Tungkai lemahnya malah diajak berlari kencang, tidak lagi peduli pada beberapa orang yang tak sengaja ia tabrak. Satu tujuannya, seorang laki-laki yang sudah menyematkan kepercayaan pada hatinya, dan hati kedua orang tuanya, bahwa dialah yang terbaik.
Air mata tidak berhenti mengalir, jantungnya berdegup lebih cepat dari langkah kakinya. Lelah sekali rasanya berada di situasi seperti ini terus-menerus, tapi sampai saat ini Rayna masih bertahan di situasi itu. Alasannya hanya satu, Rayna lebih dari sekedar mencintai.
"Kak Jeffrey!" Teriakkannya menggema ke seluruh ruangan, berharap laki-laki yang tengah dikejut jantungnya itu bisa mendengarnya.
"Rayna!" Gadis itu menoleh, kemudian menghampiri seseorang yang memanggilnya tadi.
Rayna bersyukur sebesar mungkin, karena kini ia tidak lagi menghadapi semuanya sendirian. Rayna butuh penopang tubuhnya, ketika seseorang yang seharusnya melakukan itu sedang tidak ada. Rayna mendekap ibunya dengan begitu erat, menumpahkan setiap kesedihan yang tertanam di hatinya.
"Ma ... Kak Jeffrey ..., ma." Rayna terisak pilu, ibunya saja tidak tega mendengar anak gadisnya menangis begitu.
Amy mengelus pelan punggung anaknya, berusaha menenangkan meski tidak berpengaruh banyak. Anak gadisnya ini, meskipun dulunya sempat menolak mentah-mentah pernikahan yang hanya didasarkan perjodohan, kenyatannya kini Rayna sebegitu takutnya kehilangan Jeffrey Bachtiar.
Arbayong menatap ke arah ruangan Jeffrey, dari kaca ia bisa melihat jelas bagaimana para medis masih berusaha mengembalikan detak jantung menantunya. Tidak ada orang tua yang sanggup menerima anaknya ditinggal pasangan secara tiba-tiba, "Ray ... berdo'a sayang ...."
"Aku takut ...," lirih Rayna.
Arbayong menyimpuhkan lututnya perlahan, takut jika asam uratnya kambuh, namun demi anaknya ia rela melakukan ini, "Ada Allah, sayang ...."
"Papa ... aku belum menjadi istri yang baik, aku belum menjadi wanita yang baik buat Kak Jeffrey, aku tidak mau dia pergi sama aku. Aku takut, aku beum siap, pa ...." Rayna menggenggam kuat nama ayahnya, menyalurkan rasa takut pada sang Ayah.
Arbayong mengangguk sambil tersenyum, "Pelan-pelan aja, kamu tenangin diri kamu. Kamu yakinkan hati kamu sama Allah ... perlahan aja, sayang."
Rayna menutup matanya, berusaha keras meredam isak yang masih tersisa. Gadis itu menarik nafasnya begitu panjang, ingatan tentang laki-laki tampan bernama Jeffrey Bachtiar terputar berantakan. Rayna berusaha memfokuskan diri hanya berdoa'a untuk Jeffrey, bukan untuk kesembuhan tapi setidaknya suaminya masih mau kembali.
Tak sadar masih dalam pejaman matanya, Rayna mendengar suara dokter yang bicara dengan sang Ayah. Sontak saja matanya membuka, gadis itu bernafas begitu lega, ketika baru saja mendengar bahwa, detak jantung Jeffrey kembali.
"Keadaan Jeffrey terus menurun, jadi kami akan memutuskan untuk memindahkan Jeffrey ke ICU untuk mendapatkan perawatan lebih intensif." Dokter Juan menjelaskan sisanya.
Rayna hanya diam, tidak ingin ikut campur dalam pembicaraan, membiarkan sang Ayah saja yang bicara dengan dokter suaminya. Kali ini, ia harus mempersiapkan dirinya lagi, untuk lebih kuat menghadapi kejadian seperti tadi, mungkin akan lebih indah akhirnya atau malah berujung akhir yang menyakitkan.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Her [New Season On Going]
RandomNew Season : "Kita ini keluarga, kita jalanin semuanya bareng-bareng. Jangan putus asa dulu." Perjalanan setiap keluarga tidak ada yang selalu lurus tanpa rintangan, besar ataupun kecil pasti ada. Yang dipertanyakan adalah, apakah mereka masih bisa...