5 ❀ "𝘨𝘶𝘦 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘵."

10.8K 2.6K 258
                                    

Dalam dunia seni, pertama, ada bakat karena kemampuan yang diasah terus-menerus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam dunia seni, pertama, ada bakat karena kemampuan yang diasah terus-menerus. Kedua, ada juga bakat dari lahir yang ketika dipoles, menjadi berlian tak ternilai.

Bagi Fuchsia, ketika melihat Aatreya di atas panggung, cowok itu ada di kategori kedua.

Fuchsia seperti terbawa dalam alunan nada yang Aatreya bawakan. Bagaimana cowok itu bercerita melalui lagu. Bagaimana ekspresinya mikronya berubah. Semua sempurna.

Tepukan tangan menyadarkan Fuchsia bahwa Aatreya selesai bernyanyi. Dengan langkah cepat, Fuchsia menuju backstage

"Mau ke mana, Sya?" tanya Navy yang terkejut melihat kemunculan Fuchsia. Cowok itu akan segera tampil.

"Aatreya mana?"

"Lo kenal?"

Fuchsia mengangguk. Navy menunjuk ke satu arah, lantas Fuchsia mengambil arah tersebut, tetapi ketika langkahnya lumayan jauh, Navy berteriak. "Tapi bohong! Treya ke arah sana," cowok itu menunjuk ke arah berlawanan.

Awas saja, Navy.

Fuchsia berbalik, lalu melayangkan tatapan dendam pada Navy yang dibalas dengan cengiran santai. Andai saja selir-selirnya tahu betapa jailnya Navy ... tunggu, mungkin mereka malah bilang, "Ya ampun, Navy lucu banget."

Fuchsia tepok jidat. Sabar-sabar berhadapan dengan temannya itu.

"Aatreya!" sahut Fuchsia. Aatreya ada di hadapannya, berjarak beberapa meter.

Aatreya menoleh. Kelopak matanya melebar melihat Fuchsia.

"Jalan lo cepet banget, sih!" protes Fuchsia. Sesampainya di hadapan Aatreya, cewek itu menaruh tangannya di lutut. 

Aatreya mengamatinya. Bingung, tetapi memilih bungkam. Daripada ... er ... dibentak seperti kemarin?

Uang Fuchsia bahkan masih tersimpan rapi di dompet Aatreya.

"Nyanyi lo bagus banget," puji Fuchsia tanpa malu-malu, padahal Aatreya sontak merasa malu karena pujiannya.

Aatreya mengangguk. Alis Fuchsia naik. Tampaknya, Aatreya lebih pendiam. Apa karena waktu itu Fuchsia membentaknya?

"By the way, sori buat yang di rumah sakit waktu itu. Mood gue lagi jelek, tapi bukan berarti itu bisa jadi alasan buat ngebentak lo."

Aatreya mengangguk lagi. "Uang lo," kali ini, cowok itu mengeluarkan dompet dan memberikan lima lembar seratus ribu.

Fuchsia mengambilnya. "Thanks," begitu mengingat seharusnya ia mengganti lima puluh ribu Aatreya, cewek itu menarik dompetnya. "Sial," umpatnya. "Gue lupa bawa cash lagi. Fuchsia oneng!"

Aatreya melengkungkan senyum. Ekspresi Fuchsia sangat jujur. Sesuatu yang tidak bisa Aatreya ekspresikan.

"Ayo, gue teraktir minum, sekalian mecahin uang ini," ajak Fuchsia. Menarik hoodie-nya ke atas.

FuchsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang