Author's Note: Sorry I took it so long. Aku harap kalian suka part 8 ini. :) Jangan lupa untuk komentar ya, aku masih butuh koreksi juga and please vote me! :) HAPPY READING
with love, Zhaza.
DAY 2 - May, 22nd - LA
Cassie's Point Of View
Aku tidak habis pikir bisa duduk bersebelahan dengan pop sensation seperti dia ini. But I keep acting cool. It was hard sitting next to him tho. I'm fucking nervous. Hingga pada akhirnya pesawat mendarat di LAX, aku bisa bernapas lega.
Begitu aku bersiap untuk turun dari pesawat, ia bicara lagi padaku. "It's nice sitting with you, girl. See you soon!" aku tak menyahut, hanya tersenyum kecut, lalu dia pergi hendak turun dari pesawat. Senyumannya itu mungkin bisa langsung membuat pingsan gadis awam di tempat. Tapi tidak bagiku. Karena aku sungguh tak tertarik padanya. Well, meski kuakui dia....Tampan?
No. Hot.
Uhm. Sexy?
Well, I need to stop thinking about him.
"Cassie! Let's go!" seru Dad sembari melambaikan tangannya, mengisyaratkan aku untuk segera mengikutinya. Aku pun mengekor di belakangnya dengan barang bawaanku, diikuti Calvin dan Mom dibelakangku.
"So where are we going now?" tanya Calvin. Mentang-mentang sudah pindah di LA, semuanya bicara bahasa Inggris.
"To our new house of course." jawab Mom dengan senyumnya yang selalu memikat itu.
Bisa dibilang hanya aku yang tidak excited di sini. Bagaimana tidak? Aku masih punya janji dengan teman-temanku dan itu belum sempat terwujud, sementara Mom sudah mengatur keberangkatan kita untuk pindah. Sebenarnya aku kesal. Namun hanya saja aku tidak ingin protes dan menambah runyam masalah. Mengingat Mom kalau marah semuanya bisa jadi menakutkan.
Saat taxi yang kita naiki dari bandara tadi berhenti di sebuah rumah besar, kami semua turun. Aku tidak pernah menyangka kalau Dad akan bisa memiliki rumah sebesar ini. Akhirnya kami berempat mengangkat koper dan membawanya masuk ke rumah bercat putih nan kokoh itu.
07.30PM
Waktu berlalu, tak terasa kini saatnya makan malam. Mom memanggil kita semua untuk turun dan makan bersama. Karena Dad adalah seorang American, kami terbiasa berbincang saat makan malam seperti ini.
"So, Cassie, I think we should tell you about this right now," ujar Mom, yang sontak membuatku menatapnya langsung.
"What is it? Am I the only one who didn't know about this?" aku melemparkan pandangan penuh tanya kepada Mom, Dad, dan juga Calvin.
"Listen, Cassie Baby. We're leaving tomorrow. Me, your Mom and your brother. We're going to Canada for business stuffs and I'm sorry I can't bring you with us. So, since you have Aunty Carin, I'm sure she's gonna protect you for us."
"Cana - What? Dad, Mom sama Calvin mau ke Kanada tanpa aku? What is this?" erangku. Bagaimana bisa mereka meninggalkanku sendirian, sementara kita baru saja pindah. "You guys can't leave me. I'll go with you."
"Cassie please, understand. I just heard that your college program will start next week and it's not possible to take you with us. So I decided to call Aunt Carin." Jelas Dad sabar. Akhirnya aku mengerti.
"How long you guys will leave me with her?" tanyaku.
"Maybe two weeks," aku merasa sial. Andai saja kuliahku mulai tidak secepat ini. "Or less," sambung Dad lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission In 40
FanfictionWARNING: Beberapa part sudah diprivate secara acak. Ketika seorang gadis yang telah meninggal dihadapkan pada sebuah misi. Entah bagaimana jadinya bila ia harus membantu seorang megastar, Justin Bieber menemukan cinta sejatinya sementara ia benar-be...