7 - Mr. Confident

2.2K 92 1
                                    


Author Notes : Aku harap kalian suka dengan part baru ini. Maafkan aku ya kalau nantinya next chapter keluar agak lama. Aku juga harus nulis Fix You. Hehehehe. Please, jangan jadi silent reader, ya. Aku juga butuh komentar/vote dari kalian. HAPPY READING.

With love, Zhaza.

Cassie Poin Of View

Jakarta - 06.00PM


"Hurry, hun! Cepat masukkan koper-koper ke mobil. Bantuin Pak Agus!" perintah Mom pada Calvin yang sedari tadi hanya malas-malasan di sofa ruang tamu. Calvin berjalan dengan malas dan mengangkat satu demi satu koper yang akan kita bawa hari ini.

Sementara Dad terlihat sangat sibuk dengan handphonenya sambil mondar-mandir di teras. Mom yang sejak tadi ribet sendiri, segera menenteng tas dan melambai ke arahku, mengisyaratkan kalau kita akan berangkat saat ini juga ke bandara.

"Ayo, sayang. Nanti kita telat!" seru Mom. Aku mendesah pelan, lalu segera menyusul Calvin ke mobil bersama Bang Arif, supir keluarga kami. Sementara Mom dan Dad, bersama Pak Agus. Kita berempat naik mobil terpisah.

Perjalanan dari bandara sampai rumah lumayan memakan waktu. Aku memutuskan untuk menelpon Andin, memastikan ia tidak lupa untuk datang ke bandara sebagai pertemuan terakhir kami. Aku masih belum tahu kapan lagi aku akan kembali ke Indonesia.

"Halo, Cassie! Udah berangkat?" tanyanya begitu antusias saat mengangkat telepon dariku.

"Iya, nih. Baru aja jalan dari rumah. Bisa dateng, kan?" aku ganti bertanya.

"Tentu! Aku juga sedang dalam perjalanan. See you at airport ya babe," ujarnya sebelum memutuskan sambungan denganku.

"Siapa?" kudengar Calvin bertanya.

"Andin," jawabku datar.

Calvin menoleh ke arahku, "Setahu gue, selama ini lo nggak punya temen deh. Maksud gue... Temen deket," katanya. "Rata-rata temen lo kan matre."

"Iya sih. Tapi, dia lebih baik daripada yang lain. Seenggaknya gue masih punya temen, ya... Daripada lo, sekalinya punya temen, gak taunya nusuk dari belakang," mulut Calvin langsung maju lima senti. Kemudian, kepalaku dijitaknya.

"Nih, balasan buat adik yang sotoy," katanya puas begitu melihatku merintih kesakitan. Aku yakin, dia pasti belum bisa melupakan kejadian saat sobatnya sendiri merebut kekasihnya yang sudah dipacari empat tahun.

"Awas lu, Vin."

Justin Point Of View

Soetta Airport - 06.15

Kami harus ganti pesawat sebelum nanti mendarat di LAX. Aku membantu Mom menuruni tangga pesawat. Tentu saja di sini aku tidak lupa menggunakan jurus penyamaranku. Tak ketinggalan Mom dan Scooter. Sementara Kenny, tetap pada tugasnya melindungi kami. Aku berjalan sambil menenteng backpack di punggungku dan satu koper kutarik dengan tangan kananku. Kami berempat melenggang masuk ruang tunggu.

"Jadi, tiketnya first class? Baguslah. Aku bisa tidur dengan nyenyak nanti di pesawat," ujarku pada Kenny. "Pilihan yang bagus, Man. Thanks." Ucapku lagi padanya. Kenny hanya mengangguk pelan.

Lalu aku mengambil tempat duduk di sebelah Mom. Ia nampak lelah. Yah, bagaimana tidak? Kemarin ia baru sampai di Bali dan sekarang, kita harus kembali lagi ke LA.

"You tired?" tanyaku. Hanya dengan menatap matanya, aku bisa tau kalau Mom benar-benar lelah.

"Honestly, yes. But honey, you're here, so I won't be tired anymore," ia kemudian tersenyum. Senyum yang begitu meneduhkan hati. Senyuman khas seorang ibu. Hal itu mendorongku untuk memeluknya.

Mission In 40Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang