4 - 40 Days

3.2K 115 3
                                    

20 Mei - Kuta, Bali

“Sudahlah, untuk apa kau masih mengingat ini semua? Waktu tidak akan bisa diputar kembali, kau tahu.” Ujar sebuah suara, yang entah dari mana asalnya.

Tiba ada seorang laki-laki berdiri disampingku, dengan ratusan sayap dipunggungnya. Berkialauan, wajahku seperti diterpa cahaya lampu yang lima puluh kali lebih terang dari cahaya lampu biasa.

“Percuma, yang bisa kau lakukan sekarang, hanyalah membuat dia merelakanmu pergi. Betapa mirisnya kisah kalian berdua, saling mencintai tetapi tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan perasaan masing-masing, sampai kematian datang menjemput.” Ujarnya lagi.

“Siapa kau?”

“Pertanyaan konyol, akulah yang mengantarmu ke alam ini.” Jawabnya.

“Tunggu, aku telah mati. Dan rohku telah meninggalkan tubuhku. Apa kau malaikat pencabut nyawa?”

“Tentu saja iya.”

“Tapi, di bayanganku selama ini, malaikat pencabut nyawa itu sangat menakutkan. Dan kau, kau sama sekali tidak mirip dengan malaikat pencabut nyawa.” kataku.

“Apa kau bilang?! Kau ingin aku muncul dengan wujudku yang sebenarnya, ha?”

“Tentu saja tidak!” seruku, lalu menggeleng.
“Sebenarnya, aku hanya menampakkan wujudku yang sebenarnya, pada saat-saat tertentu. Aku akan menunjukkan padamu jika kau perlu bukti.” Ia menggenggam tanganku, dan hanya dalam satu kedipan mata, aku sudah berada di ruangan lain. Seperti sebuah kamar di rumah sakit. Ya, ini rumah sakit. Ada dokter, suster, dan orang-orang yang sedang melakukan pengobatan. Ia lalu membawaku ke sebuah kamar pasien.

“Lihat orang yang di sana?” ujarnya sambil menunjuk ke arah kakek-kakek yang nampaknya sedang dalam masa sekaratnya. “Dulunya, ia suka sekali menyalahgunakan kekuasaannya. Maka, aku tidak akan segan-segan untuk menampakkan wujud asliku pada orang-orang sepertin dia.”

“Jadi, ada perbedaan?”

“Ya, karena kau orang yang baik. Lihat ini,” dalam hitungan detik, dia langsung berubah menjadi sosok menakutkan yang membuatku kaget. Seluruh tubuhnya yang tadi bersinar, berubah gelap, menjadi hitam. Suasana dalam ruangan itu, langsung berubah menjadi suram seiring dengan perubahan sosok yang ada di hadapanku. Ratusan sayapnya tadi, tak lagi berkilauan. Ia menghampiri kakek tua itu. Hanya dengan satu gerakan, aku bisa melihat roh yang keluar dari dalam tubuh orang tersebut. Rintihan kesakitan yang sebelumnya terdengar dan begitu memekakkan telinga membuatku ngeri membayangkan betapa sakitnya ketika roh itu ditarik dengan paksa keluar dari jasadnya. Aku yakin sekali, itu pasti berkali-kali lebih sakit, daripada saat ia mencabut nyawaku. 

Dalam hitungan detik, si Malaikat ini kembali pada wujudnya yang sebelumnya. Lalu medekat lagi ke arahku, “Sekarang percaya, kan?” aku mengangguk pelan. “Kenapa kau tidak langsung dikembalikan ke surga, adalah karena kau masih punya urusan di sini.”

“Mana mungkin seseorang yang telah meninggal dunia, masih memiliki kuasa untuk menyelesaikan urusannya di dunia.” Bantahku.

“Hahahaha. Dalam dunia setelah kematian, urusan seperti itu penting. Kau akan dianggap memiliki hutang.” Ia bilang begitu sambil tertawa kecil. “Oke. Sepertinya, aku harus menjelaskan padamu tentang ini.”

“Apa itu?”

“Setiap orang yang telah meninggal dunia sepertimu, akan mendapatkan satu kesempatan untuk menyelesaikan seluruh urusannya di dunia.”

“Oh ya?”

“Ya, masih saja tidak percaya? Ah, sulit sekali membuat manusia keras kepala sepertimu ini percaya, ya.” Keluhnya.

Mission In 40Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang