas ayam hiasmu tiba-tiba mati karena jatuh ke sekolahkan. Trus, kamu nekat loncat ke dalam selokan sampai-sampai jidat kamu berdarah," ucap papahku, hingga membuatku terharu dan langsung bangun memeluknya. Ternyata masih ada yang menyayangiku.
"Papah ... Lia ga mau putus sama Devan! Mamah sama om Bram jahat. Lia ga bakal kuat jika Devan sampai nikah sama cewek lain, hiks ... Lia ga bisa hidup tanpa Devan, Pah. Lia sangat mencintainya ...," ucapku sambil mengadu di pelukan papahku yang begitu menenangkan. Bahkan pelukan Devan saja kalah dari pelukan papahku yang tiada duanya.
"Maaf, Nak. Dalam hal ini, Papah ga bisa berbuat apa-apa selain hanya bisa menghiburmu. Kuharap kamu jangan nangis lagi yah, Nak," jawab papahku sambil mengelus lembut rambutku. Papahku adalah orang satu-satunya yang mendukung kebahagiaanku, berbeda dengan mamahku yang selalu melarangku melakukan hal yang kusuka.
"Kan Papah bisa bujuk Papah Devan untuk batalin rencananya untuk jodohin Devan sama cewek lain," pintaku.
"Sudahlah, Nak. Lagipula kalian masih sekolah. Soal perjodohan itu sepertinya masih lama. Kalian harus fokus sama sekolah kalian, dan Papah janji jika kamu berhasil mendapatkan juara di kelas maka Papah bakal berusaha bantu kamu untuk bujuk mereka untuk merestui hubungan kalian," ucap papahku yang memberikan tawaran.
"Oke, siap, Pah. Lia bakal belajar yang rajin dan berusaha mendapatkan juara kelas, asal Papah beneran bakal bantu Lia," balasku yang kini bersemangat karena ada sedikit harapan bagi hubungan kami.
"Iya, Papah janji. Jangan nangis lagi, yah."
"Iya, Pah. Makasih, Pah. Lia, sayang banget sama, Papah."
"Papah juga sayang banget sama kamu, Nak."
Papahku bener-bener paling mengerti aku di dunia ini. Aku sungguh merasa bersyukur punya Papah seperti beliau. Semoga saja papahku bisa membujuk Mamah dan orang tua Devan untuk merestui kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupuku Pacar Onlineku
Teen FictionSatu tahun lebih pacaran online pas ketemu ternyata sepupu sendiri (Sudah Tamat )#jan lupa vote😊