What is the wonderful thing for a worker?
Yeah ... Cuti.
Cuti, menurut KBBI yang berarti meninggalkan pekerjaan beberapa waktu secara resmi untuk beristirahat dan sebagainya. Tapi faktanya arti cuti dalam kamus kerjaku tidak begitu. Cuti menurut pria super tengil yang sungguh sialnya-Direktur di divisiku, menurutnya cuti itu hanya waktu istirahat dalam beberapa menit.
Cukup dalam 1.800 hari aku menghabiskannya dengan kertas-kertas menyebalkan, buku-buku tebal tentang pasal-pasal, layar kotak yang selalu menyala, coretan-coretan indah dari stabilo warna-warni, sticky notes. Dan aku sungguh membutuhkan satu hari untuk sebuah kata 'cuti'.
Seorang pria berdiri di depan meja kerjaku. Sambil kedua matanya tetap fokus pada layar persegi panjang di tangannya. Gayanya yang khas pria metropolitan. Wajah rupawan, jabatan cukup tinggi, deretan mobilnya sudah seperti showroom. Semua kelebihan ada di genggamannya. Hanya ada satu kekurangannya-dia kurang akhlak. Dia merupakan casanova kelas kakap. Tetapi jika dia sudah bosan dengan satu wanitanya, aku yang harus menjadi wasit di antara mereka. Dia tidak akan bisa menikmati hidup tanpa wanita-wanitanya. Life stylenya sudah seperti walrus.
"Ji, besok cuti kamu di postpone ya? Kayaknya kamu harus ikut nemenin saya ke Makasar."
Postpone ... again?!
Bolehkah aku membenci situasi ini? Situasi yang selalu terulang dan diulangi lagi. Hanya sehari saja aku membutuhkan waktu untuk hidupku sendiri. Untuk sehari saja hanya ingin menikmati the rest of my life.
"Pak, emang gak bisa diganti sama sekretaris cabang aja?" demoku sedikit putus asa.
"Lho, kenapa Ji? Saya butuhnya kamu yang lebih senior. Kamu tahu sendiri kan, sekretaris cabang anak-anak baru semua," jawab si tengil otak cuan sambil terus menggeser-geser layar tab-nya.
Dasar otak cuan!!
Shit
Rasanya aku benar-benar murka. Aku kembali melangitkan istigfar. Karena hanya kalimat, 'astagfirullahaladzim' yang bisa membuat cercaan dari mulutku berhenti. Aku menenggelamkan kepala di atas tumpukan dokumen yang harus aku filter sebelum masuk ke ruangan si otak cuan.
Lima tahun bekerja dengan pria yang sangat gila kerja itu membuatku jenuh. Aku frustrasi setiap kali form cutiku berulang kali dipostpone atau bahkan dicoret asal oleh pria bernama Kean Arsalaan Hadinata. Putra semata wayang Luki Hadinata. Pemilik salah satu perusahaan konstruksi besar di Indonesia yang bernama Hadinata Corp.
Aku selalu mengibaratkan duniaku adalah sangkar emas. Dimana aku sebagai burungnya. Sebagus apapun sangkarnya aku memilih untuk terbang di luar sana. Terbang bebas. Meskipun gaji yang dijanjikan berkali lipat, tetap saja tidak bisa melupakan kodratku sebagai manusia. Yang tidak bisa bekerja seperti robot.
Lima tahun bekerja dengannya, membuat aku banyak tahu kisah hidup seorang Kean. Membaca teka-teki dalam kehidupannya menjadi salah satu jobdesk untukku juga.
Bukankah dunia adalah tempat hukuman untuk Nabi Adam? Dan kenapa aku menjadi bagian dari orang yang terlalu mengejar dunia?! Sampai kapan pun dunia hanya tempat persinggahan. Percuma aku menghabiskan waktu untuk dunia. Semuanya tidak ada maknanya.
Wait ...
Form cuti milikku di acc? Sebentar ... bagaimana jika waktu cuti itu ternyata untuk selamanya?
Apa,
Artinya ...
Aku, dipecat?
*****
Untuk sementara waktu, beralih dulu ke cerita baru 'Cuti'.
Lanjut? Kalau lanjut insyaAllah besok up lagi, hehe
Yuk, para pencari rupiah what a wonderful thing for a worker?
Apa aja sih yang bikin mood kerja kalian nambah disaat bosen kerja?
Jazakumullah khairan katsiran. Mari menebar kebaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuti ✔️
General FictionWhat is the wonderful thing for a worker? Yeah ... Cuti. Wait ... Form cuti milikku di acc? Sebentar ... sebentar, bagaimana jika waktu cuti itu ternyata untuk selamanya? Apa, Artinya ... Aku, dipecat?