15 ᝰ Rasa Sakit dan Arjuna

2.8K 282 29
                                    

Kumandang suara adzan subuh sudah terdengar dari masjid, dan sahur hari pertama ini Rayna hanya bisa mengisi perut dengan mie instan dari sebuah minimarket buka dua puluh empat jam. Keberangkatannya ke rumah sakit memang sama sekali tidak direncanakan, rasa panik saat berangkat tadi juga membuatnya tidak bepikir panjang untuk menyiapkan makanan sahur.

Dokter Juan mengatakan keadaan Jeffrey sudah mulai stabil sekarang, tapi tidak menutup kemungkinan jika pria itu akan merasakan nyeri di dadanya lagi. Sekarang sudah terbukti bahwa, pemasangan ring yang sudah pernah Jeffrey lakukan beberapa tahun lalu tidak memiliki efek apapun.

"Kakak tau nggak sih aku tadi cuman sahur pake mie instan gara-gara udah mau adzan." Rayna menggerutu di hadapan Jeffrey.

Jeffrey terkekeh pelan di balik masker oksigen yang masih digunakannya. Juan bilang jangan dicopot sampai dokter itu sendiri yang memastikan nafasnya sudah baik-baik saja. Sambil menikmati elusan sayang dari Rayna Jeffrey merespon, "Bukannya delivery makanan aja."

"Kak Jeffrey sayangku, dengerin ya ... tadi sudah jam empat lewat dua puluh, mana ada toko yang udah buka? Sekalipun ada pasti lama banget buat dapet driver ojek online-nya. Mana udah mau adzan."

Jeffrey tersenyum menampilkan deretan giginya, "Aku nggak tau itu jam berapa."

Rayna memutar bola matanya malas, kemudian duduk di samping brankar Jeffrey, "Yaudahlah, yang penting sekarang kakak udah aman. Jangan sakit lagi ah, nggak bisa mikir aku kalo panik."

Pagi itu, hanya diisi oleh senyuman Jeffrey. Kehabisan kata yang bisa diucap untuk Rayna, karena dirinya sendiri tidak tau kapan sakit ini akan berhenti, atau setidaknya membaik. Jeffery jadi berpikir bahwa, kenyataanya disini ia belum bisa menjadi suami sesungguhnya untuk Rayna, dengan keadaannya yang seperti ini, sudah pasti dia belum bisa membahagiakan istrinya.

"Oh ... iya, soal postingan kakak waktu itu."

Jeffrey menoleh, "Hm? Bagus nggak?"

Rayna mendengus kesal, "Bagus, cantik ... cantik banget malah. Tapi kenapa pake diposting, sayangku? Nggak tau apa jantungku ketar-ketir waktu Juna nunjukkin di depan mataku."

"Emang kenapa? Takut dia cemburu? Atau kamu takut kehilangan dia? Aku denger kok waktu dia bilang bakal setia." Jeffrey berucap, meski pelan tapi mampu menusuk hati Rayna. Jeffrey terkekeh hambar, "Beberapa bulan lalu, ada Chandra. Sekarang ada Juna sama Haekal ya?"

Rayna mengolesi krim pelembab tangannya pada tangan Jeffrey yang tidak diinfus dan terdapat oksimetri. Gadis itu menghela nafasnya berat, "Kekhawatiranku cuman ada dua, dikeluarkan dari sekolah karena pernikahan ini, dan sakitnya kakak. Juna itu ketua osis, nggak menutup kemungkinan dia bisa langsung bicara banyak kepada guru."

Jeffrey melirik tangannya yang habis diolesi krim milik Rayna tersebut, "Maafin aku. Kalau saja aku nggak pernah sakit, pernikahan ini nggak akan pernah ada."

Rayna menarik nafasnya yang terasa sedikit sesak, akibat menahan tangis, "Jangan salahin penyakitnya. Lagipula, pernikahan ini tidak sepenuhnya buruk. Kalau pun nanti aku harus putus sekolah karena penikahan ini, aku akan menyiapkan diri, kak."

Jeffrey menggeleng pelan, "Nggak. Nggak akan aku biarin, dek. Aku akan bayar berapapun sekolah itu agar tidak mengeluarkan kamu."

Rayna tersenyum dengan setetes air mata yang sudah terlanjur jatuh, "Belum kejadian kok, kak. Nggak usah dipikirin dulu, yang penting kakak sembuh."

.


.

.

Married Her [New Season On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang