"TREY!"
Aatreya tetap berjalan.
"TREY! Tunggu!"
Tak sampai hati, Aatreya menghentikan langkahnya. Ia berbalik ke belakang, di mana Lana sedang mengejar. Ketika mereka hanya berjarak dua langkah kaki, barulah cewek itu berhenti.
"Tadi itu maksudnya apa?" tanya Lana langsung. "Kamu selingkuh dari aku?"
Untung saja koridor sedang sepi. Para siswa siswi lebih senang berada di kantin atau aula olahraga.
Aatreya menghela napas. Bersiap menerima apa pun itu ucapan Lana padanya.
"Ternyata gitu ya, Trey. Kamu nggak sebaik yang aku pikir! Kamu seneng diperhatiin cewek itu? Tunggu aja, Trey, sampe dia buang kamu dan akhirnya kamu sadar kalo cuma ada aku yang ada buat kamu."
"Na."
Lana mengatur napasnya yang menderu. Lalu, ia menatap Aatreya dengan tatapan menunggu.
"Lo tau nggak, kenapa ada orang yang nggak sadar kalau dia lagi berada di air yang keruh?"
Lana mendengkus. "Ini waktu yang tepat banget ya, buat main tebak-tebakan," sindirnya.
"Karena dia udah lama ada di sana, sampai akhirnya dia keluar dari air yang keruh itu, dan dia liat dari jauh dengan perasaan jijik," Aatreya tersenyum kecut. "Ternyata gue pernah ada di tempat kayak gitu, ya."
"Kamu ngomong apa, sih?! Trey!"
"Kita putus," ucap Aatreya. "Selamat, Na. Lo bisa bebas deketin Sano, kan? Nggak perlu takut lagi ketahuan pacaran sama cowok yang bukan siapa-siapa."
Aatreya melanjutkan langkahnya, meninggalkan Lana dengan mulut yang ternganga tidak percaya. Awalnya, garis wajah Aatreya sangat keras. Tidak ada senyum di bibir dan sorot matanya sendu. Namun, ketika Aatreya sudah melangkah lebih jauh, perasaannya jadi jauh lebih ringan, seolah beban yang selama ini menggelayuti pundaknya sudah terlepas. Lalu, senyum Aatreya mengembang, dan garis wajahnya menghalus.
Aatreya pernah memimpikan kebebasan. Dan Aatreya baru menyadari sekarang bahwa salah satu kebebasannya adalah mengakhiri hubungannya dengan Lana.
Dulu, Lana tidak seperti sekarang. Lana baik, suka menolong, dan ramah. Itu yang Aatreya suka dari Lana, itu yang membuat Aatreya bertahan dengan Lana meski diperlakukan demikian, karena Aatreya menganggap, Lana akan berubah menjadi dirinya yang sedia kala.
Aatreya juga tahu tatap diam-diam Lana pada Sano tiap kali bersamanya. Aatreya tahu Lana mendambakan laki-laki yang bukan dirinya. Ia mengira itu hanya suka sesaat dan Lana akan kembali melihatnya, tetapi, Aatreya sudah lelah menjadi pihak yang mengalah.
Aatreya harus—tidak, Aatreya ingin memilih kebahagiaannya sendiri.
Aatreya sadar bahwa ia berhak bersama seseorang yang memperlakukannya seperti manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fuchsia
Teen FictionFuchsia cinta akting, tidak cinta yang lain, sampai Fuchsia mengenal Aatreya, anak IPA pendiam yang diam-diam jago nyanyi. Fuchsia yakin Aatreya akan menjadi lawan main yang baik! Terutama, Aatreya adalah tiket utamanya menyabet Piala Citra yang s...