21 - Shit Happens

1K 68 5
                                    

Justin's Point of View

Aku dan Cassie sama-sama terkejut saat masuk ke ruang tengah. Disana ada Selena bersama manajer dan ibunya. Scooter bahkan tidak ketinggalan. Tidak terkecuali Mom dan Carin. Tatapan kecewa mereka padaku tersirat jelas. Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres di sini. Aku hanya mampu bersikap biasa seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Explain to us what happened with you and her," ujar Selena dingin. Terpampang jelas di layar iPadnya, fotoku bersama Cassie. Aku hanya diam.

"Justin?"

"This is not what it looks like," kataku.

"Then tell us,"

"It's all my fault. I should've dropped Cassie at her campus but I never did. I took her to the beach and maybe the papz found us so, they got the pictures."

"It's my fault too, I shouldn't let Justin bring me to the beach." Cassie ikut bicara.

"Enough. Justin, let's talk about this." Scooter mengajakku pergi dari ruang tengah. Tentu saja Selena dan manajernya ikut bersama kami. Akhirnya kita bicara di taman belakang.

"It's written on the contract that you can't be seen with another girl in the media as long as the contract is exists. But, look what you've done today, young man. It might ruin Jelena relationship." Ujar manajer Selena, Eddie.

"I know but there's nothing between me and Cassie. We just hanging out like what others kid do with their friends." Aku berpikir ini sudah terlalu berlebihan. Jelas-jelas aku tidak melakukan apa-apa bersama Cassie tapi mereka terus memojokkanku.

"I thought you hate her," celetuk Selena.

"I already told you, we're trying to be friends, starts from now. When will you ever understand about what I said?" sanggahku tak mau kalah.

"Enough. Look, Justin. You've been taking this deal, so it's now your responsibility to get this down. It's up to you now. I'll back you up," kata Scooter tenang.

How great! Sekarang aku harus memutar otak untuk menyelesaikan ini semua.

Usai berbicara berempat, Selena menahanku untuk bicara berdua dengannya. Awalnya aku beralasan ingin segera istirahat. Tapi, dia memaksaku untuk tetap bicara berdua saja. Jadi, aku menuruti kemauannya.

"What is it that you want to talk about?" ujarku membuka pembicaraan kami.

"Do you have feeling on her?"

"Who?"

"Stop the stupid act, Justin. You know it." balasnya dingin. Aku sudah menduga dia akan menanyakan ini.

"Is it about Cassie again? Oh, please, Sel. Just drop it already. I'm not gonna talk about this. Why would you care anyway?"

"You, somehow act different. I knew it since the first day she came here. Something is wrong."

"You know what is wrong here?" tanyaku padanya dengan suara yang meninggi. "Us." dengan itu, aku meninggalkannya.

***

Sejak meninggalkan Selena tadi, aku hanya mengurung diri di kamar sambil  memainkan iPhoneku. Sampai tiba-tiba...

Pop!

"Hai, Justin. Bagaimana hari ini?" tanyanya sambil tersenyum tanpa dosa.

"Tanpa perlu bertanya, aku rasa kau sudah tahu banyak, Danskie," ujarku kesal padanya. Bisa-bisanya dia bertanya padahal sudah jelas dia tahu semuanya.

"Oke, maafkan aku. Aku sudah dengar semua. Tapi, soal perasaanmu pada Cassie, apa kau sudah mulai menyukainya, huh?" tanyanya penasaran, tapi aku tahu dia hanya ingin memastikan saja.

Mission In 40Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang