Pagi itu Jungkook sudah berangkat ke perusahaan tempat ia bekerja setelah berpamitan dengan istrinya yang sedang hamil. Sesampainya didepan perusahaan, fokusnya teralihkan kepada mobil sports mahal yang terparkir disana. Ia tahu betul siapa pemilik dari mobil mewah itu. Tidak lain dan tidak bukan adalah ayahnya sendiri.
Jungkook menyapa ramah setiap karyawan yang sudah lebih dulu hadir disana. Kemudian ia menuju resepsionis. "Apa ayah ku disini?" Tanyanya pada seorang wanita disana.
"Iya, Tuan Jeon baru saja datang."
"Dimana dia?"
"Jung?" Sebelum karyawan wanita itu menjawab, Jimin sudah memanggilnya. "Untung lu udah datang, papa nungguin lu."
"Oke kak." Jungkook hanya mengangguk, mengikuti kemana Jimin pergi.
Rupanya mereka menuju keruangan Jimin. "Jungkook sudah tiba Pa."
Jungkook membungkuk sopan pada ayahnya. Kemudian Jimin menyuruhnya untuk duduk di sofa berhadapan dengan ayahnya. "Pagi yah, apa kalian akan melihat proyek yang aku kerjakan?"
"Aku sudah melihatnya, Jung." Ucap Ayah Jeon.
Jantung Jungkook tiba-tiba berdetak lebih cepat. Sebenarnya proyek itu sudah dari beberapa hari yang lalu ia kirimkan dokumennya kepada Jimin. "Bagaimana menurut mu dengan ide yang telah ku buat?"
"Pertama-tama, aku sangat bangga pada Jimin karena perusahaan ini jadi lebih maju."
Jimin tersenyum mendengar pujian Ayah Jeon. "Terimakasih Pa, aku akan terus berusaha."
Jungkook ikut senang, entah kenapa perasaannya jadi tidak enak.
"Lalu, soal proyek mu itu.." Ayah Jeon membuka kembali berkas-berkasnya. "Aku bingung kenapa kau menggunakan rancangan seperti ini."
Rasanya Jungkook ingin mati sekarang juga, tapi ia ingat harus melihat anaknya saat lahir nanti. Sementara Jimin sangat penasaran dengan penilaian Ayah Jeon.
"Aku tahu karena kau belum terlalu menggeluti bidang ini, dan kamu cuma belajar dari pengalaman ku. Jadi kamu tidak tahu rancangan yang sering dipakai. Sebenarnya ini tidak cukup bagus..." Ayah Jeon melanjutkan.
Jungkook memejamkan matanya, ingin sekali menutup telinganya juga. Sudah dipastikan ia gagal kali ini. Tidak apa-apa, ia bisa lebih belajar untuk kedepannya.
"Tapi sangat bagus!" Pria paruh baya itu berseru. "Kamu membuat ide-ide baru yang sangat kreatif. Ini hanya perlu dikembangkan saat melaksanakan nya nanti." Ayah Jeon berdiri. Ia merentangkan tangannya, memeluk Jungkook.
Jungkook terkejut, ia balas memeluk ayahnya. "Baguslah." Menghela nafas lega.
"Aku sangat bangga padamu, kamu pasti sudah bekerja keras disini. Benarkan Jimin?"
Jimin terkejut juga ketika ternyata Ayah Jeon malah menyukai hasil kerja Jungkook. Ia kira malah akan merespon sebaliknya. Tidak ada yang tahu memang, jika penilaian orang akan berbeda-beda. "Ah iya Pa."
Entah kenapa Jimin tidak suka Jungkook disayang seperti itu. Jimin mendesis, ia cemburu pada hubungan ayah dan anak di hadapannya. Disini, bukan hanya Jungkook yang anak kandung. Tapi Jimin juga anak kandung Ayah Jeon.
Kenapa Jimin tidak dipeluk seperti itu tadi? Kenapa Jungkook diberi kesempatan untuk belajar memimpin perusahaannya sementara ia harus mengembangkan perusahaannya sendiri. Dari dulu Ayah Jeon memang selalu pilih kasih.
Yang sebenarnya, ibu Jimin memang bukan istri dari Ayah Jeon. Tapi ia sudah terlanjur mengandung putranya, karena kecelakaan suatu malam. Sementara Ayah Jeon juga sudah mengetahui hal itu. Namun ia sudah dijodohkan dengan ibu Jungkook. Membuatnya tidak bisa bertanggung jawab, tapi ia janji akan selalu mencukupi kebutuhan mereka.
Karenanya, ketika ibu Jungkook meninggal setelah melahirkannya. Ayah Jeon yang selalu sibuk bekerja, harus membawa ibu Jimin ke rumah mereka demi Jungkook dapat merasakan kasih sayang seorang ibu.
