"Ji … to-long …"
Aku berlari untuk mencari pertolongan. Aku dan Viona tidak mungkin mengangkat tubuh Kean berdua ke dalam mobil. Aku membutuhkan laki-laki untuk membantu kami.
Perasaan bingung menguasaiku. Opsinya hanya ada dua masuk atau tidak. Aku tidak mungkin masuk ke dalam tempat itu. Dan aku memilih opsi ke dua untuk menunggu orang keluar dari sana dalam keadaan waras. Kalau mereka saja tidak sadar bagaimana aku meminta pertolongan mereka? Yang ada nanti pasienku bertambah menjadi dua di sini.
Cukup lama aku menunggu hingga sebuah sepatu berdiri di hadapanku. Aku menyipitkan mata untuk melihat jelas siapa pemilik sepatu tersebut.
"Pak … Andrew?"
"Jihan? Kamu ngapain di sini?" tanyanya dengan alis naik sebelah. Aroma alkohol begitu tercium dari napasnya.
Aku mundur dua langkah, "sa-ya … boleh minta tolong?"
"Of course," jawabnya dengan yakin.
"Saya mau minta tolong angkatin Pak Kean ke dalam mobil itu," kataku sambil menunjuk mobil Viona.
Pak Andrew sempat melihat mobilnya, dan dia beralih kepadaku kembali. "Kamu nemuin Kean? Saya nyariin dia dari tadi gak ketemu-ketemu." ujarnya.
"Lho, bukannya Pak Kean sama anda?"
Pak Andrew tampak berpikir sebentar, "yup, but he's gone setelah lihat ada pertikaian. I'm worried, apalagi pas lihat tubuhnya tiba-tiba menggigil. Padahal kita baru nyampe banget." jelas Pak Andrew.
Dengan cepat Pak Andrew membantuku mengangkat Kean ke dalam mobil Viona sendirian. Dibaringkannya di kursi penumpang di belakang. Kean benar-benar tidak sadar. Tubuhnya menggigil seperti orang ketakukan.
"Terima kasih banyak Pak Andrew untuk pertolongannya, saya permisi pamit." kataku menginterupsi.
"Okay, take care. If there is anything, contact me!" Jawabnya.
Aku mengangguk dan masuk ke dalam mobil bersama Viona. Sementara di belakang Kean masih terus menggigil. Aku mencoba menghubungi Dokter Azzam, selama empat tahun ini Dokter Azzam yang menangani Kean jika sudah seperti ini.
Dering pertama hingga ketiga Dokter Azzam tidak menjawab teleponnya. Hingga dering keempat barulah Dokter Azzam menerima teleponku.
"Malam Jihan, ada yang bisa saya bantu" jawabnya setelah menjawab salamku.
"Dok, saya bingung … Pak Kean tiba-tiba menggigil kayak gak biasa," jelasku.
Dokter Azzam tampak diam sebentar, "gejalanya seperti biasa gak, Jihan?" tanya Dokter Azzam.
Aku menatap sebentar pada pria di belakang. Menjelaskan semua kondisinya yang sedikit berbeda dari biasanya. Kean memang sering seperti ini, tapi untuk saat ini dia berbeda dari gejala sebelumnya.
"Kondisi Kean cukup buruk kalau mendengar penjelasan dari kamu, saya sarankan dia bisa bed rest selama satu minggu. Jangan diberikan beban pikiran yang berat, you should support him. say, everything will be fine." ujar Dokter Azzam.
Aku termenung sejenak. Mencoba mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut Dokter Azzam.
"Why me, Dok?"
"Because all I know is you. Cuma kamu yang tahu tentang generalized anxiety disorder Kean." sahut Dokter Azzam.
Jujur saja dari semenjak bekerja aku tidak pernah berminat untuk masuk ke dalam kehidupan pribadi rekan kerjaku. Tapi semua berubah semenjak Pak Luki menyatakan dirinya mundur dari Hadinata Corp dan digantikan oleh putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuti ✔️
General FictionWhat is the wonderful thing for a worker? Yeah ... Cuti. Wait ... Form cuti milikku di acc? Sebentar ... sebentar, bagaimana jika waktu cuti itu ternyata untuk selamanya? Apa, Artinya ... Aku, dipecat?