Malam harinya, Lia terlihat masih memikirkan kejadian di Restoran tadi sambil menengadah menatap langit-langit kamarnya yang kosong. Dilihat dari sikapnya Devan yang cemburu tadi, Lia merasa Devan masih mencintainya. Begitu pula sebaliknya Devan juga sepertinya juga tahu tentang perasaannya. Lia juga tidak bisa membohongi perasaannya, semakin ia berusaha move on dari Devan, perasaannya juga semakin kuat dan membuat hatinya terasa sakit.
Di sisi lain ia juga semakin merasa bersalah dengan Reno, bukan hanya membohongi perasaannya ia juga membohongi Perasaan Reno. Ingin sekali ia jujur ke Reno tapi Lia takut akan mengecewakan Jeni dan Reno, dan mereka tidak akan menemaninya lagi.
"Kenapa selalu ribet gini, sih. Kenapa susah banget lupain kamu, Van? Harusnya aku sadar diri, kamu sudah ada Henny dan sebentar lagi kalian akan segera menikah."
"Lagian, aku juga sudah ada Reno 'kan? Mungkin Ini cuma soal waktu, aku pasti bisa beneran suka sama Reno."
"Ayo, Lia kamu pasti bisa."
"Semangat!" Monolog Lia pada dirinya.
Entah mengapa, air mata Lia berhasil Lolos keluar dari matanya tanpa seizinnya setelah berusaha mati-matian menyemangati dirinya barusan. Emang susah membohongi perasaan sendiri.
~~~
Sore harinya, Lia nampak menunggu kedatangan Devan untuk mengajarinya lagi seperti biasa. Namun sampai detik ini juga Devan belum datang-datang juga. Dirasanya Lia, Devan masih marah terhadapnya karena kejadian kemarin, atau mungkin saja sepupunya itu, sedang sibuk jalan lagi sama tunangannya."Hufth ... Kenapa aku harus berharap! Lagian aku bisa belajar sendiri!" ucap Lia pada diri sendiri sambil mengerjakan soal-soal latihan di buku.
"Ahk, kok susah sih!" keluh Lia yang baru saja melihat soal di buku.
"Apanya yang susah?" ucap Devan yang baru saja datang sambil membawa cemilan tiba-tiba.
"D-Devan?" Kaget Lia.
"Kenapa, kok kaget gitu? Emang aku setan?" Devan mengambil kursi dan duduk di depan Lia.
"Hmm, aku pikir kamu ga bakal datang."
"Tapi sekarang aku udah ada di sini kan. Lagian aku telat kar----"
"Udah, ga usah dijelasin. Aku tahu kok," potong Lia. "Pasti kamu habis jalan sama Henny," lanjutnya dalam hati.
"Oh, oke. Oh, iya Ini aku bawain cemilan buat kamu. Takut kamu ga ada makanan lagi kayak kemarin." Devan menyodorkan cemilan ke Lia yang di isi dalam tas.
"Ga usah repot-repot, tapi makasih," balas Lia berusaha terlihat biasa-biasa saja padahal dalam hati girang banget dikasih cemilan gratis, apalagi cemilan kesukaannya lagi.
"Hmm, sama-sama."
"Asal kamu tahu saja, aku telat gini karena kamu, gara-gara bela-belain ngantri demi beliin kamu cemilan kesukaanmu," batin Devan. Rupanya Devan bener-bener peduli dengan sepupunya ini.
"Jadi bagian mana soal yang susah?" Devan pun memulai mengajari Lia belajar. Hari ini soal matematika lagi, karena Lia memang sulit dalam pelajaran itu.
"Yang ini! Sama yang ini, ini, ini, ini juga!" Lia menunjuk-nunjuk soal yang dirasanya susah.
Devan menghela nafas berat sembari berkata," Ini ma, memang semuanya kamu ga bisa."
"Hehehe ...," cengir Lia malu.
Waktu berlalu, berkat bantuan Devan yang selalu mengajarinya setiap hari. Lia mengalami peningkatan pesat pada nilai akademiknya. Dimana Lia berhasil mendapatkan nilai sempurna dalam ujian matematika di kelasnya untuk pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupuku Pacar Onlineku
Teen FictionSatu tahun lebih pacaran online pas ketemu ternyata sepupu sendiri (Sudah Tamat )#jan lupa vote😊