Hai, apa kabar nih sahabat cuti?
Tadinya gak bakalan jadi update nih, soalnya banyak banget kerjaan yang gak kelar-kelar.
#ngapain sih Na, curhat?
Hmm .... ya udahlah yaak, mending sekarang ramaikan lagi yuk yuk!!
"Jihan, tumbenan banget sih lo kalimatnya lumayan nambah. Gak cuma sekata dua kata doang." ejek Kayla.
Aku mendengus tertawa, "aneh ya?"
"Bukan aneh sih, cuma agak gak wajar aja." jawab Fanny dengan mengedipkan matanya sebelah.
Seorang waiter datang membawa pesanan kami. Setelah mengucapkan terima kasih waiter tadi kembali lagi meninggalkan meja kami. Berhubung hari ini terlalu banyak sekali pekerjaan sehingga membuat perut aku dan yang lainnya ikut keroncongan. Masing-masing menarik piring pesanan ke hadapan masing-masing. Dan langsung menyantapnya. Seketika suasana pun hening.
Ingin membungkam mulut Kayla agar tidak banyak bicara? Sumpal saja dengan makanan, dia pasti langsung diam. Untuk para anak magang yang ingin meraih hatinya, kalian tidak perlu bermuka dua untuk terlihat paling baik di mata Kayla. Kalian juga tidak perlu terlihat sok rajin dengan mengerjakan semua pekerjaannya. Kalian cukup menyuplai makanan setiap hari, pasti dengan sendirinya Kayla akan menjadikan kalian sebagai anak magang terbaik.
Rizki tiba-tiba bangkit membawa cup kopi miliknya. "Mbak, gue ada perlu dulu sama Mas Atha, sama Pak Kean. gue gabung ke sana ya?" izin Rizki.
"Bilang aja lo pengen ketularan cakep kayak mereka, sok-sokan lo ada urusan." cibir Kayla tanpa membagi fokusnya dengan makanan.
"Yee ... gue emang beneran ada urusan kali Mbak. Asem amat sih lo, gini-gini gue juga cukup bisa masuk kategori cowok-cowok kantoran ala Sudirman kali." elak Rizki dengan pede.
"Coba gue liat, Ki?" Kayla menatap Rizki dari ujung kaki hingga kepala.
"Tapi masih di bawah standar Ki," lanjut Kayla setelah mengamati penampilan Rizki.
Rizki berdecak kesal, "asem lo Mbak, kali-kali muji gue napa?"
"Dih, ogah banget. Lama-lama Lo kena penyakit Ain lho Ki, iri sama mereka mulu. Dah sana lo gabung sama tuh ..." Kayla menjedanya. "Para buaya," sambung Kayla tetapi lebih pelan.
Spontan aku, Fanny, dan Rizki menatap Kayla kompak. Yang ditatap dengan santai kembali melanjutkan makannya. Rizki pun meninggalkan kami berjalan menuju meja Kean yang entah berada dimana, sebab aku coba mencarinya namun tak berhasil kutemukan. Padahal belum lama mereka masih berada di pintu masuk coffeeshop.
Aku mengeluarkan iPad untuk mengingat schedule Kean hari ini. Ada beberapa pertemuan untuk hari ini. Meskipun lokasinya hanya di dalam kantor. Pantas saja Kean menyuruhku untuk istirahat lebih dulu. Setelah pertemuan dengan Mbak Tari, Kean kembali lebih santai. Lebih tepatnya tidak uring-uringan lagi seperti beberapa hari ke belakang.
Kutaruh kembali iPad ke dalam tas. Lalu melanjutkan memotong tiramisu slice yang kupesan tadi. Sementara Fanny memesan spaghetti aglio e olio, dan Kayla memesan chicken teriyaki. Salah satu tips kami untuk menentukan tempat lunch adalah dengan melihat kondisi tanggal dan saku. Kalau menuju awal bulan, dengan kondisi saku masih lumayan tebel kita akan makan siang di restoran atau coffeeshop yang berada di list teratas venue favorit versi kita. Tetapi kalau sudah memasuki pertengahan bulan, kita akan memilih coffeeshop dengan harga under fifty thousand rupiahs, bahkan terkadang di warung-warung sekitaran kantor yang rasanya gak kalah dengan restoran yang ada di list teratas.
"Han, lo inget gak sama si Marina? Yang minta gue buat desain apartemennya itu?" tanya Fanny.
Aku mencoba mengingatnya. Setelah mencoba melacak nama tersebut aku pun mengangguk pada Fanny. "Kenapa emangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuti ✔️
Fiksi UmumWhat is the wonderful thing for a worker? Yeah ... Cuti. Wait ... Form cuti milikku di acc? Sebentar ... sebentar, bagaimana jika waktu cuti itu ternyata untuk selamanya? Apa, Artinya ... Aku, dipecat?