(A/n) yang kemarin-kemarin request 'kenapa Kean salah manggil Jihan?' ini jawabannya, dan belum full diceritain. Semoga suka yaa :)
So happy reading!!Di restoran beberapa minggu lalu, ketika aku ikut bersama Kean untuk bertemu Zaskia. Dan tanpa sengaja aku bertemu dengan Altamis.
"Perempuan itu pandai menyembunyikan perasaannya, tapi kalau udah cemburu ketahuan banget deh gak bisa nyembunyiin." cibir Kean.
Aku mendelik kesal. Mudah sekali dia menebak benar hanya dengan melihat gestureku.
"Gimana tawaran saya, mau tukar cerita?" tanyanya lagi setelah tak mendapat respon dariku.
Saat itu Zaskia belum sampai akibat terjebak macet. Sementara meja-meja sekitar kami mulai dipadati pengunjung lain. Aku berpikir sejenak, bertukar cerita dengannya? Kalau aku request untuk ceritanya, apa itu akan menjamin dia tidak akan ikut request untuk ceriaku?! Sungguh aku tidak yakin.
"Oke ... oke ... kalau kamu gak mau tuker cerita, gimana kalau saya bercerita tapi kamu harus bayar imbalannya?"
kontan aku mengernyitkkan dahi. Imbalan? Yang mau bercerita siapa? Bukannya dia yang sejak tadi maksa untuk saling tukar cerita? Lagi pula kisah hidupku yang mana yang membuat dia penasaran untuk diceritakan?
"Tenang aja kali Ji, gak usah langsung mode-on panik gitu." ujarnya dapat menebak perubahan ekspresiku sambil lanjut tertawa.
"Gampang kok imbalannya, gak aneh-aneh." sambungnya.
Aku menghela napas, kemudian menegakkan posisi duduk. "Apa?"
Kean mendengus tertawa, kemudian melihat ke samping kanan dan kiri membuatku semakin penasaran.
"Syaratnya ada dua." dia mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke atas membentuk huruf V. "Pertama, kamu kasih tahu saya cara menaklukan hati perempuan."
Lagi-lagi dia membuat keningku berkerut. Kenapa harus bertanya padaku, bukankah dia yang ahli di bidang tersebut?
"Kedua ..." Kean menoleh sebentar lalu kembali memandang gelas di depannya sambil memutari bagian untuk bibirnya dengan jari. "Tell me, why aren't you married, yet?"
Spontan saja aku mendongakkan kepala dan beradu pandang sekitar tiga detik sebelum aku kembali menatap semua yang ada di meja.
"Sorry ... I know this is privat, tapi saya sedikit terganggu dengan beberapa orang yang mengatakan penghalangnya adalah saya." jelasnya cukup pelan di kalimat terakhirnya.
Aku menarik napas sebelum menjawabnya, "okay, boleh saya request buat ceritanya? Saya akan jawab dua syarat tadi setelah cerita anda selesai." aku bernegosiasi.
"Sure," tantangnya.
"Saya mau tahu kenapa anda selalu memanggil saya Fina? Terlebih kalau anda sedang tidak sadar." pintaku.
Kean menarik napasnya kemudian menenggelamkan wajahnya di antara kedua telapak tangan.
"Fina ... orang terdekat saya dulu. Sejak kecil kami sama-sama. Udah gede kita milih jalan yang beda. Kayaknya dia seusia kamu.
"Dulu tiap dia datang ke rumah saya, sering recokin saya, sering cerita ini itu mulutnya gak mau diam, kalau saya lagi main basket di belakang rumah dia selalu ngikutin saya. Sekalipun dia kelempar bola basket paling cuma ngomel, abis itu ikut lagi kemana pun saya pergi.
"Itu cuma sepenggal kisah dia waktu kecil. Sampai tiba suatu hari dia berubah kepada saya, meskipun masih sering mengunjungi rumah saya, tapi saya ngerasa ada yang beda aja saat itu. Yang akhirnya bikin kita memilih jalan yang berbeda untuk gak saling bertegur sapa sampai sekarang." Kean kembali menghela napas. Seolah cerita ini terlalu berat untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuti ✔️
General FictionWhat is the wonderful thing for a worker? Yeah ... Cuti. Wait ... Form cuti milikku di acc? Sebentar ... sebentar, bagaimana jika waktu cuti itu ternyata untuk selamanya? Apa, Artinya ... Aku, dipecat?