Ketika kita sudah dipertemukan dengan yang namanya jodoh, rasanya akan sulit untuk terpisah. Hanya maut, yang mampu memisahkan pertemuan jodoh itu sendiri. Sayangnya, Rayna masih belum tau bagaimana nanti akhirnya perjalanan cinta ia dan Jeffrey. Semuanya masih terlalu buram, ditambah dengan hidup Jeffrey yang kapan saja bisa direnggut.
Rayna sebenarnya begitu paham, Jeffrey adalah seorang lelaki yang kuat dan pantang menyerah. Jeffrey Bachtiar ini merupakan seorang pekerja keras, yang tak kenal lelah. Sayangnya hanya satu yang menghalangi kerja kerasnya, penyakitnya sendiri. Jeffrey tidak akan mau disuruh berlama-lama di rumah sakit, dirinya pasti memilih bertemu anak-anak.
"Kamu serius?" tanya Rayna, ketika sedang merapihkan baju yang dikenakan suaminya. Jeffrey melepas baju pasiennya, mengganti dengan pakaian nyaman miliknya.
Jeffrey mengecup kening istrinya dengan lembut, "Kamu udah nanya itu lima kali, masa masih mau ditanya terus?"
Rayna maju agar mampu menggapai tubuh tegap Jeffrey di hadapannya. Wanita itu dengan erat mendekap sang suami, "Nggak ada yang ngalahin rasa sayang kamu ke aku dan anak-anak. Kamu adalah ahlinya."
Jeffrey tersenyum manis, "Udah, sayang. Nanti kalo begini terus, kamu nangis lagi. Anak-anak nanti nanyain loh, mata kamu sembab gimana?"
Sang istri mendongak sambil menatap Jeffrey sinis, "Kak ... kita tuh lagi menikmati waktu berdua, nggak pernah bisa manfaatin emang."
"Hah? Eh ... sini deh peluk lagi!" bujuk Jeffrey, ketika Rayna malah duluan berjalan keluar.
Rayna berbalik sambil memaksakan senyuman, "Udah, ayo cepetan. Anak-anak udah mau pulang sekolah."
Tujuan pasangan suami-istri ini memang sedari tadi pagi hanyalah menjemput dua anak kembar mereka di sekolah. Jeffrey yang memiliki ide gila ini, padahal Juan sudah mewanti-wanti agar Jeffrey masih mau dirawat lebih lama. Kenyataannya, Jeffrey memaksa untuk menjemput anak-anaknya.
Sebenarnya tidak membutuhkan waktu lama, hingga keduanya bisa tiba di depan sekolah Nana dan Vano. Mobil hitam mewah itu, diparkirkan oleh supirnya di seberang gerbang sekolah. Jeffrey dan Rayna sedikit terlambat menjemput, sehingga di sekolah sudah agak penuh, mobil mereka tidak bisa masuk, atau bisa menghalangi jalan.
"Maaf Tuan, Nyonya, kayaknya susah buat ke gerbang sekolahnya." Sopir itu melapor pada Jeffrey, juga Rayna.
Jeffrey mengangguk, "Yaudah, Pak disini aja. Nanti saya yang turun aja."
"Nggak papa, Tuan? Biar saya yang turun aja, gimana ya, Tuan?"
"Anak-anak kan pengen ketemu saya, bukan ketemu sopir saya."
Sebelum Jeffrey membuka pintu, Rayna menggenggam tangannya cepat, "Kak!"
"Kamu kenapa?"
"Tapi Pak Hanif bener, Kak. Udah biar beliau aja, jangan kamu. Inget loh, Mas Juan tuh udah usahain segala cara buat kamu."
Jeffrey menggeleng perlahan, "Subhanallah, sayang! Ini kan cuman nyeberang doang, di depan. Biasa aja, sayang."
"Aku ikut deh."
Jeffrey mengangguk, "Yaudah, ayok."
Sementara itu, beberapa anak sudah bubar sekolah berkumpul di depan gerbang. Ada anak yang langsung di jemput dari dalam, ada juga yang mesti menunggu. Nana dan Vano ada di dekat pos satpam yang teduh, namun di posisi itu keduanya bisa melihat kemana pun. Hingga tidak lama, Nana menangkap presensi sang ayah.
Anak itu sontak berdiri, "Ayah!"
Vano menoleh, dalam sekejap tidak menemukan Nana di sampingnya. Adiknya itu sudah berlari keluar gerbang sekolah. Jeffrey juga belum siap menyeberang sebenarnya, karena Rayna masih mencari ponsel yang tertinggal di mobil. Namun, Jeffrey dapat melihat Nana sudah berlari keluar gerbang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Her [New Season On Going]
AcakNew Season : "Kita ini keluarga, kita jalanin semuanya bareng-bareng. Jangan putus asa dulu." Perjalanan setiap keluarga tidak ada yang selalu lurus tanpa rintangan, besar ataupun kecil pasti ada. Yang dipertanyakan adalah, apakah mereka masih bisa...