Orang tua Devan akhirnya sampai di kediamannya. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumahnya. Bram dengan wajah lelah segera masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Linda ingin memastikan keadaan anaknya terlebih dahulu.
Ceklek!
Ia membuka pintu kamar anaknya dan melihat Devan sedang duduk dibawah tepi ranjang dengan kepala menyandar kebelakang. Pandangannya kosong, ia terlihat melamun, bahkan kehadiran mamahnya saja ia tidak rasa.
"Kasian kamu, Nak. Ibu merasa berdosa atas keegoisan kami selaku orang tuamu. Tapi Ibu bener-bener tidak bisa berbuat apa-apa, tidak mungkin Ibu melawan ayahmu. Meski dia bukan ayah kandungmu yang sebenernya, tapi dia telah berjasa bagi kehidupan ibu dan kamu, Nak,"menolog Linda didekat pintu menatap anaknya sedih.
"Ibu, sejak kapan Ibu berdiri disana?" tanya Devan yang baru menyadari kehadiran mamahnya.
Linda segera menghapus air matanya yang sempat lolos di pelupuk matanya dan tersenyum ke Devan yang kini melihatnya.
"Baru saja Ibu tiba. Lalu, apa yang kamu lakukan, kenapa kamu belum tidur juga? Besok adalah hari penting bagimu," jawab mamahnya berjalan masuk menghampiri anaknya.
"Hari penting bagi Ayah dan Ibu, bukan Devan. Devan hanya terpaksa melakukannya, Ibu tahu sendiri itu aku tidak menginginkan pernikahan ini," singgung Devan bersedih.
"Iya, Ibu tahu. Maafin Ibu, karena tidak bisa berbuat apa-apa. Ibu tidak bisa menentang ayahmu."
"Iya, Devan tahu itu."
Linda memeluk putra semata wayangnya itu dengan perasaan sedih. Ia terlalu banyak berbohong kepadanya. Rasa takutnya membuatnya untuk tetap bungkam dan buta. Mengorbankan perasaan anak dan keponakannya.
Tanpa sadar, Devan terlelap dalam pelukan ibunya itu. Sementara handphonenya yang berada di atas nakas terdengar berdering menandakan adanya panggilan masuk.
"Sia! Ada apa dengan bocah pecundang ini. Kenapa dia tidak mengangkat panggilanku! Bodoh!" umpat Reno kesal yang berada di depan pagar Rumah Devan.
"Lia butuh kau bangsat!" maki Reno menendang pagar rumah Devan saking kesalnya.
Drrrt ... Drrrt ... Drrrt ....
Dipikirnya itu panggilan balasan dari Devan ternyata bukan, melainkan panggilan dari rumah.
"Nenek? Ada apa menelpon?" Menolognya menatap layar handphonenya."Jangan-jangan hanya untuk menyuruhku pulang?" lanjutnya.
Drrrt! Kembali neneknya menelpon lagi."Maaf, Nek. Malam ini Reno ga bisa pulang dulu, ya," ucap Reno.
"Pulang, Cu ...." balas neneknya dengan suara menghawatirkan telpon.
"Nenek! Nenek kenapa?" panik Reno.
Prangg!!!
Terdengar suara barang jatuh, membuat Reno semakin panik dan tanpa basa-basi, ia langsung menaiki motornya dan melaju pergi pulang ke rumahnya meninggalkan kediaman Devan. Brem!!
"Tunggu aku, Nek!"
Tak lama kemudian, Reno akhirnya sampai di rumahnya. Buru-buru ia masuk ke dalam rumahnya dengan nafas memburu saking kencangnya ia berlari.
Hingga tiba di dapur ia melihat neneknya terbaring di lantai dengan tubuh yang lemas.
"Nenek!" pekik Reno dan segera bersujud merangkul neneknya di pangkuannya.
"Apa yang terjadi, Nek?"
"Bawa nenek ke kamar, cuk! Kaki nenek tiba-tiba lemas, kepala nenek juga pusing," lirih neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupuku Pacar Onlineku
Teen FictionSatu tahun lebih pacaran online pas ketemu ternyata sepupu sendiri (Sudah Tamat )#jan lupa vote😊