7 ❀ "𝘨𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘰 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘢𝘳𝘶𝘩𝘢𝘯?"

9.8K 2.3K 201
                                    

Fuchsia tidak tahu ada apa dengannya akhir-akhir ini, karena lagi-lagi, dirinya tidak kuat untuk ikut upacara hari Senin sampai akhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fuchsia tidak tahu ada apa dengannya akhir-akhir ini, karena lagi-lagi, dirinya tidak kuat untuk ikut upacara hari Senin sampai akhir. Teman sekelas dan anak klub PMR yang bertugas, dengan segera membawa Fuchsia ke UKS Khusus.

"Sori ya, gue ngerepotin," ucap Fuchsia tak enak pada teman-temannya. Ada yang membelikan teh hangat, bubur, bahkan sampai obat pereda pusing. Fuchsia tidak sanggup menjabarkannya dengan kata-kata, tetapi ia sangat menyayangi teman sekelasnya.

"Santai aja kali, Sya. Lo juga bakal ngelakuin hal yang sama kalo kita sakit," ucap Jeri.

Jasmine ikut nimbrung. "Asal lo nggak mati aja."

Semua langsung melotot ke arah Jasmine, sementara cewek itu tampak santai saja. Sudah biasa omongan cewek itu nyeleneh.

Setelah memastikan keperluan Fuchsia sudah terpenuhi, mereka pun meninggalkan UKS Khusus. Fuchsia menyesap teh hangat. Tenggorokannya yang tadi kering, kini terasa lega.

Kepalanya masih berdenyut. Fuchsia bersandar di punggung sofa, memijat kepalanya. Setelah ini ia harus memakan buburnya agar bisa minum obat, tetapi perutnya terasa mual.

Cklek.

Suara khas pintu UKS Khusus yang terbuka, sontak membuat Fuchsia menatap lurus ke arah pintu. Apa ada teman ceweknya yang juga artis, sakit?

Fuchsia menatap nanar figur cewek di ambang pintu.

Rembulani Atmajaya.

Cewek yang mengalahkan Fuchsia di Piala Citra. Pendatang baru yang berhasil karena faktor keberuntungan. Setidaknya itu yang dibilang teman-temannya untuk membesarkan hati Fuchsia.

Nyatanya, tidak ada yang namanya keberuntungan untuk mendapatkan penghargaan itu.

Nyatanya, ini hanya Fuchsia yang tidak lebih bekerja keras dibanding cewek di depannya.

"Halo, Kak," Rembulani membungkuk sopan. "Saya junior Kakak. Rembulani. Salam kenal."

Fuchsia mengangguk. "Fuchsia," ucapnya pelan.

Ruangan yang kedap suara membuat suasana menjadi hening. Rembulani duduk di seberang Fuchsia. Hanya duduk. Memperhatikan Fuchsia tanpa mengatakan apa-apa.

Fuchsia bergerak canggung. Ada yang ... aneh. Kalau Rembulani sakit, harusnya ada setidaknya satu klub PMR yang menemaninya ke UKS. Dan dari rautnya, Fuchsia tahu cewek itu sama sekali tidak terlihat pucat.

Seolah Rembulani datang karena tahu Fuchsia akan seorang diri di UKS Khusus.

"Saya kira Kakak bakal melakukan sesuatu setelah tahu tentang saya."

Eh?

Rembulani tahu soal Fuchsia yang mencari informasi tentangnya?

Fuchsia langsung menatap Rembulani, namun setelah mengatakan hal yang mengejutkan itu, Rembulani hanya tersenyum. Matanya menyipit seiring lengkungan di bibirnya naik ke atas.

FuchsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang