Pernah sekali Rayna merasakan kehilangan yang paling berat dalam hidupnya. Fakta bahwa kakaknya yang dengan seenaknya pindah agama, dan menikahi wanita yang ditemuinya di London saat menuntut ilmu disana, membuatnya kehilangan sosok kakak. Karena sang Ayah tidak mau lagi menganggap kakaknya bagian dari keluarga.
Sayangnya, kini Rayna merasakan rasa sakit dan penyesalan yang lebih menyesakkan ketimbang kehilangan hubungan dengan kakaknya. Hampir setengah tahun Rayna hidup bersama Jeffrey, dan ini adalah ketakutan terbesar yang pernah tersimpan di hatinya untuk Jeffrey.
Tangisnya belum berhenti sejak tadi, satu jam yang lalu semenjak Jeffrey masuk ke ruang instalasi gawat darurat. Bayang-bayang wajah pucat Jeffrey dengan bibirnya yang mulai memucat masih terputar di pikirannya, bahkan gadis itu juga belum berani memeriksa hembusan nafas Jeffrey.
Mungkin seharusnya Rayna memang tidak pernah menuruti perintah Jeffrey tadi pagi, membawa Jeffrey ke rumah sakit lebih awal, maka tidak akan ada kejadian ini. Akan tetapi, dia sudah terlanjur berjanji untuk mematuhi setiap perintah suaminya, dan kenapa harus masalah ini?
Rayna mengusap wajahnya frustasi, air matanya juga tak mau diajak berhenti. Dia sendiri juga lelah terus menangis seperti anak kecil begini, tapi rasa khawatir dan takut itu menyatu membuat hatinya tidak tenang, kemudian mendorong air matanya mengalir tanpa berhenti.
"Keluarga Pak Jeffrey Bachtiar?!" panggil seorang perawat perempuan yang tengah berdiri di depan ruang instalasi gawat darurat.
Rayna sontak berdiri untuk menghampiri, "Bagaimana, sus?"
Belum sempat perawat itu menjawab, seorang dokter muda keluar dari dalam sana, langsung mengisyaratkan bahwa dokter itu sendiri yang akan bicara dengan Rayna, "Kamu bisa bicara denganku."
Rayna mengangguk, kemudian mengikuti kemana dokter itu berjalan. Dokter Juan, dokter yang sama saat dirinya pertama kali akan menemani Jeffrey pengobatan. Dilihat dari wajah perawat dan dokter ini, Rayna berharap memang tidak ada yang begitu serius pada kondisi Jeffrey saat ini.
"Apa dia tidak meminum obatnya?" tanya Juan, seraya menghentikan langkahnya.
Rayna terdiam, dia harus mengingat kapan terakhir kali dirinya mengingatkan Jeffrey soal obat, "Kurasa, karena aku terlalu sibuk dengan acara sekolah. Aku ... melupakannya."
Dokter Juan menghela nafasnya berat, "Setidaknya dia harus meminum obatnya secara teratur, untuk meredakan sakitnya. Karena kenyataannya, Jeffrey sudah pernah melakukan prosedur khusus, seperti pemasangan ring di jantungnya, namun angina unstable tidak semudah itu sembuh di tubuhnya."
Rayna membuat kerutan di dahinya, "Sudah pernah dilakukan prosedur sebesar itu?"
Juan mengangguk, "Bundanya Jeffrey juga meninggal karena penyakit yang sama, bahkan bundanya Jeffrey sudah melakukan semua prosedur yang disarankan rumah sakit. Sayangnya, dia tetap meninggal. Semenjak itu, Jeffrey pasti menolak prosedur khusus yang ditawarkan rumah sakit, kecuali dipaksa."
Air mata Rayna mengalir lagi, mendengar setiap kalimat Dokter Juan bagaikan tengah dihadapkan pada persiapan kehilangan. Tarikan nafas panjang ia ambil, setidaknya ia harus lebih kuat dari suaminya nanti, "Dalam waktu dekat ini, apa yang bisa dilakukan?"
Juan mengangguk mengerti, "Jangan sampai Jeffrey melewatkan obatnya, jangan terlalu lelah, dan jangan banyak pikiran."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Her [New Season On Going]
RandomNew Season : "Kita ini keluarga, kita jalanin semuanya bareng-bareng. Jangan putus asa dulu." Perjalanan setiap keluarga tidak ada yang selalu lurus tanpa rintangan, besar ataupun kecil pasti ada. Yang dipertanyakan adalah, apakah mereka masih bisa...