Namun karena Ayah Jeon juga terlalu mencintai mendiang istrinya, ia tidak pernah bisa menikahi ibu Jimin. Dan untungnya, wanita itu tidak memaksa untuk ia nikahi. Ibu Jimin sangat baik, ia menyayangi Jungkook seperti dirinya menyayangi Jimin.
"Sebentar lagi aku akan pensiun, setelahnya kamu bisa memimpin perusahaan." Ucap Ayah Jeon pada Jungkook.
"Tentu, ayah." Jawab Jungkook dengan senang hati.
"Jimin, kamu harus terus kembangkan perusahaan ini jadi sebesar Jeon Group. Lanjutkan, nak."
Jimin menunduk, harusnya ia mendengarkan Yoongi. Ayah Jeon yang pilih kasih itu tidak bisa diharapkan jika ia tidak bertindak sendiri. Dari dulu memang begitu cara mainnya, ia tidak akan mendapatkan seukuran dengan apa yang Jungkook dapatkan.
×××
Sore harinya, Jungkook sudah pulang ke rumah dengan wajah gembira. Pekerjaan nya hari ini terasa lebih mudah karena hatinya merasa puas dan senang.
"Sayang?!" Karena ia sedang senang, ia panggil istrinya dengan panggilan sayang.
"Huh?! Ahh hah" Balas Taehyung dari dalam kamarnya.
Jungkook segera menyusul ke kamar. "Astaga, kamu ngapain?" Ia terkejut ketika melihat istrinya sedang jongkok kemudian menaik-turunkan badannya sambil berkeringat. "Olahraga?"
"Gak, aku lagi melahirkan. Ya olahraga lah Jung!" Taehyung mengakhiri kegiatan nya, malu jika dilihat Jungkook.
Jungkook mematung, melihat peluh di tubuh Taehyung yang membuat istrinya itu jadi sexy. Ia meneguk ludahnya sendiri saat mendengar suara laknat dari istrinya yang tidak bisa diam saat olahraga. Ia menggeleng kuat, Taehyung lagi hamil. Bukan saatnya untuk memuaskan nafsu. "Sore-sore begini olahraga?" Ia segera melepas jasnya.
"Lagi pengen aja tadi liat tutorial." Jawab Taehyung sambil mengelap keringatnya.
"Biar apa kamu kayak gitu ha? Bumil." Jungkook sudah Shirtless, niatnya mau mandi. Namun ia malah memeluk pinggang istrinya.
"Kenapa apa? Ya biar sehat. Jung, aku lagi keringetan ini, lepas."
"Mau godain aku?" Jungkook semakin merapatkan tubuh mereka. Ia menaikkan kaos kebesaran Taehyung, mengelus perutnya.
"Siapa yang godain kamu." Taehyung merotasi bola matanya.
"Tadi, olahraga pake acara desah segala."
"Itu bukan desah Jung, tapi emang suara nafasku aja kenceng."
Tanpa aba-aba Jungkook langsung mencium bibir Taehyung, tangannya turun mengelus pahanya. Kejadian itu tidak berlangsung lama karena telinganya dijewer oleh sang istri. "A-akh iya sayang."
"Kamu yang mesum!"
"Kamu yang terlalu sexy." Jungkook enggan melepas pelukannya.
Taehyung menatapnya datar. "Mandi sana udah sore. Aku mau mandi juga, udah bau. Lepasin aku Jung."
"Mandi? Okay kita mandi." Jungkook langsung mengangkat Taehyung, menggendongnya bridal ke kamar mandi.
"Jung?! Mandi sendiri!" Taehyung memukul dada Jungkook pelan.
"Kok gak manja sih sayang?"
"Kalo aku manja sekarang, nanti kamu makin ke goda lagi sama aku."
Jungkook menurunkan Taehyung di kamar mandi. "Iya, gatau kenapa kamu lebih menggoda kalo lagi hamil, Tae."
Taehyung menjitak kepala suaminya. "Jangan masukin aku ke pikiran kotor mu" Ia cemberut.
"Terus aku mikirin siapa lagi? Tetangga? Yang bener aja."
"Ya enggak, tapi ya maksudnya tuh jangan sekarang gitu nanti kamu kebablasan." Taehyung kesal.
"Ya udah ayo mandi bareng."
"Gak ah, aku takut nanti kamu terkam."
"Enggak sayang, ayo peluk dulu aku rindu sama kamu." Jungkook memeluk Taehyung dengan erat.
Taehyung balas memeluknya. Untung ia tidak jadi olahraga dengan pakaian ketat. Jika iya, pasti Jungkook akan langsung menerkamnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Spoiled Wife ; kookv [REVISI]
Fanfiction[COMPLETED] sedang direvisi Tentang keseharian Jungkook yang sedang menanti kehadiran buah hatinya dengan Taehyung. Sembari mengungkap berbagai fakta tentang keluarga mereka. Ceritanya asam manis, tapi manisnya banyak! [Kalau judul chapter sudah ada...