Malam itu, Rayna hanya bisa diam memandang mie instan gelas sisa stok beberapa hari lalu. Mengaduk-aduk tidak beraturan, sama seperti hati dan pikirannya yang sedang tidak terbentuk.
“Jeffrey yang akan papa nikahkan sama kamu.”
“Kamu tenang saja, Jeffrey siap jadi imam kamu sampai kapan pun, dia juga bisa bimbing kamu, mumpung kamu masih muda.”
Dua kalimat itu masih terngiang-ngiang di kepala Rayna, ia tidak akan mengerti bagaimana nasib dari sekolahnya jika di umur enam belas menuju tujuh belas ini ia sudah mau dinikahkan.
Dua bulan lagi, Rayna baru genap tujuh belas tahun, namun ayahnya dan ayah pihak laki-laki sangat keras untuk menikahkan mereka dua minggu lagi.
Rayna memandang ponselnya yang menampilkan sosial media seorang laki-laki. Remaja sekelasnya, orang yang sudah ia sukai semenjak kelas sepuluh. Tapi selama itu juga, perasaannya tak pernah dibalas.
Rayna terus berpikir apakah hanya seperti ini kisah cintanya? Berakhir pada pelabuhan yang ayahnya sendiri tentukan?
“Bagaimana jika aku tidak bisa menjadi istri yang baik? Bagaimana jika aku tidak bisa menuruti perintahnya sebagai suamiku? Bagaimana jika kami tidak bisa cocok dalam pembicaraan?”
Rayna mengusap wajahnya kasar, “Ya Allah ... berilah hamba pentunjuk.”
.
.
.
.
.
.
“Tugas ini saya minta dikumpulkan dan sudah siap pertemuan selanjutnya.”
“Ya, pak ....”
Jeffrey memang habis mengajar, tapi pandangannya bukan pada setiap anak muridnya, tapi fokus pada seorang siswi yang duduk di tengah kelas, hanya melamun tanpa ingin menatapnya yang ada di depan sedari tadi.
Tentu saja Jeffrey merasakan perbedaan itu dengan jelas, Rayna itu bukan murid yang secuek itu. Rayna adalah siswi yang paling disenangi guru, termasuk dirinya.
Jeffrey sering bilang, kalau Rayna ini orangnya ramah, bahkan nggak segan selalu tersenyum padanya, dan tentu saja begitu hormat pada semua guru.
Tapi ada satu yang Jeffrey belum tau soal gadis itu, “Apakah kali ini kamu juga akan hormat dan menuruti perintah kedua orang tuamu?”
Sementara itu, Rayna menoleh pada temannya setelah merasakan bahunya yang sedikit disenggol. Rayna berdehem sedikit sebagai responnya yang habis dipanggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Her [New Season On Going]
Ngẫu nhiênNew Season : "Kita ini keluarga, kita jalanin semuanya bareng-bareng. Jangan putus asa dulu." Perjalanan setiap keluarga tidak ada yang selalu lurus tanpa rintangan, besar ataupun kecil pasti ada. Yang dipertanyakan adalah, apakah mereka masih bisa...