Chapter 3

13.6K 1.2K 59
                                    

Akhir pekan. Disaat yang lain menikmati tanggal merahnya dengan berolahraga di car free day, jalan bersama keluarga atau sahabat, atau mungkin bahkan menikmatinya dengan ritual me time. Sedangkan aku, sejak adzan subuh berkumandang sudah ditugaskan untuk menemani Baginda Raja bertemu investor. Tidak hanya aku dengan Kean saja, melainkan ada Abimanyu dan Nazwa sekretaris cabang.

Aturan seperti apa, yang menjadikan hari minggu untuk pertemuan dengan investor?! Tidak tahu aturan. Apa dengan hanya diiming-imingi
'boleh mengajukan cuti' minggu depan adalah solusi? Tidak. Pada kenyataannya setiap kali aku mengajukan form cuti, tidak pernah di-acc olehnya. Atasan jenis apa Si otak cuan itu?

Kepalaku benar-benar pening. Bayangkan saja, jam lima subuh aku sudah naik ojek untuk bisa sampai ke tempat yang dituju. Udara pagi hari seakan menusuk pori-pori. Padahal aku sudah memakai outer yang cukup tebal. Tetap saja tidak terasa hangat.

Sesampainya di hotel yang dituju, aku menyempatkan diri masuk ke dalam toilet. "Huh …" aku membuang napas malas. Wajahku pucat, dengan hidung memerah. Mungkin aku terserang flu. Karena satu minggu ini selalu diguyur hujan.

Handphoneku berdering.

"Ji?"

"Wa'alaikumussalam, iya Pak?"

"Kamu masih lama?"

"Saya udah di lobby, Pak."

"Okay, naik ke lantai 6. Restorannya di lantai 6," titahnya.

"Baik Pak."

Aku mengikuti instruksi Kean. Masuk ke dalam lift—menekan tombol lantai 6. Ketika lift terbuka, lift di samping pun ikut terbuka bersamaan.

"Lho, Bu Jihan?"

"Abi?"

Ternyata Abimanyu pun baru sampai. Dia berjalan lebih dulu. Diikuti olehku dari belakang. Memasuki restoran, aku dan Abi mengedarkan pandangan. Mencari sosok pria yang sudah menunggu kami. Hingga mataku menangkap sosok pria yang kami cari. Dia sedang duduk di sofa paling ujung, dengan menggunakan pa—

Apa? Dia hanya memakai kaos polos berwarna putih, celana jeans dan sandal jepit?

Aku langsung menatap penampilanku dan Abimanyu. Pakaian kami sangat formal, layaknya akan pergi ke kantor. Berbanding terbalik dengan dia?

"Dia di sana, Bi." tunjuk saya mengarahkan Abimanyu.

Kami pun berjalan kembali hingga sampai tepat di mejanya.

"Sekretaris Pak Raihan udah hubungi kamu, Ji?" todongnya.

Aku menggeleng dengan cepat.

"Infonya Pak Raihan minta meetingnya dipostpone ke jam sembilan." katanya dengan santai.

Kepulan asap keluar dari kepalaku. Tanganku sudah mengepal. Sementara Abimanyu terlihat santai. Atau mungkin mencoba untuk terlihat santai. Ekspresi dia sulit untuk didefinisikan. Wajah seorang Abimanyu terlalu dingin dan datar.

"Kenapa anda gak info saya?" demoku merasa tak terima.

Kean meneguk kopinya, lalu menjawab dengan santai, "kenapa saya harus info ke kamu?"

Well, kamu keliru Jihan. Jangan lupa Jihan, bahwa dia itu 'Bos' dan aku bawahannya. Jadi tidak ada keharusan untuk dia memberitahukan informasi apa pun kepadaku.

Aku, dan Abimanyu hanya duduk berdiam diri sambil mengamati dia yang sibuk dengan handphone dan american breakfastnya. Kini giliran Abimanyu yang tampak gelisah, ada sesuatu yang sedang dia cemaskan sepertinya.

Cuti ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang