"Trey! Yang lain udah pada pulang, kok lo masih di sini?" tanya Fuchsia ketika melihat Aatreya masih berada di area depan sekolah. Duduk-duduk di dekat tangga dengan tangan memegang ponselnya.
Kemarin, Fuchsia mendapat penghargaan sebagai artis remaja populer nomor satu di salah satu penghargaan. Memang bukan Piala Citra, tapi dia juga senang. Berikut teman-temannya. Sampai Mint yang biasanya malas ikut foto untuk IG Story, ikutan nimbrung. Fuchsia jelas senang ketika Aatreya dan Sano ikutan. Berikut Jasmine dan Helidar.
Lalu, teman-temannya pulang. Fuchsia juga mau pulang, tetapi dia ingin beli jajanan di luar gerbang sekolah. Makanan kantin dan makan siang yang disiapkan di sekolahnya memang enak, tetapi jajanan di luar sepuluh kali lipat menggoda.
"Beli apa?" tanya Aatreya melihat kotak makan Fuchsia.
"Oh, ini," Fuchsia membuka kotak makannya yang sengaja ia bawa dari rumah dengan keadaan kosong agar bisa diisi jajanannya. Akhir-akhir ini, dirinya memang berusaha menghindari plastik sekali pakai. "Cimol. Hehehe."
Mata Aatreya melebar. "Jangan pake bubuknya, Sya. Ntar tenggorokan lo bisa radang."
"Sekali-kali doang, kok," Fuchsia membela diri. Cewek itu berusaha ikut duduk di sebelah Aatreya. Tapi karena dudukan di area tangga memang tinggi, bahkan sepinggang Fuchsia, cewek itu kesulitan.
"Maaf," Aatreya mengulurkan tangan untuk membantu.
Fuchsia berdeham, lalu mengambil tangan Aatreya. Dengan tumpuan tangan Aatreya, akhirnya Fuchsia berhasil duduk di sebelah cowok itu. Meski yah, jantungnya dari tadi melompat-lompat dengan alasan lain.
"Mau?" tawar Fuchsia.
Aatreya menggeleng ragu.
"Enak, tau. Cimol Mang Odoy."
"Minyaknya dipakai berkali-kali, Sya. Bahaya."
"Tapi enak."
"Tapi nggak sehat."
"Tapi enak!"
Aatreya menghela napas. Mengaku kalah. "Ya udah. Sekali-sekali aja, ya?"
"Seminggu sekali?"
"Sebulan sekali."
"Ih," Fuchsia menggerutu. "Kayak Bunda lo."
"Gue nggak mau lo sakit lagi kayak waktu itu."
Perkataan Aatreya yang mengandung perhatian itu jelas membuat Fuchsia dag-dig-dug. Cewek itu berusaha menyembunyikan perasaannya dengan melahap cimol. Kok, mereka ... bertengkar hal kecil kayak pacaran beneran, ya?
Untuk sesaat, mereka hanya mengamati siswa-siswi yang bergegas pulang. Entah dengan bus sekolah, dijemput mobil pribadi, atau dengan berjalan kaki. Dari area depan sekolah menuju gerbang memang agak jauh. Tadi saja Fuchsia berjalan sekitar dua menit dari gerbang menuju area depan. Hitung-hitung olahraga karena Fuchsia sudah seminggu ini tidak bisa ke gym.
Fuchsia menoleh pada Aatreya yang berkutat pada ponselnya. Tumben. Biasanya cowok itu lebih suka pacaran dengan buku saku mata pelajarannya.
"Lagi ngapain?"
"Oh?" Aatreya menoleh pada Fuchsia. "Bikin ... akun Instagram."
Mata Fuchsia lantas melebar. "Serius?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fuchsia
Teen FictionFuchsia cinta akting, tidak cinta yang lain, sampai Fuchsia mengenal Aatreya, anak IPA pendiam yang diam-diam jago nyanyi. Fuchsia yakin Aatreya akan menjadi lawan main yang baik! Terutama, Aatreya adalah tiket utamanya menyabet Piala Citra yang s...