34 ❀ "𝘨𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 ... 𝘬𝘢𝘭𝘰 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳𝘢𝘯?"

8.3K 1.9K 151
                                    

Dibarengin aja ya aku udah ngantuk banget TT-TT

Besok aku update chapter terakhir <3

***

Seharusnya, Fuchsia menemui Aatreya sejak pagi.

Namun, keraguan menahan Fuchsia untuk menghindari area kelas IPA. Bahkan, saking parnonya, Fuchsia memilih makan siang di kelas. Jasmine heran banget, tapi mengingat tingkah Fuchsia memang rada-rada aneh akhir-akhir ini, Jasmine mencoba maklum. Daripada Jasmine colek, terus dia yang kena amuk massa.

Kata Mama, nggak mungkin Aatreya benci Fuchsia. Tapi, Fuchsia sendiri sulit percaya. Bukannya itu sama saja seperti ucapan, kamu adalah anak paling cantik di dunia? Waktu kecil, percaya-percaya saja sampai realita menamparmu–kamu bukan yang tercantik.

"Sya, udah bel. Bengong aja. Ntar kerasukan maung," celetuk Jasmine. Cewek itu melongok ke catatan Fuchsia. "Ckckck, bahkan bengong nggak jelas gini, sempet-sempetnya nyatet."

"Mama bilang selamat, soalnya gue dapet peringkat," sahut Fuchsia seraya merapikan bukunya dengan cepat. "Kali aja semester depan gue peringkat lagi."

Jasmine bengong, menggeleng-geleng tak percaya. "No wonder lo sama Ivory sepupuan."

Fuchsia hanya bisa nyengir.

"Main yok," ajak Jasmine begitu keduanya ke luar kelas dengan membawa tas masing-masing.

Sebelum sempat Fuchsia menjawab, Heli muncul dengan langkah tergopoh-gopoh.

"JASJUUUS! OSIS ADA RAPAT DADAKAN, ANJIIIIIR!!!"

Mata Jasmine membelalak. "HELI, INI EMANG LANTAI KELAS SEBELAS, TAPI KALO ADA YANG CEPU, GIMANA?!"

Heli langsung menutup mulutnya dengan tangan, menatap sekitar. Langkah tergopoh-gopohnya juga langsung berhenti. "Oh, iya, mangap."

Maksudnya maaf.

"Yah, gue ada rapat dadakan. Gimana, dong?" tanya Jasmine dengan bibir cemberut lima senti.

"Ya udah rapat tinggal rapat," Fuchsia mendorong punggung Jasmine menjauh.

"Ntar lo sendirian kayak anak ilang, dong?"

"Ngaco lo," Fuchsia terkekeh. Ia mengedikkan kepala ke arah Heli yang tengah berjalan mendekat. "Noh, bareng Ayang Heli. Udah dijemput, juga."

"APAAN ANJIR AYANG-AYANGAN! GELI."

Gerutuan Jasmine dan percakapan mereka berdua tentu saja didengar Heli. Cowok itu berjalan cepat dan langsung memiting leher Jasmine penuh dendam.

"Heh. Kalo misalkan cewek di muka bumi ini tinggal lo doang, nggak akan gue mau ama lo," geram Heli.

Jasmine menggigit lengan Heli, membuat cowok itu mengaduh sekaligus pitingan di lehernya terlepas. Jasmine berbalik sambil berkacak pinggang.

"Lo kira gue mau apa sama lo? Menghalu tuh jangan ketinggian!"

Heli lantas mengumpat, "Najis!"

"Alay!" seru Jasmine dengan pelototan sadis.

Lalu, tersisa Fuchsia dengan ekspresi santainya dan tepuk tangan meriah. "Bapeeer."

Ucapan Fuchsia jelas membuat Jasmine dan Heli menatap ke arahnya.

"Sekarang ngerti kan kenapa gue nggak suka dijodoh-jodohin sama Nanap?" kekehan Fuchsia tampak biasa-biasa saja, tetapi jelas ada aura gelap di sekelilingnya yang membuat Jasmine dan Heli meneguk ludah.

FuchsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang