Epilog

15.6K 911 49
                                    

Dua bulan setelah menikah

Dulu aku pikir jatuh cinta itu sulit dan menyakitkan. Setelah aku mengenal lebih dalam lagi sosok yang sedang duduk di sampingku ini, ternyata jatuh cinta itu tidak terlalu buruk. Kini hari-hariku dipenuhi dengan diskusi, saling mengenal satu sama lain lebih dalam.

Menikah dengan seseorang yang terkenal banyak menaklukkan hati perempuan juga tidak begitu buruk. Karena kini dia hanya memiliki satu orang perempuan saja di sampingnya. Begitupun pandangan orang lain terhadapnya yang berubah total. Hanya saja segala triknya dalam menaklukkan hati makhluk manis bernama perempuan itu tak berlaku untukku.

Kutatap seluruh bagian dari apartemen ini. Sudah mulai banyak buku-buku, miniatur-miniatur bangunan yang entah sejak kapan terisi. Yang aku ingat saat pertama kali masuk ke apartemen ini isinya sebagian besar sepatu yang tak tersusun. Sisanya furniture minimalis.

Aku tidak membatalkan niat untuk berhenti bekerja. Keputusan ku untuk berhenti bekerja masih konsisten. Hanya saja Kean memberikan kesempatan untuk memiliki kegiatan selain menjadi istrinya. Setelah diskusi panjang, akhirnya aku sepakat dengan pendapat Kean. Kami berdua pun membangun sebuah bisnis di bidang kuliner. Kean menambahkan ide untuk membuat coffee shop yang diberikan sentuhan alam. Alasannya sederhana, makan sambil bertaddabur alam. Khusus hari Jumat selalu diadakan kajian, selain itu setiap harinya selalu menyediakan sarapan gratis bagi siapapun.

Kean banyak berubah. Bahkan saat pertama kali aku tinggal bersamanya ada banyak kejutan yang tidak kuketahui sebelumnya. Banyak buku-buku sejarah Islam khususnya yang kini sering menjadi temanku di waktu luang. Seperti sekarang, menemani Kean yang tengah sibuk dengan virtual meetingnya.

"Kamu udah selesai?" tanyaku ketika Kean menutup laptopnya.

"Udah. Kamu baca buku apa, Ji?"

By the way, untuk panggilan aku dan Kean tidak memiliki panggilan khusus. Aku-kamu, Yan-Ji itu panggilan khususnya.

Karena bagiku tidaklah begitu penting panggil khusus untuk orang-orang yang menikah sudah berumur seperti kami. Cukup tindakan yang mewakili perasaan masing-masing.

"Tentang penaklukan Andalusia," jawabku sambil menutup bukunya.

For your information, berhenti melakukan kegiatan apapun ketika pasangan bertanya juga menjadi kebiasaan baru untuk kami. Lebih tepatnya kesepakatan. Karena aturan apapun yang dibuat di rumah ini, semuanya hasil diskusi bersama. Diskusi—disepakati—itu prinsipnya.

"Aku udah selesai baca, mau dengar?"

"Boleh, tapi kita ngemas barang dulu buat besok pindahan." Aku menunjuk tumpukan barang.

"Jangan lupa besok minta jasa pemindahan barang buat angkut semuanya!" pesan Kean.

Aku berhenti memasukkan tas ke dalam koper. Lalu menatap wajah Kean.

"Emang kamu gak bisa Yan?"

Kean menghentikan kegiatannya, berjalan mendekat kepadaku.

"Jihan sayang, barang kamu itu terlalu banyak. Aku bisa encok kalau harus bolak-balik angkut sendiri." bisik Kean.

Aku melihat sejumlah koper yang sudah berjejer rapi. Setelahnya tersenyum konyol.

"Iya juga sih,"

Kean menggelengkan kepalanya.

Setelah menikah aku tinggal di apartemen Kean. Tetapi dua minggu terakhir Kean memutuskan untuk merenovasi sebagian rumah lamanya. Masalah tempat tinggal juga menjadi diskusi panjang untuk kami berdua. Kami memiliki pendapat masing-masing.

Cuti ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang