5 - Doubt Her

3.1K 94 2
                                    

NOTE : Part ini mungkin agak panjang hehehe. Thanks buat yang sudah baca ya. Aku tunggu kritik dan saran dari kalian. Mulai dari part ini, aku akan mulai melibatkan Point Of View. Hope you guys like it :) And, please vote me or leave me a comment that would mean a lot!

HAPPY READING YOU ALL.

With love, Zhaza.

"Kau akan menjodohkan Justin dengan gadis itu?" akhirnya aku angkat bicara, setelah cukup lama aku mengamati gadis yang duduk di bangkunya dengan kepala terkulai di atas mejanya. Ia terlihat malas.

"Technically, yes," jawab si Malaikat ini dengan santai.

"I doubt her, you know,"

"Then help her,"

"Help her? How?"

Aku melihat gadis itu tidak semangat seperti semua teman-teman di sekelilingnya. Sepertinya hari ini adalah hari pengumuman kelulusan untuk siswa SMA. Jika aku tidak berhenti sekolah karena penyakit kanker tahun lalu, mungkin aku akan merasakan bagaimana rasanya menjadi bagian dari euphoria ini. Tentu saja di sekolahku yang dulu, sebelum aku memutuskan untuk pergi ke Bali.

Aku baru menyadari, bahwa hanya gadis ini satu-satunya yang tidak merayakan kelulusan ini seperti teman-temannya yang lain. Di saat hampir semua siswa seangkatannya bersorak-sorai dan melakukan kegiatan khas siswa SMA yang baru saja lulus, coret-coret baju.

"Cassie..." Oh, namanya Cassie. "Nggak ikut coret-coret baju?" Gadis bernama Cassie ini hanya diam.

"What's wrong?"

"Aku nggak akan datang ke acara prom,"

"Itu kan dua minggu lagi. Tapi, kenapa?" tanya gadis yang kini memilih duduk di samping Cassie dengan baju penuh coretan warna-warni.

"Aku harus pindah ke Amerika,"

"You're kidding, right?" teman Cassie itu terkekeh, tak percaya.

"Apa aku terlihat sedang bercanda?" Ujar Cassie pada gadis di sampingnya itu. "Tepat pada hari itu, aku harus pergi," tambahnya.

Kini aku tahu alasannya mengapa Cassie terlihat begitu murung. Ia tidak mau pergi. Ia tidak ingin meninggalkan semua kenangannya di sini, kurasa.

"Jadi, bagaimana?" sapaan lembut di sampingku, membuyarkan pikiranku barusan.

"Aku akan coba caramu,"

"Good to know," ia tersenyum, lalu kembali bicara, "Namanya Cassandra."

"Lalu, bagaimana dia nanti akan bertemu Justin?" tanyaku penasaran. Ya, bagaimana?

"Nanti kau akan tahu," dan dalam sekejap, sosok itu menghilang. Meninggalkanku bersama pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab hari ini. Siapa Cassandra? Kenapa harus dia?

***

06.15PM - Hospital

"I wanna do a charity concert for her, Man. She's my best friend," Justin menelan ludahnya dengan berat.

"But, you just can't imagine how does it feel when you lose someone you love. I owe her something big," Justin merasa berhutang padaku? Soal apa?

Setelah diam beberapa lama, Justin tersenyum senang, "Thanks man! I love you,"

"What? You're on the way to my cottage? What is this, Scooter?"

"Surprise me!?" Justin terlihat terkejut lagi.

"Alright, man. I'll be there soon,"

Aku melihat Yoda berjalan mendekati Justin. Sepertinya ia baru keluar dari ruangan tempat dimana aku dirawat tadi, "Kita akan membawa pulang Dania hari ini juga," kata Yoda. "Are you planning to come back to U.S?"

Mission In 40Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang