23 - Why Him?

1K 69 8
                                    


DAY 26

Cassie's Point of View

Kini bisa dibilang aku dan Justin resmi berteman. Dan aku senang akan hal itu. Meski kadang sifatnya masih sering membuatku jengkel.

Satu minggu berlalu. Dan semenjak Max jadi pacarku, aku merasa semakin aneh. Entah kenapa. Mungkin karena aku terpaksa menjalani hubungan ini dengannya demi melindungi Justin dari pemberitaan miring lainnya.

"Cassie, why are you keep daydreaming when I'm around? Is there something that bother you?" Max menyentuh bahuku dengan kedua tangannya. Ia menatapku cemas.

"I don't know, Max."

"You're not happy with me?"

"It's not you, it's me. I don't know why, but I keep thinking that our relationship is just wasting our time. I don't want this thing to last," jawabku, berusaha menata kata-kataku agar sebisa mungkin tidak menyinggung perasaan Max.

"I knew it. But can you just give it a try? I know you're forced to be my girlfriend, but please just give me time to make you happy. I know you like that Bieber Boy but, I'm here for you."

Mendengarnya, aku hanya diam. Tak berani mengangkat wajahku pada Max.

"I don't like him 'that' way," akhirnya aku membantah perkataannya tadi.

"Then, just give me a chance."

Jujur saja, aku tidak tahu apa sebenarnya perasaanku pada Justin. Kadang dia membuatku senang, dan dalam waktu bersamaan bisa membuatku merasa marah padanya. Semuanya terlalu abu-abu bagiku. Dan kalaupun aku menyukainya, aku tahu dia tidak mungkin memiliki perasaan yang sama terhadapku. Karena dia sudah memiliki Selena.

"Cassie?"

Lagi-lagi aku melamun. Dan bodohnya aku, di saat aku sedang bersama Max seperti ini, aku hampir selalu memikirkan Justin.

"Ya?" aku menoleh. Sekarang Max sudah bersiap meninggalkan restoran ini, ia sedang memberikan uang pada pelayan yang menghampiri meja kami.

"Are we going to leave now?" tanyaku. Max mengangguk sambil tersenyum.

"It's just wasting our little time if we stay here all night. I know your mind is stuck with something and it bothers you," jawabnya enteng. "Let's go!" tanpa basa-basi lagi, Max menarik tanganku, berjalan keluar restoran.

***

"Are you sure you want me to drop you here?" tanya Max saat aku akan turun dari mobilnya. Aku memaksakan diri untuk turun sedikit jauh dari pintu gerbang mansion Justin. Karena aku tidak mau ada masalah lagi.

"I'm sure, I'll be alright. You can go," ujarku pada Max. Akupun turun dari mobil setelah Max membukakan pintu untukku.

"Cas, thanks for today. And... Goodnight. Call me later, okay?" ujar Max sambil melambaikan tangannya. Aku hanya mengangguk sebelum berjalan menjauhinya.

Sekitar lima menit berjalan, akhirnya aku sampai di depan gerbang mansion Justin. Seorang penjaga yang melihatku segera membukakan pintu dan mempersilahkanku masuk sambil menyapaku. Aku hanya membalasnya dengan anggukan dan lanjut berjalan sampai ke pintu depan mansion itu. Tentu ada seorang penjaga lagi di sana. Tanpa menunggu aba-abaku, ia langsung membukakan pintu.

Saat aku masuk, kudapati Aunt Carin berdiri di ruang tamu dengan kedua tangannya terlipat di dada.

"Where have you been, Cas?" itulah kalimat yang diucapkannya begitu melihatku masuk. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba seperti ini.

Mission In 40Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang