A/n,
Guys menanggapi berita yang sedang ramai beberapa hari ini, jujur aku takut banget di dalam menyampaikan satu informasi baik tentang syariat Islam atau lainnya, takut kalau salah menyampaikan. Karena itu bisa fatal akibatnya, terlebih mungkin para pembaca ceritaku gak semuanya 17 tahun ke atas. Selain itu semua yang aku sampaikan di setiap cerita akan diminta pertanggung jawabannya juga di akhirat, kan?Jadi tolong jangan berhenti mengingatkan ketika banyak informasi yang kurang tepat saat menyampaikannya. Atau mungkin ada bahasa yang frontal atau mungkin lebih. Mohon untuk tetap selalu mengingatkan.
Aku harap apa yang aku tulis ada yang bisa membawa kebaikan untuk kita semua. Bijaklah dalam membaca, sekiranya apa yang kalian baca dari tulisanku tidak membawa kebaikan apapun kalian bisa tinggalkan apa yang kalian baca. Thank you for someone who support me.
Lost for a moment
________
Makin tua yang paling penting itu cuma dua. Yaitu mentally stable dan juga dompet tebel. Tapi sayangnya mental gue gak pernah stabil sampai sekarang. Semua bayangan masa lalu gue tidak pernah berhenti menghantui.
Menjadi anak broken home itu gak semudah yang orang lain kira. Untuk menjalaninya bahkan gue harus tertatih-tatih berjuang seorang diri. Bagi bokap keluarga hanya sekadar bayangan yang terkikis oleh gelap. Dan di saat gue membutuhkan sosok orang tua, gue juga harus sadar bahwa dua insan yang berstatus orang tua gue gak akan pernah merasakan kehadiran gue. Mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Setelah kejadian nyokap direnggut nyawanya, gue harus selalu bolak-balik untuk psikoterapi. Trauma itu membuat gue sering sekali merasa cemas yang berlebihan. Bagaimana mental gue bisa kuat, sedangkan gue menyaksikan sendiri nyokap terbunuh dan gue gak melakukan apapun. Terlebih dalang pembunuhnya itu kekasih gue sendiri. Tidak adil bukan? Gue baru saja jatuh cinta ternyata perempuan yang gue pilih adalah orang yang salah.
"Woy, bengong aja!"
Gue melirik perempuan yang berdiri sejak tadi.
"Ck, gue gak bengong."
"Cewek yang sama lo siapa?"
"Asisten pribadi gue."
"What?? Lo gak salah?"
Gue menggelengkan kepala.
"Dia asisten pribadi gue, tapi kerjaanya cuma sebagai sekretaris gue.
Shezan mengangguk-anggukkan kepala. Dia menilai Jihan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kembali melirik gue sambil mengangkat kedua alisnya.
Sekelebat ide licik muncul. Gue menyeringai puas membayangkan kejadiannya jika sampai terjadi. Gue berdiri membelakangi Shezan yang masih asik mengintip Jihan dari balik vertical blind.
Shezan menatap gue bingung.
"Lo mau kerja sama bareng gue gak?" Tawar gue.
"Kerja sama bareng lo?" Ulang Shezan.
"No, big no. Gue gak minat buat kerja, mending gue bisnis sendiri deh. Gue mau liburan atau gak usah kerja sekalipun gak usah izin-izin orang."
Ck ... dari dulu pikirannya mentok gak pernah maju.
"Gue gak ngomongin masalah kerjaan,-"
"Terus?"
Gue mendekat ke arahnya. Dengan menatap was-was ke arah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuti ✔️
Algemene fictieWhat is the wonderful thing for a worker? Yeah ... Cuti. Wait ... Form cuti milikku di acc? Sebentar ... sebentar, bagaimana jika waktu cuti itu ternyata untuk selamanya? Apa, Artinya ... Aku, dipecat?