Z|54

61.8K 5.2K 578
                                    

Sabar yee
Gw up kok jangan nangis🤣

Happy Reading❤️

______

Zergio menatap Kenneth datar. Sebenarnya wajah mereka sama-sama tanpa ekspresi. Tapi Kenneth lebih agak santai.

Setelah permintaan Zergio yang katanya ingin berbicara empat mata dengan ayahnya. Aneeta, Zain, kakek dan nenek Zergio akhirnya mengalah dan keluar dari ruang inap Zergio.

"Sepertinya kemampuanmu berkurang." Tutur Kenneth membuka suara.

"Hm?"

"Baru kali ini kau berkelahi sampai masuk rumah sakit" Sambung Kenneth ketika tau putranya kebingungan.

Zergio mendecih pelan. Ia membuang muka ke arah jendela. Enggan untuk menatap ayahnya.

"Kau harus banyak berlatih lagi, Son" Zergio mengabaikan celotehan ayahnya.

"Kau pernah menikah sebelum bersama Mommy?"

Kenneth yang tidak mengira akan ditanyai seperti ini pun mengernyitkan keningnya. Kali ini ia berubah serius setelah mendengar pertanyaan putra pertamanya. "Apa yang kau tau?" Tanya Kenneth menatap Zergio tajam. Ia seolah langsung mengerti arti dari pertanyaan Zergio padanya.

Zergio melirik sekilas pada ayahnya, kemudian mendengus malas. "Kau hanya perlu menjawabnya, Dad. Dan apa yang kau lakukan di rumah sakit Purijaya kemarin"

Kenneth mengernyit. Rumah sakit Purijaya? Itu rumah sakit jiwa.

Kenneth mendengus pelan. Pria itu menatap putranya malas sembari duduk santai di kursi sofa dan menyenderkan punggungnya ke sandaran sofa.

"Kau cukup bilang, apa yang ingin kau tau Gio" Zergio mendecih pelan.

"Dan kau cukup menjawab ya atau tidak, Dad" Geram Zergio tertahan. Ia termasuk sulit menahan amarah, berbeda dengan Kenneth yang memang pembawaannya tenang.

Kenneth menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Ya, aku pernah menikah sebelum dengan Aneeta. Jadi? Kau sudah puas sekarang?"

Zergio terdiam. Pria itu menunduk dalam. Ia kembali mengingat perkataan Ghea yang mengatakan mereka berdua bersaudara. Ck! Omong kosong!

Dengan nafas memburu, Zergio langsung turun dari ranjang dan mencabut infus di tangannya. Kenneth? Ia tidak mencegahnya, biarkan saja. Lagipula putranya kuat kok tanpa bantuan cairan menyebalkan itu, pikirnya.

Zergio mengabaikan Aneeta, Zain, kakek dan neneknya yang kebingungan melihat kepergian Zergio. Apalagi pria itu memasuki kamar sebelah.

Brak

Si empunya kamar terlonjak kaget saat pintu kamar dibuka dan ditutup dengan keras. Untung saja Ghea tidak sendirian di sana.

Ada teman-temannya yang ternyata tengah menemani Ghea. Zergio sampai menahan nafas ketika melihat sorot mata Ghea yang terlihat bahagia melihat kedatangannya.

"Kak Gi---"

"Apa maksud lo?! Lo gila bilang kita suadara?! Lo jangan gila Ghea!!" Zergio menyela ucapan Ghea dengan bentakan. Sampai kapanpun, ia tidak akan pernah terima jika mereka berdua memang bersaudara.

Kelima inti Antranos, Alexa, Riana dan Alina benar-benar terkejut mendengar ucapan Zergio. Tapi mereka tidak berani membuka suara, karena tampang Zergio yang terlihat sangat mengerikan.

Meskipun dengan keadaan kepalanya yang diperban. Raut wajahnya yang garang itu tetap menakutkan.

"T-tapi kak---"

ZERGIO•| [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang