"Kenapa lu lakuin semua ini Jung?! Kenapa?!"
Suara Jimin terdengar sangat keras, matanya mengilat marah dengan napas yang memburu. Yoongi berusaha menahan suaminya itu, menyuruhnya agar tenang.
"Gua Kakak lu, Jung! Gua lebih tua dari lu, jangan bilang kayak gitu lagi ke Ayah. Gua jadi gak enak sama dia," ucap Jimin yang nadanya semakin pelan karena frustasi.
Sementara Jungkook yang berdiri di hadapannya hanya terdiam dengan mata berkaca-kaca. Dia pikir, yang dia lakukan sudah benar, kenapa Jimin datang ke rumahnya sambil marah-marah?
"Gara-gara permintaan lu itu, Ayah jadi menunda peresmiannya. Kenapa Jung? Lu gak perlu lakuin semua itu, tolong jangan..."
"Oh kenapa harus ditunda? Berarti dia gak mengabulkan permintaan gua."
"Cukup Jung! Bersikap dewasalah dan pahami Ayah, gua gak butuh belas kasihan dari lu!" Jimin berdecak. "Tolong jangan lukai harga diri gua sebagai kakak lu."
"Kak, tapi semua ini emang pantas lu terima!" Mau bagaimana lagi? Jungkook merasa lebih bahagia jika menyerahkan perusahaan itu untuk Jimin saja.
"Iya Jung, aku pribadi berterimakasih sama kamu. Aku gak akan kesal sama kamu lagi. Tapi Ayah-"
"Yon." Jimin menyela ucapan Yoongi yang dari tadi sudah geram pada suaminya sendiri.
"Kamu gak bisa maksa aku untuk diam sekarang, aku gak akan diam lagi Jimin!" Yoongi menghela napas saat melihat suaminya hanya memalingkan wajah. "Ayah datang ke Mansion tadi pagi, dia bilang Jimin udah menghasut kamu agar menyerahkan jabatan itu."
"Yon!" Jimin menatap istrinya kesal. Auranya jika sudah marah bahkan lebih menyeramkan dari Yoongi.
Namun bukan Yoongi namanya jika dia lemah pada Jimin, "Diam! Aku akan mengatakan semuanya tentang Ayah yang kamu hormati itu! Dia gak sayang sama kamu, dia cuma sayang sama Jungkook! Dan Adikmu ini mau membalas kebaikanmu Jimin, apa itu salah?"
Jimin terdiam, pertahanannya hampir runtuh, matanya sudah berkaca-kaca. Sebenarnya dia juga terharu, tidak menyangka bahwa Jungkook ternyata sangat menyayanginya.
"Aku mengatakan ini sebagai istrimu, bukan Yoongi yang mau merebut hak Jungkook."
"Argh!" Jimin mengacak rambutnya frustasi, "Tapi ini perusahaan Jeon. Aku ngerasa terbebani."
"Maaf, Kak. Gua ngelakuin ini tulus karena sayang sama lu. Jangan dengerin Ayah, tolong kali ini biarin gua yang ngalah. Lu pantas dapat semua ini, Kak. Lu juga lebih berpengalaman dari gua," ucap Jungkook yang untuk pertama kalinya memuji Jimin.
Taehyung yang ada di sana hanya diam menyaksikan. Dia tidak mau ikut campur karena takut kata-katanya bisa menyakiti hati Jimin atau Jungkook.
"Kak Yoongi benar, jangan buat gua ngerasa terus berhutang sama lu. Gua juga pengen ngelakuin hal besar buat lu, Kak." Jungkook mendekati Jimin, memegang bahunya. "Kalo gitu, lu bisa kasih gua perusahaan lu yang sekarang buat gua urus. Kita bisa bertukar, please Kak terima perusahaan Jeon."
Jimin mengusap wajahnya, "Gua gak bisa nentuin ini Jung. Perusahaan Jeon yang nolak gua, Ayah juga bakalan benci sama gua. Gua gak akan diterima di sana."
Yoongi meraih jemari suaminya, "Udah Jim."
"Pergi ke sana Kak, lu pemimpinnya, lu gak perlu penghargaan mereka buat bikin perusahaan makin sukses kan?"
Jimin menghela napas, "Lu bener-bener bikin gua dilema ya Jung." Dia meninju perut Jungkook pelan namun tetap menyakitkan.
"Aduh, Kak!" Jungkook tersenyum kecil.
"Tae?!" Tiba-tiba Yoongi berteriak dan berlari ke arah Taehyung yang hampir limbung.
"Tae!" Jungkook sebagai suami segera menahan tubuh istrinya kemudian memeluknya. "Kamu gapapa?!" Dia terkejut saat mendengar teriakan Yoongi.
"S-sakithh." Taehyung terus saja memegang perutnya, tubuhnya bergetar menahan rasa sakit.
"Jung, ini udah waktunya lahiran?" tanya Yoongi yang khawatir.
"Belum waktunya Kak. Tae? Kamu mules?" Jungkook jelas lebih khawatir, dia mengusap perut istrinya dengan lembut. "Ayo kita ke rumah sakit."
"Tunggu-tunggu, pakai mobil gua aja." Jimin segera meraih kuncinya dan keluar untuk menyiapkan mobil.
"Aku udah pengalaman soal ini, di mana perlengkapan bayinya?" tanya Yoongi yang nanti akan menyusul ke rumah sakit dengan membawa perlengkapan bayi.
"Ada di lemari kamar bagian bawah Kak!" jawab Jungkook sambil mengendong Taehyung menuju ke mobil. "Sayang... apa yang kamu rasain?"
"Aku m-masih bisa tahan." Taehyung memejamkan matanya, dia tidak tahu kenapa bisa seperti ini. Rasanya tidak bisa dideskripsikan.
"Ini beneran mau lahiran?!" Jimin yang sedang menyetir berusaha untuk tidak panik dan mencari jalan tercepat menuju rumah sakit terdekat.
"Iya Kak!" Jungkook mengambil ponselnya dengan cepat, menghubungi Hoseok agar bersiap di tempat bagaimana pun juga.
"Arh... Jungh." Yang Taehyung rasakan semakin sakit. Dari tadi dia berusaha menahannya agar tidak mengganggu percakapan Jimin dan Jungkook. "I-ini belum waktunya..."
"Iya gapapa sayang... jangan pingsan okay? Kak Jimin ayo lebih cepet!" Jungkook memeluk istrinya, mengecup bibirnya sayang.
Sesampainya di rumah sakit, Hoseok menyambut mereka dengan wajah tegang. Dia menatap Jungkook tidak senang karena ini bukan waktunya Taehyung melahirkan. Memang Hoseok sendiri yang menghitung hari lahirnya.
Saat Taehyung sudah dibawa masuk ke ruang operasi, Jungkook mengacak rambutnya kesal. Merasa tidak becus menjaga Taehyung.
"Ini bukan waktunya lahiran, Jung. Masih ada dua Minggu lagi," ucap Hoseok dengan tatapan horor sebelum masuk ke ruang operasi. Dia yang biasanya langsung heboh saat bertemu dengan Jimin, kali ini bahkan tidak melirik teman masa kecilnya itu sama sekali.
"Kak!" Jungkook menahan lengannya, "Biarin aku ikut masuk..."
Hoseok menghela napas, "Ayo."
Ruangan yang ada banyak alat operasi itu sangat menakutkan. Jungkook berdiri di samping ranjang istrinya yang semakin menggeliat kesakitan. Hoseok menunggu beberapa saat sebelum memulai operasi.
"Sayang, aku di sini..." bisik Jungkook tepat di telinga Taehyung saat bius mulai disuntikkan. Dia sangat khawatir melihat keadaan istrinya itu yang berangsur menjadi lemah.
Jungkook tidak berani melihat apa yang akan dilakukan para perawat itu pada istrinya. Dia tidak tega. Entah bagaimana rasa sakitnya, Jungkook berjanji akan selalu menyayangi dan menjaga Taehyung dengan sangat baik.
"J-jungie," lirih Taehyung sambil meraih tangan Jungkook. Pria manis itu setengah sadar.
Pertahanan Jungkook runtuh, tinggal beberapa menit lagi, dia akan menjadi seorang Ayah. Jungkook akhirnya menangis sambil membelai rambut istrinya dengan sayang.
"S-semuanya bakal baik-baik aja." Dia tersenyum haru, lantas menggenggam tangan istrinya. "Kamu bisa sayang."
Suara tangisan bayi terdengar setelah sepersekian menit berlalu. Jungkook yang tadinya hanya fokus pada istrinya itu kini mengangkat wajahnya. Menatap bayi yang masih merah itu dengan jantung yang berdebar.
"Sayang, bayi kita..." Jungkook terlalu senang, rasanya ini lebih dari apa pun. Dia segera mengecup kening istrinya berkali-kali. "Makasih sayang... I love you so much."
Taehyung ikut bahagia melihat respon suaminya, dia tidak mampu mengeluarkan suara karena masih sangat lemas. "I love you too much..." batinnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Spoiled Wife ; kookv [REVISI]
Fanfiction[COMPLETED] sedang direvisi Tentang keseharian Jungkook yang sedang menanti kehadiran buah hatinya dengan Taehyung. Sembari mengungkap berbagai fakta tentang keluarga mereka. Ceritanya asam manis, tapi manisnya banyak! [Kalau judul chapter sudah ada...